Tuesday, March 21, 2017

Hari Akherat (5)


Pokok Kepercayaan Islam Tentang Hari Kemudian Dunia

Hidup kita yang sekarang ini dinamai hidup “Dunia” dunia bahasa arab ertinya dekat, jadi hidup kita yang dekat, disinilah kita setelah sampai umur dan berakal (mukallaf) mulai dipikuli tugas buat berbuat baik dan menjauhi yang buruk, berusahalah kita dan berjihad bersungguh sungguh melawan segala hawa nafsu dan perdaya syaithan yang selalu menganggu langkah kita didalam menuju pengisian hidup itu dengan yang lebih baik.

Berapakah panjang umur kita? Itu bukanlah menjadi ukuran, dan berapakah kekayaan kita? Itu pun tidak menjadi nilai didalam menegakkan kebaikan itu, biarpun umur tidak panjang yang penting ialah isinya, isi umur ialah amal yang baik terhadap kepada Allah dan terhadap manusia, sebagai Sabda Nabi:

“Yang sebaik baik manusia ialah yang bermanfaat sesama manusia”

Ajal Dan Maut

Setelah cukup janji hidup kita (ajal) maka kita pun matilah, apa yang dikatakan mati menurut pandangan Islam? Mati ialah perpisahan diantara rohani kita dengan jasmani kita, sebab nyawa meninggalkan badan kita, tubuh kita yang kasar kembali kepada anasirnya bermula iaitu tanah, dan rohani kita kembali kepada yang menyeru nya datang iaitu Tuhan, oleh sebab itulah maka jika ada kita mendengar berita kematian seseorang, dianjurkan kita menyebut :

“Kita ini semuanya bagi Tuhan, dan kita semuanya kembali kepada Allah”

Oleh kerana yang demikian maka mati bukanlah pupus bukanlah hilang dan habis, mati hanyalah pergantian sifat hidup, daripada fana kepada baqa’ daripada dunia kepada akherat.

Selama kita hidup didunia, haruslah tidak lepaskan pendirian yang demikian itu bahwa kita tidak lam tinggal disini, dan kita mesti mati, dan segala fana bernyawa mesti merasai mati, dan mati itu hanya sekali saja, sudah mati tidak aka nada mati yang lain lagi, maka apabila kita telah menginsafi keadaan ini, lalu kita mengisi kehidupan dengan amal soleh tidaklah kita merasa takut akan mati lagi, orang yang enggan menghadapi mati, pada hal dia mesti mati adalah kerana hatinya amat terpaut kepada dunia ini sehingga apabila dia telah mesti mati, dia pun takut mati, dia merasa sakit mati, kerana sakit akan bercerai dengan yang dikasihi, apabila dia takut bukanlah takut kepada mati itu sendiri tetapi takut akan kesalahannya sendiri.

Mati itu tidaklah lama, hanyalah beberapa detik saja iaitu ketika putusnya nyawa manusia, setelah selesai nyawa meninggalkan badan, dia pun tidak mati lagi, dia telah mulai  menginjak alam lain, yang lebih kekal bahkah kadang-kadang mati itu disebut dengan nama lainnya iaitu : “Liqa’”, ertinya pertemuan iaitu permulaan pertemuan dengan Tuhan, dan orang yang beriman apabila diingatnya bahwa mati adalah satu kemestian akan berjumpa dengan Tuhan, timbullah wajah dari orang yang mati ada yang kelihatan bersih da nada yang kelihatan dalam kegembiraan dan senyum simpul.

Alam Kubur

Setelah seseorang meninggal dunia, masuklah dia kedalam wilayah alam permulaan daripada kehidupan kekal itu, bernama Alam Kubur, walaupun dia mati terbakar atau hancur didalam perut ikan, atau berkubur ditanam seperti biasa, nama semuanya ialah alam kubur, baru saja dia masuk kedalam wilayah alam kubur itu datanglah dua orang malaikat, seorang bernama Mungkar dan seorang bernama Nakir, lalu dimulailah pertanyaan kepada keduanya tentang amal usahanya selama dalam dunia, baiknya atau jahatnya, ditanya lebih dahulu pendiriannya tentang Tuhan, adakah ia mempercayai Tuhan? Adakah ia mempercayai Rasul? Adakah ia mengikut yang diperintahkan dan menghenti yang dilarang? Dan lain-lain.

Ketika itu orang terpaksa jujur, tidak dapat memeterikan jawapan dengan sesuatu kedustaan pun.

Kalau kita fikirkan ini dengan tenang, lekaslah kita dapat percaya bagaimana seseorang ketika itu akan sanggup berdusta? Padahal dia pada waktu itu telah ruh semata-mata, bukanlah dusta yang kita lakukan setiap hari didalam hidup kita yang sekarang ini dibantah oleh hati nurani kita sendiri? Sedangkan dihadapan orang yang ahli tentang jiwa, atau orang yang berjiwa lebih besar, lagi gugup kita mengucapkan sesuatu perkataan dusta konunlah ruh kita semata dihadapan malaikat, yang ruh semata pula?

Pendengaran kita ditanya, penglihatan kita ditanya dan hati nurani kita ditanya, semuanya tidak dapat menjawap lain daripada kejujuran.

Maka teringatlah kita akan alat penangkap suara iaitu tape-recorder dengan alat itu tidaklah ada perkataan kita yang dapat lepas begitu saja, semuanya tercatit kita tersenyum simpul mendengarkan suara kita sendiri apabila tape recorder mengetahui segi kelemahan pembicaraan kita dan mana yang menarik, bukankah pendapatan tentang tape recorder itu adalah mengetahui rahsia yang ada dalam alam yang nyata ada, tetapi baru sekarang kita jetahui? Tidakkah kita percaya sekarang bahwasanya segala perbuatan kita baik sedang bersama orang banyak atau seketika duduk sendirian didalam kamar bahwa semuanya itu tercatit?

Itulah yang diputar kembali dihadapan kita dialam kubur.

Alangkah senangnya hati kita melihat kebajikan yang telah kita kerjakan, cukup tercatit, dan alangkah malunya, bahkah takutnya kita bila melihat kesalahan yang telah kita perbuat, mana lagi yang tersembunyi?

Sebab itu maka Imam Al Ghazali ahli falsafah dan ahli tasauf Islam yang besar itu dengan secara yang masuk akal telah dapat memberikan keterangan kepada kita didalam kitab-kitabnya tentang kemungkinan bahwa orang didalam alam kubur itu melihat ular besar hendak mengigitnya, api datang membakarnya, kala dan lipan yang amat bisa dan lain-lain sebagainya. Masuk lah diakal kita, bila kita bandingkan hal itu dengan hidup kita yang sekarang ini, berapa banyaknya pelanggaran hokum budi, hokum Tuhan dan hokum masyarakat yang terlanjur kita melakukannya. Lama-lama menjadi ular lipan dan kala terhadap diri kita sendiri “Dosa Mengejar ngejar kita” perasaan hati sanubari yang halus menbantah dan memberontak atas perbuatan kita yang salah itu.

Berapa Lamanya?

Bila orang yang berdosa lama lah alam kubur itu tetapi bagi orang yang merasa bahwa hidupnya yang terdahulu itu lebih banyak timbangan kepada kebajikan masa itu tidak lama, apatah ertinya ukuran hari dan ukuran tahun? Bukakah didalam hidup kita yang sekarang ini pun, orang yang matanya tidak mahu tertidur, satu malam ialah 12 jam? Dan bagi yang tidur enak satu malam hanya sesaat seketika pendek saja?

Kiamat Syugra Kiamat Kubra

Dengan kematian terjadilah kiamat pada diri sendiri, menurut sabda Nabi:

“Orang yang mati telah datanglah kiamatnya sendiri”

Sebab itu mati adalah kiamat syugra, ertinya kiamat kecil, seluruh yang bernyawa pasti merasai kiamat kecil itu, sebab dia pasti merasai akan mati, adapun kiamat kubra, ialah hari yang kelak akan datang seluruh alam ini akan dihancur luluhkan,  gempa besar gunung gunung menjadi abu, langit digulung, bumi lebur dan segala sesuatunya gegak gempita, ibu mengedung anak terlepas anak dari kandungan ibu menyusukan bayi terhempas bayi dari pangkuan segala muka jadi berubah dan orang laksana mabuk pitam bukanlah mabuk pitam kerana minum anggur tetapi siksaan kiamat mulai datang.

Semua yang bernyawa mati, semua yang ada hancur lebur dan tidak ada yang bangun lagi kecuali Allah yang Maha Esa, yang tetap ada.

Nafiri Israfil

Setelah semuanya demikian adanya maka akhirnya datanglah perintah Tuhan kepada seorang malaikatNya bernama Israfil, dialah yang bangun terlebih dahulu disuruhlah dia menghembuskan nafirinya yang didalam Al Quran disebut namanya “Shur” setelah dihembusnya nafiri itu, satu persatu bangunlah kembali nyawa itu daripada tidur nyenyaknya, entah berapa puloh ratus ribu juta tahun? Tuhan yang Maha Tahu!.

Maka mulai lah dipanggil mahkluk tadi satu persatu, diperhitungkan dihadapan Tuhan, sebab itu dinamai hari itu “Yaumul Hasr” Hari berkumpul “Yaumul Hisab” Hari Perhitungan.

Didalam Quran diberikan beberapa nama kepada hari kiamat itu ialah sebagai dibawah ini:

  1. Yaumul Kiamat – Hari Kiamat
  2. Yaumul Hasra – Hari Penyesalan
  3. Yaumul Nadamah – Hari Penyesalan
  4. Yaumul Muhasabah – Hari Perhitungan
  5. Yaumul Zalzalah – Hari Kegempaan
  6. Yaumul Sha’aqah – Hari Kegoncangan
  7. Yaumul Waaqiah – Hari Kejatuhan
  8. Yaumul Qariah – Hari Keributan
  9. Yaumul Ghasiyah – Hari Pengsen
  10. Yaumul Raajifah – Hari Gempa Besar
  11. Yaumul Haaqah – Hari Kepastian
  12. Yaumul Thamah – Hari Kesulitan
  13. Yaumul Talaaq – Hari Pertemuan
  14. Yaumul Tanaad – Hari Panggilan
  15. Yaumul Jazaa – Hari Pembalasan
  16. Yaumul Waeed – Hari Ancaman
  17. Yaumul Gardhu – Hari Pertentuan
  18. Yaumul Wazni – Hari Pertimbangan
  19. Yaumul Fasli – Hari Keputusan
  20. Yaumul Jam’ei – Hari Pengumpulan
  21. Yaumukl Batsi – Hari Kebangkitan
  22. Yaumul Khazi – Hari Kehinaan
  23. Yaumul ‘Asiir – Hari Sulit
  24. Yaumul Diin – Hari Perhitungan
  25. Yaumul Nusyuri – Hari Kebangkitan
  26. Yaumul Khuluud – Hari Yang Kekal
  27. Yaumul La Raibafi – Hari Yang Tidak Ragu Lagi Padanya
  28. Yaumul La Tajzii ‘An Nafsi Sai’a- Hari Yang Tidak Dapat Seseorang Diberi Ganjaran Dari Diri Yang Lain Sedikit Jua Pun.
  29. Yaumul Thaskhsul Fiihil Absyar – Hari Yang Ditunjukkan Padanya Seluruh Penglihatan.
  30. Yaumal Yafirul Mar’e Min Akhihi Wa Ummihi Wa Abiihi Wa Shahibatihi Wa Baniihi – Hari Yang Lari Padanya Seseorang Daripada Saudaranya, dan Ibunya dan Ayahnya dan Teman Hidupnya dan anak-anak nya.
  31. Yaumal La Yanfa’u Maalun Wa Laa Banuun Ilaa Man Atal Allah BiQalbin Saliim – Hari Yang Tidak Memberi Menafaat Padanya Harta Benda Dan Anak Keturunan, Melainkan Orang Yang Datang Kepada Allah Dengan Hati Yang Bersih.

Pandangan Imam Ghazali

Sufi, Ulama’ dan Falsafah Islam, Al Imam Ghazali telah menulis didalam kitab “ Ihyal Ulumuddin” dengan susunan bahasa yang indah, dan perasaan yang penuh iman, bagaimana keadaan hari itu, diringkaskan oleh Imam Jamaluddin Ad Damsyik didalam kita “Mauizhatul Mukmiin” kita selitkan disini untuk mencukupkan:

“Kemudian itu, fikirkanlah hai malang, sesudah semuanya itu engkau lalui, kepada mu akan dihadapkan soal berhadapan dengan tidak memakai juru bahasa: ditanya seluruh amal mu, kecil dan besar yang halus sehalus halusnya dan yang kasar sekasar kasarnya seketika engkau dalam menghadapi kesulitan kiamat itu dan kesangatan besarnya,turunlah malaikat dari lawing langit kehadapan perhatian besar itu, dihadapan Tuhan Yang Jabbar, berdirilah mereka berbaris baris melihat mahkluk dari segala sudut dan memanggil kepada mereka satu demi satu, ketika itu bergoncanglah segala persendi, mengigillah segala anggota dan binggunglah akal budi, sesungguh inilah beberapa kaum, bawa sajalah mereka ke neraka langsung, jangan sampai dibuka dimuka umum keburukan amal mereka dihadapan Tuhan yang Jabbar, dan jangan tersiar rahasia mereka dimuka umum, maka sebelum dimulai pertanyaan kelihatanlah chaya Aras:

“Dan Bersinarlah Bumi Daripada Nur Tuhannya”

Maka yakinlah si hamba bahwa Tuhan yang Jabbar akan menghadapi perkara-perkara mereka, dan yakinlah setiap orang bahwa dirinya sendirilah yang dituju, dialah yang akan lebih dahulu ditanya sebelum menanyai yang lain, maka dimulai Tuhan lah menghadapkan pertanyaan kepada Nabi-nabi:

“Pada hari itu mengumpulkan Allah akan Rasul-rasul lalu bersabda Tuhan: “Dengan apakah kamu disambut?” mereka menjawab: “Tidak ada pengetahuan kami, sesungguhnya Engkaulah, Engkau! Yang Lebih Mengetahui akan yang ghaib-ghaib”

Alangkah hebatnya hari itu, sehingga Nabi-nabi sendiri pun kebingungan daripada sangat hebatnya, kemudian dipanggillah manusia satu demi satu, ditanyai sendiri oleh Allah Taala akan seluruh amalnya, sedikit atau banyaknya, yang rahasia atau nyata, dan ditanya pula seluruh tubuh dan anggotanya, bagaimanakah agaknya malu mu dan cemas mu, padahal waktu itu Dia membandingkan diantara nikmatNya dengan maksiat mu, diantara pembelaan tanganNya dengan kesalahan mu, kalau engkau mungkir maka seluruh anggota mu akan berdiri menjadi saksi, ketika itu hati mu bergoncang dan tepi mata mu tak terangkat.

Maka diserahkanlah ketangan mu, tidak ada yang tinggal besar dan kecil semuanya ditulis didalamnya, berapa banyaknya kerja keji yang pernah kau perbuat dan engkau telah lupa, hari itu baru engkau ingat kembali, dan berapa pula ketaatan yang telah engkau kerjakan tetapi engkau lalaikan larang pantangnya, wahilah seluruh rambut dibadanku, dengan kaki yang mana agaknya kita akan dapat berdiri dihadapanNya, dan dengan lidah yang mana agaknya kita akan menjawab pertanyaanNya, dengan hati yang mana kita mencari akal buat mengatakan dan didalam hadis ada tersebut:

“Sentiasalah kedua kaki anak adam berdiri dihari kiamat dihadapan Tuhannya, sehingga dia ditanya dari hal empat perkara: Dari hal umurnya, kemana dihabiskannya, darihal muda nya, kemana dipergunakannya, dan darihal hartanya kemana dibelanjakannya dan dinafkahkan nya dan apakah yang diamalkannya, sebagai hasil daripada pengetahuannya”

Oleh sebab itu maka pandang besarlah hai malang akan hidupmu waktu itu dan bahaya yang akan engkau hadapi janganlah lalai daripada memikirkan mizan dan akan berterbangan lah kitab-kitab itu dari kiri dan kanan.

“Maka barang siapa yang berat timbangannya maka dia didalam kehidupan yang diredai dan barang siapa yang ringan timbangannya maka ibunya adalah haawiyah, dan adakah engkau tahu apakah dia? Itulah neraka yang bernyala-nyala” (Al Qaariah 6-11)

Sifat Permusuhan Dan Pengembalian Harta Aniaya

Kemudian itu Imam Ghazali meneruskan pula:

“Ketahuilah oleh mu, bahwasanya tidaklah akan terlepas dari kesulitan mizan (timbangan) melainkan orang yang telah menghitung terlebih dahulu di dunia akan dirinya, dan ditimbangnya dengan timbangan syara’ akan amalannya, kata-kata nya, khathir hatinya dan gerak gerinya, menghitung dan menghisab diri sendiri ialah dengan taubat dari segala maksiat, sebelum mati iaitu taubatan nasuhah, dan segera ditukarnya kelalaiannya dengan mengerjakan perintah Allah dan dikembalikanharta orang lain yang diambil dengan jalan aniaya baik sebesar biji bayam sekali pun sehingga bila dia meninggal tidak ada lagi tinggal hutangnya baik hutang harta kepada manusia, atau hutang yang perlu kepada Tuhan. Orang yang seperti ini akan langsunglah masuk syurga dengan tidak usah melalui hisab, tetapi bila dia mati sebelum mengembalikan harta orang yang diambil dengan aniaya, maka pada hari itu akan datanglah lawan-lawannya yang dianiaya itu.yang ini merampas yang ditangannya, yang itu menarik umbun-umbunnya yang seorang lagi berkata: Engkau telah menganiayai aku dan yang seorang pula berkata: Engkau telah pernah memaki-maki ku, dan yang seorang lagi berkata: Engkau telah pernah mempermain-mainkan aku, yang satu berkata: Engkau pernah bertetangga dengan daku, lalu engkau rosakkan pertanggaan kita, yang satu lagi berkata: Engkau pernah berjual beli dengan daku lalu engkau sembunyikan cacat barang mu kepada ku, yang seorang lagi berkata: Engkau telah menbohongi dalam harga barang mu, yang satu lagi berkata: Engkau lihat aku dalam kesusahan pada hal engkau kaya, tidaklah engkau menolong daku, yang lain berkata: Engkau lihat aku teraniaya pada hal engkau sanggup membela tetapi engkau acuhkan daku.

Ketika itu segala kuku musuh mu telah menerkam engkau dan engkau terbingung-bingung kerana banyaknya mereka, tiba-tiba terkacuplah engkau mendengar seruan Tuhan Yang Jabbar:

اليوم تجزى كل نفس بما كسبت لا ظلم اليوم

“Pada hari ini akan diganjari setiap diri atas usahanya dan tidak ada seorang pun yang akan teraniaya”

Seketika itu runtuhlah hati mu, dan ingatlah engkau akan pesan Tuhan dengan perantaraan lidah RasulNya:

Dan janganlah engkau sangka bahwa Tuhan lalai daripada perbuatan orang yang teraniaya mereka cuma ditakhirkan sampai kepada hari yang akan ditujukan kepadanya seluruh penglihatan, tertekun dan tertekur kepala mereka, tidak terkeripis tepi mata mereka dan hati mereka oleh perasaan (Surah Ibrahim 42-43)

Maka alangkah gembiranya pula hati mu, maka segala perkara dapat selesai dengan baik dan engkau tidak menyentuh harta orang lain dahulunya, tetapi alangkah besarnya penyesalan mu pada hari itu, seketika engkau disuruh berdiri dihadapan hamparan keadilan dibukakan segala rahasia mu dan salah mu.

Maka jikala dirimu jangan sampai melanggar ketentuan Tuhan dan ditimpa oleh murkaNya dan siksaNya yang amat pedih, melangkah terus didalam jalanNya yang lurus. Maka barangsiapa yang berjalan lurus didalam alam ini, diatas shiratal mustaqiim nescaya ringanlah langkahnya dijalan shiratal mustaqiim di akherat dan barangsiapa yang keluar daripada jalan lurus dan istiqamah itu di dunia sehingga beratlah punggongnya dengan dosa dan kederhakaan maka dalam permulaan melangkah sahaja di akherat dia akan tergelincir.

Neraka Jahanam Dan Siksaan Nya

Kata Ghazali selanjutnya:

“Hai Ghafil’ yang lalai akan didirinya dan dilalaikan oleh tipu daya dunia yang pangkalnya mesti berhujung, dan timbulnya menanti habis! Tinggalkanlah memikirkan barang yang akan engkau tinggalkan ini, dan hadapkanlah fikiran kepada yang akan engkau tempuh kepada mu sudah dinyatakan bahwasanya semua akan lalu diatas jahanam itu, firman Tuhan:

“Dan tidak seorang pun diantara kamu, melainkan akan lalu diatasnya, itu adalah ketentuan pasti daripada Tuhan, kemudian itu akan Kami bebaskan orang yang taqwa dan kami biarkan orang yang aniaya terjerumus” (Al Maryam 71-72)

Maka yakinlah engkau bahwa semua pasti akan melalui jahanam adapun kebebasan dan kelepasan belumlah tentu maka rasakanlah dalam hati mu akan ngerinya waktu melalui itu, sudahkah engkau bepersiapan untuk meyelamatkan diri? Dan perhatikanlah hal makhluk waktu itu, bagaimana mereka menderita kehebatan hari kiamat sedang mereka didalam kesulitan berdiri menunggu keputusan khabar berita dan nasibnya, dan memohon syafaat seketika itu kegelapan meliputi orang yang bersalah dari segala penjuru menyala lah api neraka, kedengaran gejalanya yang ngeri dan penuh murka, ketika itu yakinlah si durjana akan nasibnya. Meniaraplah umat-umat kepersilaan sehingga orang yang tidak bersalah pun merasa kasihan daripada buruknya kesudahan nasib, ketika itu datanglah zabaaniyah menghalaukan orang-orang durhaka kedalam siksaan yang sangat, dilemparkan kedalam lubang jahanam dan dikatakan kepada: Sekarang rasailah balasannya hai engkau yang selama ini merasa diri mulia, tinggallah di dalam negeri yang kekal itu sebagai tawanan selama-lama nya dan dinyalakan dengan saiir, minuman didalam nya ialah hamiim tempat tetap ialah jahiim kaki terikat kepada umbun umbun dan gelap muka kerana gelapnya maksiat, mereka menghimpun himpun dan merintih didalam gerup-gerup nya: Hai malaikat Malik! Jangan kami telah hangus, hai Malik! Keluarkanlah kami! Kami tidak akan berbuat jahat lagi!

Maka menjawaplah zabaaniyah: tidak! Keamanan tidak akan engkau rasai lagi selamanya, engkau tidak akan keluar lagi dari negeri kehinaan ini, tutup mulut mu, dan janganlah bicara lagi, kalau engkau dikeluarkan pun dari dalam nya, engkau nescaya akan kembali juga kepada perbuatan mu yang dahulu, waktu itu terdiamlah mereka, menyesal mengingat kembali mereka selama ini melalaikan apa yang ada dihadrat Allah maka kemeyesalan tidaklah lagi menolong, keluhan tidak lagi dapat menebus, kesangsaraan dan kehinaan dan api neraka sentiasa bernyala sebagai penyalaan periuk belangga besar cimti besi menghancurkan kening, sehingga meluaplah kehangusan dari mulut mereka, dalam pada itu mereka ingin, biar mati sahaja tetapi mati tak dapat lagi, bagaimanakah perasaan mu jika engkau melihat mereka waktu itu, muka mereka sudah sangat hitam kerana hangusan hamiim, mata telah buta lidah sudah kelu dan tulang-tulang sudah lentuh dan kulit sudah pecah, dan nyala neraka sampai kepada seluruh bathin batang tubuh mereka dan ular dan kala dalam haawiyah senantiasa mejalar mengejar dan meliliti tubuh itu.

Pandanglah oleh mu bagaimana besar perbezaannya hidup akherat itu dengan dunia ini, sebagaimana didunia ini juga, manusia bertingkat derajat penghidupannya, maka akherat pun demikian pula bertingkat dan derajat juga, maka hangusan api neraka pun demikian pula bertingkat dan berderajat pula menurut tingkat besar dan kurang besarnya kesalahan yang diperbuat kerana Tuhan tidaklah berlaku aniaya walaupun sebesar atom, maka tidaklah sama tingkat azab siksaan itu dan tidak sama lama nya, mana yang telah selesai jangka ketika nya, dikeluarkanlah dari dalamnya, menurut ukuran dosa dan maksiatnya juga, tetapi azab yang paling kecil sekalipun kalau dapatlah ditebus dengan dunia dan isi nya, mahulah rasanya menebus, alangkah sangsaranya orang itu, sudah demikian besar bencana menimpa diri pada hal dunia yang dikejar selama ini taka da ditangan lagi.

Maka pandanglah hai malang akan hal yang ngeri, agaiblah jika engkau masih tertawa dan berlalai, dan bimbang dengan daki daki kedunian pada hal engkau tak tahu apakah kadar yang telah terdahulu pada hak ku?

Kalau itu yang engkau tanyakan, maka adalah alamat yang agaknya dapat membersihkan hati mu, dan engkau banyakkan pengharapan mu dengan sebab nya, iaitu bahwa engkau pandang keadaan mu sehari hari dan amal usaha mu, kerana semuanya telah dimudahkan menurut kejadianNya, kalau dimudahkan bagi mu jalan kebajikan, senangkanlah hati mu dan gembiralah, kerana engkau jauhlah daripada neraka, tetapi kalau tujuan mu didalam hidup mu tidak pernah kebajikan, ada-ada saja halangannya sehingga terhindar dan bila engkau menuju kejahatan, mudah saja maka ketahuilah bahwa engkau terancam bahaya, tanda dalam perkara ini ialah laksana mendengar alamat hujan dan asap alamat api, Firman Tuhan:

“Orang yang berbuat baik adalah pada syurga, dan orang durjana adalah pada neraka” ( Al Infithar 13-14)

Maka ukurkanlah ehwal mu dengan kedua patah ayat ini tahulah engkau dimana tempat mu diakherat.

Sifat SYurga Dan Nikmat Nya

 

 Sebagaimana di dalam Quran sendiri, kalau ada ayat azab selalu di iringi dengan ayat nikmat syurga, dan kalau ada ayat nikmat syurga selalu di iringi dengan ayat neraka, maka Ghazali pun mengatur susunan pandangan nya itu demikian pula seterusnya beliau tulis:

“Ketahuilah oleh mu bahwasanya negeri yang telah engkau ketahui hebat dan ngerinya itu ada timbalan nya negeri yang lain, maka perhatikan pula lah akan nikmatnya dan bahgianya, orang yang jauh dari yang sebuah, tentulah yang sebuah lagi tempat tinggalnya, maka elokkanlah diri mu dengan cembutan taqwa supaya engkau sampai cepat ke hadrat Tuhan yang Maha Besar, lepas daripada azab siksa yang pedih, cuba lah renungkan ahli syurga itu: wajah mereka berseri seri nikmat Ilahi, minum daripada air mawar narustu yang ditutup rapat sumbatannya, masih asli dan belum disentuh tangan lain, duduk diatas singgah sana daripada yaaquut bersandar kepada balai balai dipinggir sungai air mengalir, minum khamar dan air madu, dilayani oleh muda remaja dilayani oleh bidadari chantek pilihan laksana yaaquut dan marjan, belum pernah disentuh jin dan manusia, menatang Wajah Tuhan yang Maha Mulia, kekal di dalam menerima apa yang diingini tidak pernah merasa takut dan duka cita tidak takut akan mati lagi.

Khairan lah aku memikirkan orang yang tidak percaya akan negeri yang begini sifatnya, dan dia yakin bahwa penduduk negeri itu tidak akan mati lagi, tidak ditimpa bala’ bencana siapa yang tinggal di dalam nya, betapakah orang masih suka akan hidup diluarnya? Demia Allah, jika di dalam nya, hanya semata selamat badan aman dari maut, dari lapar dan haus dan segala macam kejadian sudah cukup buat pindah dari dunia ini, yang susah payah siang malam mencari keperluannya padahal dalam syurga penduduknya laksana raja-raja belaka, dengan serba serbi kesenangan dan kegembiraan dapat apa yang diingini, dan memandang akan Wajah Tuhan Yang Kariim, dengan melihat Wajah Tuhan saja, terliputilah segala nikmat yang lain, pendeknya kalau ingin hendak mengetahui nikmat syurga lebih jauh baca sahaja dalam Quran dan baca pula sabda Tuhan!

“Dan lagi barang siapa yang takut akan berdiri dan diperiksa dihadapan Tuhannya, dia  memperoleh dua syurga” Ar Rahman 46

Sampai kepada akhir surah “Ar Rahman” dan baca surah “Al Waqiah” surah “Al Insan” dan surah yang lain. Di dalam nya kelak akan dapatlah engkau ketahui betapa besar nikmat itu, “nikmat yang mata belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar dan bukan lah apa yang pernah terhadir dihati manusia” demikian tersebut dalam hadis, cukuplah melihat jumlahnya dalam apa yang telah kita tuliskan itu, dan telah ada pula tafsil sifatnya, tertulis di dalam kitab yang besar besar.

Dan ketahuilah bahwasanya darjat akherat itu bertingkat tingkat juga, sebagaimana di dalam kehidupan ini manusia mempunyai darjat amal dan taat dan budi bertingkat berdarjat, demikian pulalah ganjaran pahala yang akan dirasai di akherat, oleh sebab itu, berusahalah dan janganlah engkau didahului orang lain di dalam beramal kebajikan kalau engkau ingin mendapat nikmat syurga tingkat yang diatas sekali, Tuhan telah menganjurkan kamu berlumba dan berpacu di dalam mencapainya, Firman Tuhan:

“Dan berlumbalah kamu menuju maghfirah (ampunan) daripada Tuhan mu, dan menuju syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, disediakan bagi orang yang taqwa” Al Imran 133

Dan FirmanNya pula:

“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan adalah dalam nikmat, pada mahligai mereka memandang, dikenal pada wajah mereka keindahan nikmat, diberi minum kasturi tertutup rapat, tutupnya ialah kasturi dan kepada itulah berlumba hendaknya orang yang berlumba, campuran nya ialah narustu sejuk, telaga tempat minum orang yang dekat dengan Tuhan” Al Mutaffifiin 22-28

Ya Tuhan ku! Kami memohon masukkan kamu ke syurga, dengan apa pendekati nya, baik kata atau perbuatan, dan berselindunglah kami daripada neraka dari apa yang mendekati nya, baik kata atau perbuatan dan memohon ampunlah kami daripada setiap apa yang mengelincirkan kami dan dilukiskan oleh kalam, ya Tuhan ku Yang Maha Luas AmpunanNya, Ya Tuhan ku Yang Rahmaan dan Yang Rahiim.

Sekian Al Ghazali menulis dan diringkaskan oleh Sheik Jamaluddin Al Qaasami Ad Damsyik.

Sam’iyyat

Segala cerita tentang hari kiamat, tentang hal pertanyaan dalam kubur tentang mahsyar tentang siksaan neraka dan keindahan hidup dalam syurga banyaklah tersebut di dalam Quran sendiri atau di dalam hadis Nabi Muhammad saw, dan sudahlah nyata bahwasanya hal-hal yang demikian tidaklah dapat dibantah demikian saja, dengan akal sebab daerah akal tidak pula sampai kesana akal yang menghasilkan ilmu pengetahuan dan falsafah, hanya dapat mempelajari perkara yang terlinkung dalam ruang dan waktu, berbenda dan berbentuk, pada hal segalanya itu adalah hal ghaib yang akan kejadian bukan dalam kehidupan yang kita sekarang ini, tetapi di dalam hidup sesudah yang sekarang.

Dalam agama Islam, segala perkhabaran ini dinamai sam’iyyat, ertinya ialah perkara-perkara yang kita dengar ceritanya, lalu kita imani menolak kita tidak dapat kalau kita telah mengakui beragama, sebab semuanya tertera di dalam wahyu, dikuatkan oleh hadis-hadis menolak semuanya ini atau sebahgian daripadanya ertinya ialah menolak wahyu dan menolak hadis padahal jalan buat menolaknya pun tidaklah kena sebab itu kita jangan lupa, dimana kita sekarang ini? Kita masih hidup di dalam kehidupan yang sekarang apa yang dinamai sebab akibat dalam hidup sekarang ini, belum tentu sama pasti dengan sebab dan akibat dalam hidup yang lain.

Kadang-kadang berwas-was lah hati kita, tentang erti hidup yang kekal itu, akan terus sajakah hidup yang demikian itu sampai tidak ada batas ribuan dan jutaan tahun lagi? Pada hal kita hidup berbuat baik atau berbuat jahat dalam dunia ini hanya sebentar saja iaitu selama hidup kita? Akan berapa lah lama hidup ini jika dibandingkan dengan kehidupan hari kemudian itu yang dikatakan kekal selama lama nya?

Dalam memikirkan ini saja pun kita sudah lupa dilingkungan mana kita sekarang, hari ini kita menghitung ukuran masa dengan perjalanan matahari dan bumi yang edaran nya 24 jam sehari semalam, 365 hari atau 12 bulan setahun, kita tidak mempunyai ukuran masa yang lain daripada itu, dengan itu lah kita senantiasa mengukur cepat lambatnya edaran waktu, kita tidak mengenal edaran waktu yang lain daripada itu, padahal di dalam Quran Tuhan Yang Maha Kuasa pernah memberikan ukuran waktu dalam alam yang lain yang bukan alam kita iaitu satu hari sama dengan hitungan 1000 tahun sekarang, dalam ayat yang lain dikatakan satu hari sama dengan ukuran 50,000 tahun sekarang.

Melihat Allah

Nikmat yang paling utama, dan puncaknya segala nikmat akherat itu ialah kesempatan bagi makhluk melihat Wajah Tuhan nya, disini pun terjadilah pertingkaian pendapat yang amat besar diantara ulama-ulama terutama diantara ulama ahlu hadis dengan ulama muktazilah, apabila kita baca inti sari pertinkaian pendapat itu dapat juga kita mengambil kesimpulan sebagai yang kita katakana tadi, dalam Quran Tuhan telah mengucapkan janjiNya bahwa Dia akan memberi kesempatan bagi hambaNya melihat Wajah TuhanNya, maka kalau kita ukur pula zaman itu dengan keadaan yang sekarang ini, payah jugalah memikirkan bagaimanakah kita akan melihat Tuhan? Padahal Tuhan itu tidak dikandung tempat dan tidak dikandung masa? Tidak bertubuh dan tidak berbentuk, kerana alat pemikirannya ini di waktu ini tidaklah cukup.

Sebagai orang beragama, dengan sendirinya kita percaya akan kemungkinan melihat Tuhan itu, dan itulah yang kita rindui tetapi seorang sufi besar iaitu Al Ansari mengatakan “Orang lain ingin melihat Wajah Mu ya Tuhan! Tetapi aku sendiri ingin supaya Engkau melihat wajah ku!”

Di dalam keinginan kita yang demikian itu tidaklah pada tempatnya kita bertanya, bagaimanakah cara melihatNya itu bukan dilarang bertanya tetapi keadaan hidup kita yang sekarang hanya dapat menghasilkan jawab dalam ukuran yang sekarang pula sedangkan perkara yang jauh dari mata kita saja misalnya orang yang belum pernah pergi ke mekah menceritakan keadaan Mekah, lagi berbeza dengan orang yang telah kembali dari sana, gunalah akherat zaman depan yang kita semuanya tidak ada yang terkecuali akan kesana dan belum ada yang pulang dari sana.

Bayangan Syurga Untuk Orang Arab?

Ada orang yang mengatakan bahwasanya bayangan keadaan hidup dalam syurga yang dinyatakan oleh Muhammad di dalam apa yang dinamai nya Quran, adalah bujukan kepada orang Arab saja, yang tidak ada ertinya bagi bangsa lain yang tidak tinggal digurun pasir, syurga dibayangkan oleh Muhammad sebagai kebun yang indah, yang dibawahnya mengalir sungai-sungai yang amat jernih air nya, oleh setengah bangsa kita yang masih dengkal dan merasa belum  “sarjana” sebelum pandai memindahkan kata kata sarjana orientalis barat, hal itu dikatakannya pula kepada orang yang masih awam (dengkal).

Mereka berkata “Tidak ada ertinya surga yang dibayangkan Muhammad itu bagi kita bangsa Indonesia, kita mempunyai bumi yang indah seluruh tanah air kita adalah kebun dan taman yang indah, dibawah nya mengalir lah batang air, Begawan solo , bertas, kapwas, musi dan lain-lain tanah kita subur sekali makanan dan buah buahan ada di sini”.

Kalau sekiranya orang itu berfikir dengan tenang mahu meyelidiki sejarah bangsa Arab yang mula menerima Islam itu dengan saksama, tentu dia akan maklum bahwa tidak berapa lama setelah selesai Nabi Muhammad saw melakukan tugasnya, bangsa Arab itu telah menduduki negeri-negeri dekat sungai besar: Nil di jalah (Tigris) dan Furat, Indus, Gangga dan Jaff dan banyak lagi mereka membikin negeri tempat lain dan belumlah syurga-syurga tempat-tempat yang dikatakan itu.

Mungkin juga kita terima sahaja sebahgian daripada kata yang demikian bahwasanya syurga digambarkan sebagai “Barang Kebendaan” atau keindahan yang dapat cepat diterima oleh perasaan seni manusia, tetapi janganlah dilupakan Sabda Nabi Muhammad saw yang menjadi inti daripada gambaran keadaan syurga itu, iaitu:

“Syurga itu ialah: yang tidak mata melihat dan tidak telinga mendengar dan tidaklah hadir yang terasa dalam hati seorang jua pun”

Jelaslah sudah soal syurga atau neraka sekalipun dalam simpulan sabda beliau itu, kalau kita akan melihat taman yang indah kelak bukanlah mata semacam ini yang melihatnya kalau kita mendengar music yang merdu bukanlah telinga semacam ini yang akan mendengarnya gambarkanlah segala yang akan tergambar di dalam ingatan hati tentang nikmat syurga namun dia bukan itu bahkah lebih dari itu.

Apalah ertinya mata kita yang sekarang yang tidak bercahya kalau tidak lebih dahulu ada chaya jiwa apalah ertinya telinga kita yang sekarang yang tidak mengerti keindahan bunyi kalau getaran jiwa tidak nyaring.

Inilah pula yang menjadi perselisihan fikiran diantara ulama-ulama zaman dahulu, apakah kita akan merasa nikmat syurga, atau siksa neraka itu hanya dengan rohani kita yang khulud atau dengan tubuh kita sekali? Setengah orang muktazilah dan sebagian dari ahli falsafah Islam, sebagai Ibnu Rusyd terang-terang menyatakan bahwa itu adalah nikmat ruhaniyah belaka, sedang  sebagian ulama hadis menyatakan pendapat bahwa nikmat syurga atau siksaan neraka itu akan kita rasai serta merta ruhani dan jasmani.

Dalam zaman kita sekarang ini tidak ada perlunya kita menpertengkarkan itu, apatah lagi di zaman yang belum lama berlalu ketika faham keislaman mulai mundur bila mana timbul pertengkaran dalam suatu soal kadang kadang timbullah kafir mengafirkan sesat menyesatkan apabila berbeza fikirannya dengan kita kita keluarkan dia dari golongan kita, padahal perkara yang kita pertengkarkan sekali kali bukan masuk daerah atau competensi kita.

Tuhan telah menjanjikan barang siapa yang taat akan perintahNya mengikut seruanNya dan menghentikan laranganNya akan diberi nikmat syurga.

Kita percaya itu sebab kita percaya kepadaNya dan percaya kepada rasulNya dan percaya akan kitab yang dibawa oleh rasulNya.

Tuhan telah menjanjikan barang siapa yang hanya menurutkan hawa nafsunya lalu melanggar ketentuan Tuhan, akan disiksa dalam neraka.

Kita percaya itu sebab kita percaya kepadaNya dan percaya kepada rasulNya dan percaya akan kitab yang dibawa oleh rasulNya.

Bagaimana rupaNya, bentukNya, panjangNya luasNya Dial ah yang lebih tahu, apa yang dikatakanNya dengan perantaraan lidah rasulNya kita percaya semua, dalam keadaan dan bentuk yang dikatakan itu, kita tidak dapat walaupun kita cuba , buat mengambarkan keadaan itu dalam hidup kita yang sebagai sekarang ini.

Kewajipan kita bukanlah meyelidiki apakah itu? Kewajipan kita hanyalah melatih diri kita dalam lingkungan sifat-sifat kita sebagai manusia buat meniru sifat-sifat kemulian Ilahi sehingga layaklah kita menerima anugerahNya.

Qaafalah Kehidupan

Sebelum kita lahir, sudah berapa lamakah usia dunia ini? Dan sudahkah kita meninggalkannya, berapa angkatan lagikah agaknya keturunan kita yang akan datang berapa lagikan usia dunia ini?

Apakah ertinya kehidupan kita yang pendek sekilis zaman ini, jika dibandingkan dengan usia dunia sebelum kita lahir, yang telah million tahunan, dan usia dunia setelah kita pergi entah berapa million tahun lagi.

Cuma sedikit sekali, sukar buat menbandingkan nya tetapi walaupun dia sedikit itulah dan disitulah terletak hidup lahir kedunia diantara dua zaman yang lama, dahulu yang tidak dapat didaki kerana sangat jauhnya dan kemudian yang berlarut larut dalam  saat yang sedikit tidak berbanding itulah terletak kesempatan memberi nilai kedatangan kita.

Jalan raya kehidupan itu terbentang terus tiada tentu hujungnya, satu angkatan datang dan pergi, satu angkatan lain datang lagi dan pergi lagi, yang baru datang ketengah labuh lurus itu berjalan terus dengan giatnya, sampai payah dan penat, bila telah sampai waktunya dia pun mati, datang pula yang lain dengan tenaga baru demi setelah tenaga itu habis dia pun mati pula, berbondong orang yang tinggal mengantarkan mayit yang telah mati kepusara perkuburannya tetapi dalam saat itu juga kedengaran tanggisan anak yang baru lahir, anak menyambung hidup untuk mati, demikianlah keadaannya terus menerus..

Itulah dia Qaafalah dari kehidupan iaitu usaha yang tidak berkeputusan daripada hidup yang terputus putus orang nya datang dan pergi lahir dan mati tetapi usaha dan amal dan perbuatan senantiasa diteruskan oleh yang datang dibelakang tidak pernah terjadi perhentian tugas dan tidak pernah terbengkalai.

Qaafalah hidup berjalan demikian rupa, dan semua kita mengalami nya dan melihat nya, yang memikul jenazah hari ini besok akan dipikul pula.

Demikian jelasnya, tetapi dikabur juga bagi sebagian besar manusia, banyak kita yang lupa bahwa kita ini adalah orang singgah di sini, kita lahir dengan tiba-tiba dan akan hilang pula dengan tiba –tiba, banyak manusia yang lupa daratan lalu menyangka bahwa dia akan tinggal selama lama nya disini, meskipun hatinya tak menyangka namun perbuatannya membuktikan perasangkaannya yang salah, demi apabila maut itu datang , dia terkacuh seakan-akan mati adalah hal yang ganjil pada hal bagaimana pun dia tekacuh namun keadaan akan tetap sedemikian itu kerana begitulah adanya.

Alangkah baiknya jika badan sedang sehat dan otak sedang sedar, kita ingat benar-benar kampong apakah namanya yang kita diami sekarang ini, kalau ini kita ingat nescaya kita tidak akan menegakkan gedung angan angan yang menjulang langit diatas tanah kenyataan yang penuh rawan.

Lalu timbullah pertanyaan: Kalau sekiranya hidup itu hanya semata-mata pergantian orang yang baru datang dengan orang yang baru pergi, apakah ertinya dan kalau hanya seperti itu, apalah guna hidup. Liang kubur, atau membunuh diri adalah lebih baik untuk mencari penyelesian kalau sekiranya yang dikatakan hidup itu hanya semacam ini, kita menjadi pusing dan bising menerimanya hanya rentitan dari umpah puji, perlumbaan untuk kemegahan diri sendiri membunuh teman supaya diatas kematiannya aku bisa hidup penindasan yang kuat atau yang lemah kemudian itu mati! Mati kerana sangat lapar atau mati kerana sangat kenyang.

Akal yang murni tidak dapat menerima kalau hidup itu hanya demikian, mencari sendiri penjelasan daripada hidup itu tidaklah akan sanggup manusia ini, tidak ada bukti kenyataan yang didapati dengan ilmu pengetahuan pasti bahwa ada lagi hidup lain dibelakang hidup ini, tetapi manusia pun merasa ragu, dan tidak pula dapat memastikan bahwasanya hidup kita yang seperti ini hanya sehingga ini saja kalau hidup hanya sehingga ini saja dapatlah kita pastikan bahwa hidup ini zalim adanya! aniaya adanya.

Maka untuk menghilangkan keraguan hidup itulah agama, mulanya kita telah percaya ada Tuhan, kemudia itu kita telah percaya adanya hidup, kita pun telah percaya adanya Nabi kita pun telah percaya adanya wahyu maka Tuhan yang telah kita percaya itu menyampaikan wahyuNya dengan perantaraan rasulNya, memberi ingat bahwa hidup mu bukanlah semata-mata ini saja, hidup ini hanyalah semata-mata permulaan daripada hidup yang kekal dan abadi hidup yang sekarang adalah persiapan untuk menempuh hidup yang kekal abadi itu.

Benar kita datang hanya sekejap zaman kemari ini benar usia dunia sebelum kita telah bermillion tahun dan sepeninggalan kita entah berapa lama lagi, tetapi di dalam masa yang pendek itu kita memberi nilai akan hidup kita, untuk dijadikan bekal menempuh perjalanan yang jauh kenegeri kekal abadi: AKherat.

Hidup yang bijaksana ialah berbuat amal dan usaha milik kepentingan bagi kedua macam hidup itu, jangan hanya memikirkan satu macam hidup saja amal dan usaha itu dibuat bertali disini kita menanam buat nanti mengetam disini kita berusaha buat nanti mengambil hasil.

Dibalik Hidup Yang Sekarang

Kita mesti mati, dan mati tidak dapat kita tolak, satu alamat yang tidak berubah dilangit, iaitu Tuhan, satu alamat yang tidak pula berubah-ubah dibumi iaitu kubur, kemana pun kita melangkah kemana pun kita pergi menyembuyikan diri, kebenua mana pun namun tiba waktunya maka tepat pada saat itu pintu kubur menggegah menunggu kedatangan kita, baik kubur bumi atau perut ikan atau mana saja sama saja.

Mati adalah laksana suatu gerbang perbatasan diantara hidup yang fana ini, akan menuju kehidupan yang maha luas dan baqa’, iaitu hidup akherat, sesudah mati yang sekali itu kita tidak akan mati-mati lagi, kalau kita fikirkan hal ini dengan tenang tidak ada alasannya buat kita akan takut menghadapi mati, kita takut menghadapi mati hanyalah kerana melihat bangkai terlantar mukanya telah pucat kuning kerana darah dalam badannya tak berjalan lagi kita takut mengenang mati kerana memikirkan bahwa bangkai yang mati itu akan dimasukkan keliang lahat dan akan tinggal sepi sendiri, tiada berteman, itulah sebabnya agaknya maka ada seorang maha raja di benua Tiongkok seribu tahun yang telah lalu menitahkan menterinya mencari suatu tempat yang disana tidak akan didatangi oleh kematian, dia ingin kekal tetapi dia tidak mahu menyuluduki gerbang yang memisahkan dari hidup yang tidak kekal ini kepada hidup yang sebenar kekal.

Ada pula yang menyangka bahwa hidup itu hanya inilah! Dibelangkang ini tidak ada hidup lagi, bila mati telah datang tamatlah hidup masuk ke dalam suatu masa yang disana tidak ada perasaan lagi tidak ada  syu’uru, bila manusia telah mati samalah dengan seekor kucing yang mati atau dengan sapi yang dipotong dan dimakan setelah itu habis!.

Soal mati bukanlah soal habis! Mati boleh dikatakan penutup daripada hidup yang khayali dan pembukaan daripada hidup yang hakiki, pasti tiba waktunya ruh kita bercerai dengan badan kita tetapi insan tidaklah berubah kerana itu, tubuh kita hanyalah laksana pakaian saja yang boleh tanggal darai hakikat ruh tubuh berubah sifatnya, hari ini menjadi tubuh insan lain hari sebagai pernah dikatakan Umat Khiyaam dalam rabaitnya: menjadi tembikar atau piala tempat minum yang ditempah oleh tukang periuk belangga, mati hanyalah pindah dari satu tempat ketempat lain tidak mengurangi akan kesedaran seseorang atau hakikat wujud dan tidak pula mengurangi akan perasaannya bahkan bertambah jelas dan nyata baginya sebab dia telah terlepas daripada ikatan belenggu.

Barzakh

Langkah yang penghabisan sekali kita meninggalkan dunia ini ialah langkah permulaan bagi kita menuju alam khulud, dipermulaan langkah tiba disana dimulailah perhitungan nyatalah nilai kebajikan yang kita kerjakan selama ini dan nyata pula kejahatan semuanya dibayar kontan tidak ada yang tersembunyi.

Sampai ditegaskan bahwasanya orang yang mati kerana mempertahankan kebenaran dalam dunia ini adalah hidup:

“Janganlah kamu sangka bahwasanya orang yang terbunuh pada jalan Allah bahwa dia mati, bahkan dia adalah hidup disisi Tuhan mereka diberi rezki, mereka bersuka cita dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dengan kurniaNya dan mereka menyatakan kegembiraan untuk orang yang belum menuruti mereka dari belakang bahwa tak usah takut dan tak usah berduka cita” Al Imram 169-170.

Bahkan kadang kadang alamat-alamat baik atau alamat tidak baik sudah dapat dilihat pada akhir umur manusia, sekali seorang telah memilih pendirian di dalam hidupnya bahwa Tuhan nya ialah Allah, dan dia teguh pada pendirian itu, tidak berganjak sedikit juga, maka bilamana tiba saat dan waktunya akan mati, tibalah malaikat memberitahu kepadanya supaya tak usah takut tak usah duka cita bahkan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan.

Sebaliknya orang yang fasik dan aniaya, yang hidup fana nya ini tidak diberinya isi dan nilai, hanya dibuang-buang dengan tidak berketentuan kelihatan lah bagaimana sulitnya dia menempuh gelombang sakara itu. Malaikat pun datang pula menghulurkan dan menghampirkan tangannya, keluarkan lah nyawa mu! hari ini engkau terimalah ganjaran azab yang hina, kerana kamu pernah berkata terhadap Allah tidak atas kebenaran, dan kamu menyumbongkan diri atas ayat Allah.

Meskipun orang yang mengaku beriman, namun perhitungan dosa dan kesalahan yang diperbuatnya sementara hidupnya pun akan mendapat perhitungan juga, kelepasan dan keringanan hanya akan berlaku sesudah berlaku pertimbangan dan imbangan diantara berat ringannya kebaikan dan kesalahan itu.

Adapun dalil atas adanya siksa kubur itu amat banyak, rupanya sebelum menempuh syurga atau neraka haruslah dilalui zaman kubur sebab dia adalah sebagai bayangan dari yang akan ditempuh nanti, pada suatu hari Rasulullah saw bersama sahabat nya berjalan didekat perkuburan, maka kedengaranlah oleh telinga bathin beliau dua orang dari penghuni kubur itu menerima siksaannya, lalu beliau suruh ambilkan daun tamar yang masih muda dan beliau suruh letakkan diatas kubur itu, kata beliau: “yang berkubur dua orang ini sedang menanggung siksa, bukan dalam perkara besar, hanyalah kecil saja, seorang kerana tidak berselindung seketika pergi kencing dan seorang lagi tukang membawa khabar berita fitnah diantara sesame manusia”

Maka pada hakikatnya maut itu adalah menempuh masa-masa  juga seumpama orang yang hidup di dunia ini juga, menempuh masa kecil dewasa dan tua Cuma masa-masa yang ditempuh oleh ruh setelah cerai dari badan lebih halus lebih kuat dan lebih sedar.

Dengan jelas Rasulullah saw menerangkan masa masa yang akan kita tempuh sesudah mati itu, beliau berkata: “Seseorang hamba Allah yang beriman, bila telah mulai terputus dengan dunia dan akan menghadapi ke akherat datang lah malaikat dari langit, jernih muka nya, laksana mentari membawa akan kain kapan dari kapan syurga dan harum haruman dari harum haruman syurga maka duduklah malaikat malaikat itu merenungnya dikelilingnya, kemudian itu datang lah malaaikat maut dan duduk disisi kepalanya, maka dia pun berkata:”Wahai nafsu taiyibah (diri yang baik) keluarlah engkau dengan maghfirah Allah dan redaNya, maka keluarlah nafsu itu dari tubuhnya laksana mengalirnya titisan air dari piala, lalu diambilnya tidak dibiarkannya walaupun sekelip mata, lalu diambil pula oleh malaikat tadi dan dimasukkannya kedalam kapan yang dibawanya itu dan diberinya haruman dibawanya pergi laksana menatang sejemput kasturi yang harum didapat dari permukaan bumi.

Kemudian itu mereka pun membawanya naik kelangit demi setiap berjumpa dengan segolongan malaikat, bertanyalah malaikat-malaikat yang bertemu itu : Apakah bau yang harum ini? Malaikat yang membawa itu menjawab: Si fulan anak si fulan disebutnya nama nya itu sebagus bagusnya yang dipakainya selama dia di dunia, maka sampailah kenaikan itu kelangit dunia mereka minta bukakan pintu langit lalu dibukakan maka pegawai langit pertama menghantarnya pula sampai kelangit yang diatasnya, sehingga sampai kelangit yang ketujuh, maka datanglah sabda Tuhan Allah : “Tuliskan tulisan hambaKu ini ditempat orang-orang yang mulia, dan bawalah dia kembali kebumi kepada Tuhannya” maka datanglah dua malaikat duduk kedekatnya, maka berkatalah kedua malaikat itu: Siapakah Tuhan mu? Dia menjawab: Tuhanku Allah, apakah agama mu? – Agama ku Islam!

Siapakah orang yang diutuskan kepada mu itu?

Dia adalah Rasulullah!

Bagaimana engkau tahu?

Dia menjawab: Aku baca kitab Allah dan aku percaya akan dia, dan aku benarkan!

Maka kedengaran lah seruan penyeru dari langit “telah menbenarkan hambaKu, maka sediakan lah hamparan untuknya dalam syurga” maka dibukakanlah baginya sebuah pintu ke syurga maka datanglah keduanya segala haruman haruman nya dan narustu nya dan dilapangkan baginya di dalam kuburnya sejauh matanya memandang, maka tiba pula lah keduanya seorang yang mukanya bagus pakaiannya bagus dan baunya harum, berkata orang itu: “Senangkan lah hati mu dengan barang yang mengembirakan engkau, inilah hari yang telah dijanjikan buat engkau” lalu bertanyalah dia: “Engkau ini siapa? Muka mu sangat elok membawa kabar baik” orang itu menjawab: “Saya ini adalah amal mu yang sholeh” mendengar itu maka berkata lah dia: “Ya Tuhan ku! Lekaslah dirikan kiamat, lekaslah dirikan kiamat, supaya aku kembali kepada ahli ku dan hartaku”

Seterusnya Nabi bersabda pula:

“Dan hamba Allah yang kafir apabila telah terputus dengan dunia dan menghadap ke akherat, turun pulalah malaikat yang mukanya sangat hitam membawa bungkusan, mereka pun duduk menentang penglihatan kemudian itu datanglah malaikat maut dan duduk disisi kepalanya lalu dia berkata! “Hai nafsu yang keji! Keluarlah engkau dengan kebencian Allah dan kemurkaanNya, maka dia pun memisahkan nafsu itu dari badannya, dan mencabutnya laksana mencabut duri dari bulu yang kotor lalu diambilnya setelah diambilnya kedalam bungkusan buruk itu dibawanya sebagai membawa bangkai yang paling busuk di bumi, dibawanya terbang setiap bertemu dengan kelumpuk malaikat, malaikat yang brtemu itu bertanya: Apakah bau busuk ini? Malaikat yang membawa itu menjawab: Si fulan anak si fulan, disebutnya dengan seburuk namanya yang dikenal tetangganya di dunia, sehingga sampai kelangit dunia maka malaikat itu meminta dibukakan pintu langit maka tidaklah ada yang mahu membuka nya lalu Rasulullah membaca ayat:

“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan memandang rendah kepadanya, tidaklah dibukakan bagi mereka pintu langit dan tidaklah mereka masuk kedalam syurga sebelum unta dapat dimasukkan ke dalam lubang jarum” Al ‘Araaf 40

Maka berfirman lah Tuhan Allah: “Tuliskanlah kitabNya dalam penjara dibawah bumi yang paling bawah, maka dilemparkanlah ruh nya itu – kemudian Nabi pun membaca pula ayat-ayat:

“Dan barang siapa mempersyirikkan Allah adalah dia seakan-akan tersungkur jatuh dari langit lalu diperebutkan oleh burung atau diterbangkan angin kepenjuru yang jauh” Al Hajj 31.

Maka dikembalikanlah ruh nya kedalam tubuhnya datanglah dua orang malaikat dan duduk keduanya kedekatnya, lalu bertanya: Siapa Tuhan mu? dia menjawab: ah’ ah….saya tidak tahu.

“Apa agama mu?-ah’ ah’…..saya tidak tahu”

“Siapakah orang yang diutus pada mu itu? – ah’ ah saya tidak tahu”

Maka datanglah seruan dari langit bahwa orang ini adalah seorang yang telah mendustakan, sebab itu sediakanlah hamparannya dalam neraka, maka dibukakanlah sebuah diantara pintu neraka melambailah kepadanya panasnya dan angina saamumnya, kuburnya pun kian lama kian sempit sehingga adu beradulah tulang rusuknya ssatu dengan yang lainnya.

Maka datanglah seseorang yang mukanya sangat buruk dan pakaiannya pun buruk dan baunya sangat busuk, lalu dia berkata “Sekarang terimalah hal yang sangat menyakitkan mu inilah hari yang telah dijanjikan buat engkau” lalu dia bertanya: “Engkau ini siapa? Engkau datang dengan rupa sangat buruk membawa khabar sangat buruk pula?” dia menjawab: “Saya ini adalah amalan mu yang buruk” lalu dia berseru “Ya Tuhan! Janganlah datang kiamat”.

Dalam hadis lain demikian bunyinya: “Siapa engkau ini? Dia menjawab “  Saya ini adalah amalan mu yang jahat, engkau sangat lalai mentaati Allah, dan lekas benar derhaka kepadaNya, inilah balasan jahat atau engkau! Kemudian itu diikatkan kepadanya seorang buta, pekak dan bisu, ditangannya sebuah cemeti yang kalau dipukulkan kepada bukit, bukit itu menjadi tanah maka dipukulnya lah satu pukulan, maka jadilah dia tanah, kemudian dikembalikan Allah dianya sebagaimana adanya, lalu dipukul pula sekali lagi, maka memekiklah dia pekik yang sangat dasyat terdengar oleh segalasesuatu kecuali oleh manusia dan jin.

Berkata Baraa’ yang mendengar hadis ini dari Rasulullah: “Kemudian itu dibukalah satu pintu dari neraka dan dihamparkan hamparan buatnya daripada api”.

Itulah salah satu gambaran daripada hidup didalam alam kubur itu, yang digambarkan oleh Nabi Muhammad saw, kita tidak dapat menolak pengkhabaran ini, kerana selain daripada kita tidak mempunyai alasan buat menolak, maka menolak satu diantara sabda Nabi tentang hidup akherat itu, bererti menolak kenabiannya, dan menolak juga akan wahyu yang dibawanya, ertinya kita tolak sama sekali kepercayaan yang telah kita bina sejak semula sehingga kita pun tidak percaya lagi kepada Tuhan!.

Bagaimanakah keadaan selanjutnya daripada hal yang dihikayatkan Rasulullah itu? Tidak lah dapat kita ketahui lebih daripada apa yang diceritakan beliau itu, kita percaya! Bagaimana caranya? Tidaklah dapat dijawab oleh hokum sebab – akibat dan logic yang ada pada kita sekarang ini, sebab hokum sebab – akibat dan logic kita ini masihlah terkait oleh undang-undang yang duniawi, bagaimana tubuh yang telah berpisah dengan nyawa, akan dapat berjumpa kembali di alam itu, padahal kita melihat mummy firaun masih terlentang sejak beribu tahun sekarang tergolek dalam museum di Khahirah dan mummy lenin dan satalin masih serupa orang tidur dilapangan merah?

Maka memberikan jawab atas soal ini tidaklah dapat dengan begitu, kemajuan pengetahuan manusia mutakhir menunjukkan adanya rahasia-rahasia benda yang ghaib, yang tidak dapat diputuskan begitu saja, kerana teropong hidup sekarang yang masih danggal ini, sedangkan soal benda kian lama lagi kian ghaib, apatah lagi soal nyawa.

Tetapi pengalaman pengalaman yang telah disusun orang menjadi ilmu pengetahuan pada zaman akhir dan perjumpaan-perjumpaan yang telah dicubakan orang, telah banyak membuktikan akan adanya alam ruh, atau alam kubur atau alam barzakh itu.

Kepandaian manusia telah dapat memanggil ruh yang telah mati, dan ahli ilmu demikian mengakui bahwa ada ruh yang masih dekat dari kehidupan kita dan mudah dipanggil, da nada ruh yang telah jauh dari kalangan kita sehingga tidak kuat ruh pemanggil itu buat memanggilnya, kata mereka, ruh-ruh besar , ruh Nabi-nabi tidaklah dapat dipanggil, ruh-ruh yang rupa nya tidak dibukakan baginya pintu langit, berkeliaran keliling kita dan keinginannya hendak kembali ke dalam kehidupan yang sekarang tetapi tidak dapat lagi, menyebabkan dia menjadi penganggu menjadi hantu yang menakutkan.

Itulah sebabnya maka ajaran segala agama menyuruh kita berlatih agar jiwa kita jangan terpaut kepada barang yang akan kita tinggalkan ini, janganlah sampai harta benda, anak dan isteri atau keduniaan semuanya mengikat hati kita, sehingga berat meninggalkan dunia ini sebab kalau kita mati dan amalan kurang kita tidak lekas diterima atau diincarkan dari qafaalah ghaib hadrat rububiyah, maka terlemparlah arwah ke bumi, melihat isteri yang chantek telah dikahwini orang lain, rumah yang bagus telah dipunyai orang lain, anak yang ditinggalkan telah berbuat perkerjaan yang menyakitkan hati, maka cinta kepada Allah, yang dituruti dengan amal yang sholeh, membukakan hijab bagi kita untuk menempuh alam yang kekal dan khulud yang lebih luas Maha Luas dari hidup terbatas ini.

Umur Seseorang Dan Umur Dunia

Setelah habis janji dengan dunia ini, kita pun berangkat keakherat, dibelakang kita masih tinggallah manusia menunaikan janjinya pula menyambung hidup, bekerja dan berusaha, sampai bila, sampai kepada habisnya tugas hidup insani ini, dan keluar dari dalamnya dengan penuh pengalaman pahit, lalu berangkat ketempat yang telah tersedia entah neraka entah syurga? Bilakah akan berhentinya alam kita ini? Tempat menerima dan mewariskan duka dan suka dan perjuangan diantara kebenaran dan kedustaan? Sampai bila?

Agama menyatakan bahwa dunia ini mesti berakhir, ilmu pengetahuan alam pun dalam segala seginya menunjukkan bahwa segala sesuatu berpangkal dan segala sesuatu berakhir, langit akan runtuh, bumi akan tenggelam, tenggelam kemana? Entah! Bukit-bukit musnah jadi abu, dan bintang jatuh dari felaknya, ombak lautan mengayah naik, pendeknya sifat seluruh kehidupan ini akan datang masihnya digulong!.

Bilakah itu akan terjadi?

Tidak ada orang yang tahu, bahkah Nabi-nabi sendiri pun tidak tahu.

Pada satu hari datanglah Jibril kepada Nabi Muhammad saw di Madinah, merupakan dirinya sebagaimana manusia biasa, dia bertanyanya kepada Nabi apa erti Iman, lalu dijawab oleh Nabi, ditanyanya pula apa erti ihsan, lalu Nabi menjawab bahwa ihsan itu ertinya ialah bahwa hamba Allah berbakti dan menyembah kepada Allah seakan-akan Allah itu nampak olehnya Berdiri dihadapannya, walaupun tidak dapat melihat Allah Berdiri dihadapannya namun Allah Ta’ala tetap Melihat dia, lalu Gibril bertanya bilakah akan datang “saat” kiamat itu? Nabi pun menjawab: Bahwasanya orang yang ditanyai tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya, ertinya Nabi Muhammad tidaklah lebih tahu daripada Gibril dalam perkara bila hari akan kiamat, itu adalah ilmu Allah semata-mata.

Tetapi “Saat” itu pasti datang:

“Dan bahwasanya saat kiamat itu pasti datang, dan akan Aku rahsiakan untuk memberi pembalasan kepada setiap diri, menurut apa yang diusahakannya” Surah Toha ayat 15

Yang dapat ditunjukkan bahwa dia telah dekat adalah bukti-buktinya saja, diantara bukti itu dinyatakan juga oleh Nabi Muahmmad kepada Jibril ketika menjawab pertanyaan itu, diantaranya ialah bila seorang hamba perempuan telah melahirkan “Tuan nya” atau penghulunya, dan pula bilamana pengembala-pengembala kambing yang selama ini belum kenal memakai sepatu (hufat) yang selama ini hidup dalam kemelaratan tiba-tiba telah mendirikan gedung yang besar-besar.

Dalam hadis lain dinyatakannya, setengah daripada tanda hari akan kiamat, adalah bertambah pendeknya zaman, sehingga setahun serasa-rasa sebulan, sebulan rasa sejumaat, sejumaat rasa-rasa sehari, sehari rasa-rasa sesaat, sesaat rasa-rasa hanya segenjolak saja, dan tanda yang lain lagi dikatakan pula bahwa apabila orang tak tahu lagi menperbezakan harta pencarian, entah halal entah haram, kerana telah sangat berkacau.

Bilamana dikaji tanda-tanda itu, bahkan selalu kita berjumpa nampaklah bahwasanya dunia masih akan terus berputar dengan selamat, belum akan kiamat, selama masih ada manusisa yang menjunjung perhubungan baik diantara makhluk denga Khaliknya, selama suara penyeruan kepada Tuhan, selama inti sari kitab suci masih dihargai, bahkan selama ruh manusia masih kuat hubungannya dengan Maha Pencipta, belumlah hari akan kiamat.

Lama kita berenung memikirkan alam dan manusia dan hidupnya, kita mengakui bahwa kian lama kian majulah kehidupan manusia ini, kian tahulah manusia akan rahsia alam itu, ilmu pengetahuan telah meluas, manusia telah sangguh terbang keudara melebihi burung, menyelam kedalam lautan mengatasi ikan, manusia telah mengetahu radio televisyen dan berbagai-bagai ilmu yang lain, penyakit penyakit menular dan berbahaya sudah dapat ubatnya, tetapi apakah faedahnya dari kemajuan hidup itu? Manusia telah berbangga mengatakan dirinya berkuasa, tidak ada yang ghaib lagi, satu bangsa mengatasi bangsa lain timbul perebutan hidup dan perebutan makan, lalu timbul perebutan menjajah dan menjarah negeri orang, diantara satu bangsa dengan bangsa yang lain hiduplah cemburu mencemburui padahal suatu bangsa tidaklah dapat hidup sendirinya di dalam alam ini, kalau dia tidak berhubungan baik dengan bangsa yang lain, untuk hawa nafsu maka hubungan penting itu mereka lupakan. Mereka pun berperang-perangan berbunuh-bunuhan maju manusia dalam persenjataan tapi runtuh hancur luluh dalam pertahanan budi seruan, Nabi-nabi laksana hilang dan parau dikalahkan oleh seruan meriam.

Manusia mendabik dadanya dan berkata : “ Saya sanggup membunuh, saya sanggup mengalahkan dan saya sanggup jadi Ttuhan”

Itulah alamat kiamat telah dekat:

“Sehingga bila telah mengambil bumi akan perhiasannya dan diperindah dan menyangka pula penghuninya bahwa mereka telah berkuasa diatasnya, pada waktu itu datanglah perintah Kami, malam atau siang maka Kami jadikanlah dia menjadi padang tekukur, seakan-akan tidak ada apa-apa kemarinnya, demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat Kami bagi kaum yang berfikir”  Surah Yunus 24.

Jadi, salah satu tanda yang penting dari dekatnya hari kiamat, ialah kesombongan manusia diatas bumi, sehingga dihiasinya dengan macam-macam perhiasan waktu itu datanglah perintah Allah dengan tiba-tiba entah malam entah siang hanjur lebur semuanya.

Bila Tuhan Allah menimpahkan kehancuran dengan tiba-tiba entah siang entah malam, bukanlah tidak ada peringatan lebih dahulu, bukan laksana jepun menyerang pulau habour didalam sunyi sedang sardadu sardadu amerika berdansa-dansa, peringatan telah datang lama sekali dan yang membawa peringatan pun bukan seorang, bukan dua orang , kedatangan Rasul-rasul itu adalah pembawa peringatan, kitab-kitab suci pun penuh peringatan.

Beberapa umat kecil-kecil dizaman dahulu diberi peringatan oleh Nabinya masing-masing supaya kembali kepada Tuhan yang Esa dan percaya kepadaNya dan jujur dalam hidup, sebab bila kederhakaan telah meningkat, hokum Tuhan mesti datang, maka umat yang hanya terpikat dengan kecintaan dunia yang ada dihadapan matanya, yang lebih mempercayai kebendaan daripada kekuasaan Tuhan selalu mengabaikan seruan itu, bahkan mengejek, maka berlakulah kehendak Tuhan itu, hancur luluhlah kaum Aad, Tsamud, kaum Nuh, negeri madain dan lain-lain, tidak suatu pun yang dapat bertahan.

Didalam pesan para Nabi itu dinyatakan bahwasanya “Saat” itu pasti datang bila mana kerosakkan moral manusia sudah melampaui dari batas, bila mana manusia tidak peduli lagi bahwa diatas kekuasaannya sendiri adalah kekuasaan yang Maha Besar, bila mana telah sangat gelap kehidupan itu, sehingga fajarnya tidak diharap datang lagi, bila mana hawa nafsu telah melangkahi akal budi ketika itulah kiamat mesti datang.

Orang memegang iman kepada Tuhan sudah seperti memegang bara panas, terasa hangat dilepaskannya, orang tidak keberatan lagi menjual maruah, menjual kehormatan diri dan keyakinan, untuk mencari kemegahan yang sekejap mata:

“Adalah dihadapan hari kiamat itu banyak fitnah, laksana sepotong malam yang gelap gelita, pagi orang beriman sorei-sorei orang menjadi kafir, sorei beriman pagi menjadi kafir pula, suatu kaum menjual agamanya dengan laba dunia”

Lantaran itu maka peperangan-peperangan pun timbullah,  berperang sebentar, “Isterihat” kerana hendak berperang lagi, berdamai sementara kerana sedang dalam bersedia akan perang pula, sebab kepercayaan sudah habis, kebencian memenuhi segenap hati.

“Tidaklah berdiri hari kiamat melainkan setelah banyak huru hara” orang bertanya: “Apakah huru hara itu?, Rasulullah menjawab: pembunuhan! Pembunuhan!

Banyak lagi tanda-tanda lain beliau tunjukkan sebagai alamat hari akan kiamat, sampai kepada kaum wanita yang tidak tahu malu lagi, dia lebih senang berkeliaran keluar rumahnya, dengan pakaian “Kaasiyat ‘Aariyat” berbaju tetapi bertelanjang, zina menjadi-jadi sehingga disatu waktu tidak yakin orang lagi, benarkah seseorang itu ayah nya atau ibu nya.

Apakah Kita Muram ( Pessimist)

Lantaran tanda-tanda itu telah banyak bertemu, apakah kita akan memandang hidup dengan warna yang muram? Apakah kita akan pessimist? Orang yang beriman tidaklah mengenal pessimist! Orang yang beriman tidak mengenal kemuraman kita pun insaf bahwasanya lama sebelum zaman kita ini kejahatan dan kederhakaan telah ada juga didunia ini, bukankah menurut perlembang kata agama, nenek moyang manusia yang pertama Adam dan Hawa, bersama disuruh datang kemari dengan iblis? Waktu mau datang telah memang ada saat serang menyerang diantara tujuan baik dengan hawa nafsu dan kesyaithanan, kebaikan dengan keburukkan, kebenaran dengan kedustaan, keadilan dengan kezaliman senantiasa berperang, kalah mengalahkan, kalau sekali kali kelihatan seakan-akan kebenaran dan kebijakkan kalah, bukan lah masyarakat itu akan segera digulung Tuhan.

Kita tidak boleh putus asa, lalu lari ke gunung sebab orang yang beriman tidaklah suka melepaskan tanggung jawabnya dalam tanda-tanda hari akan kiamat yang banyak itu, satu pintu pengharapan dibukakan oleh Tuhan:

“Tidaklah berdiri hari kiamat atas sesorang yang masih mengatakan Allah, Allah”

Tegas sekali hadis ini, selama masih ada lidah mengucapkan nama “Allah” walau dikiri kanan sudah mengucapkan nama “syaithan” belaka, selama itu pula kiamat belum akan datang atau lebih tegas lagi, kiamat itu tidak dikenal oleh lidah yang masih menyebut nama Allah, biar pun orang lain telah tenggelam karam, telah hancur lebur, orang yang lidahnya masih mengucapkan Allah, tidak akan karam malahan kiamat menjadi tertahan, sebab masih ada alasan bagi Tuhan buat menghidupkan bumi ini, maka kalau nama Allah sudah hilang dari lidah mahkluk Nya, apa guna dibiarkan juga mereka dibumi.

Tentu saja tuan dapat memikirkan apa maksud hadis ini, menyebut nama Allah dan menyebut adalah dua perkara yang berbeza banyak kita mendengar orang duduk tegak menyebut nama Allah tetapi sebutannya itu hanya sehingga leher keatas, ini percuma!

Adakah tuan ingat cerita duksur seorang kafir? Pada suatu hari Nabi Muhammad kerana sangat lelah berteduh dibawah pohon kayu dan tertidur, pedangnya digantungkannya didahan kayu itu, maka datanglah duksur musuh besar Nabi, diambilnya pedang Nabi dan Nabi pun dibangunkannya, sambil mengacukan pedang itu, dia bertanya: “Siapakah yang dapat melepaskan engkau jika saya bunuh ya Muhammad” , Rasulullah menjawab : “Allah”.

“Allah” – bergema sejak diri hati sanubari, memenuhi seluruh rongga badan, mengalir diseluruh pipa darah, terloncat dari mulut memenuhi segala angkasa: “Allah” sehingga lemah segala sendi tulang duksur mendengarnya dan terlepas pedang itu dari tangannya, lalu Rasulullah mengambil pedang itu pula dan mengacukannya kemuka duksur dan beliau bertanya pula: “Sekarang siapakah yang dapat melepaskan engkau daripada pedang ku ini? Duksur menjawab: “tidak ada” dan duksur tidak dibunuh oleh Nabi, melainkan diajaknya memeluk Islam supaya kalimah “Allah” pun memenuhi pula akan segenap hidupnya.

Ucapan nama Allah yang semacam itulah yang dimaksud dengan panggal sehingga kiamat itu belum berlaku, dan walaupun berlaku juga, kerana sudah terlalu banyak lupa, namun orang yang ingat akan terlepas daripadanya, ertinya tidak merasa gentar dan takut menghadapi bahaya bagaimana pun besarnya, sebab dia telah berlatih mendekati Tuhan yang sememang kita akan datang kepadaNya.

Beberapa Tanda Yang Terkenal

Turunnya Kembali Nabi Esa as

Bilamana telah amat dekat masanya, menurut hadis-hadis yang shahih daripada Nabi Muhammad saw, akan nampaklah beberapa tanda, satu diantaranya yang paling penting ialah turunnya kembali Nabi Esa alaihi salam keatas dunia ini.

Macam-macam lah orang mentafsirkan tentang turunnya kembali Nabi Esa ini, ada orang mengatakan bahwa bahwa memang tubuh nabi Esa yang dahulu itu sendiri yang akan datang kembali kedunia, pokok kepercayaan daripada agama nasrani pun mengakui itu, Esa akan datang kembali tetapi amat berbeza kepercayaan Islam dengan kepercayaan nasrani tentang maksud kedatangan itu, tentu saja mereka percaya bahwa kedatangannya itu akan menentu orang percaya kepadanya, menurut ajaran kristian, supaya pulang kembali kedalam “Kerajaan bapa yang disyurga” dengan selamat, tetapi Islam menunggu kedatangan beliau, untuk memberi ingat kepada dunia ini, bahwasanya kepercayaan segolongan manusia selama ini, yang mengatakan dia tuhan atau anak tuhan, atau satu dari pecahan tiga aknum, Esa akan datang kembali memberi peringatan insan supaya kembali mentauhidkan Tuhan, dia akan datang kembali mengakui benarnya apa yang diserukan Muhammad, bahwasanya tiada tuhan melainkan Allah.

Teringatlah kita akan suatu cerita roman karangan Destojewski dalam karangan itu dia mengkhayalkan bahwasanya Nabi Esa atau Jesus kritus datang kembali ke dunia, menegur golongan yang mengakui dirinya pengikutnya padahal telah melakukan segala upacara agama berbeza sangat daripada apa yang beliau ajarkan, maka kedatangan itu tidaklah disambut baik, bahkan beliau telah sangat dimurkai oleh pendita-pendita agama itu sendiri, sebagaimana kebencian orang yahudi juga seketika beliau datang yang pertama sehingga mereka meminta pihak kekuasaan menyalibnya.

Setengahnya lagi mentafsirkan lain pula, iaitu beberapa golongan mengakui bahwasanya Esa Al Masih telah datang iaitu guru mereka yang sangat mereka cintai di zaman moden ini, kaum ahmadiyah golongan qadiyani dan golongan lahor mengakui bahwa Esa Al Masih telah datang, itulah dia guru mereka mizan gulam ahmad! Kaum bahai pun mengakui pula bahwa Esa Al Masih telah datang iaitu guru mereka : “Bahallah”.

Dengan tegas dan bebas kita menyatakan bahwa kita tidak percaya bahwasanya mizan gulam ahmad atau bahallah adalah Esa Al Masih yang dijanjikan, sedang kita menunggu-nunggu kedatangan Esa Al Masih yang dijanjikan, kita harap saja kedua golongan itu bahai dan ahmadiya berdamai dahulu, sebab selain dari yang berdua itu , banyak lagi orang yang mengakui Nabi pula, Nabi Muhammad mengatakan 30 orang.

Setengahnya lagi mentafsirkan bahwa yang akan datang itu bukanlah tubuh Esa Al Masih yang dahulu itu, tetapi mereka mentafsirkan bahwasanya ajaran Esa Al Masih yang sejati akan datang menjelma kembali ke dunia ini, membawa kesatuan faham seluruh manusia yang beragama, ke dalam satu kepercayaan iaitu bahwa Esa Al Masih bukan tuhan dan bukan anak tuhan, sebagaimana kepercayaan kaum kristian selama ini, dan bukan pula anak “yang tidak terang siapa bapanya” sebagaimana kepercayaan kaum yahudi, seluruh umat yang percaya akan bersatu kembali mengakui bahwasanya Esa Al Masih adalah makhluk Tuhan yang pilihan sebagai Rasul yang lain juga.

Mereka memegang pendapat ini sebab mereka telah melihat gejala perubahan kepercayaan itu dalam kalangan orang kristian sendiri pun, sehingga telah ada satu secte agama dalam kalangan mereka Unitarian yang menolak kepercayaan menuhankan Esa itu.

Adapun dalam golongan Islam sendiri, tidak pula kecil golongan yang berpendapat bahwasanya menunggu kedatangan Esa Al Masih itu kembali kedunia tidaklah termasuk kepercayaan yang principal (kepercayaan dasar) dalam islam, sebab hadis Nabi yang menyatakan kedatangan Esa Al Masih kembali itu adalah hadis “Ahad” bukan termasuk hadis yang mutawatir, dan dalam ajaran tentang rukun iman yang enam perkara, tidak pula lah Rasulullah memasukkan kepercayaan Esa kembali itu menjadi kepercayaan pokok, tidak termasuk rukun Iman yang enam perkara.

Tetapi mungkinkah orang yang telah meninggalkan dunia 2000 tahun yang telah lalu hidup kembali tidakkah hal itu mustahil?,  apabila kita telah mempelajari ilmu akal, tentu dapat kita jawab bahwasanya hal itu hanyalah mustahil menurut yang teradat tetapi tidak mustahil menurut akal, dan ahli ilmu biologi dan ilmu alam yang tidak bertuhan menyelidiki rahsia alam ini pun telah mendapat bukti-bukti bahwasanya hal ini tidaklah mustahil.

Dajjal

Dalam alamat dekat kiamat itu, Nabi pun menerangkan bahwa dajjal akan datang dajjal ertinya pembohong besar, seorang yang pecah matanya sebelah (A’ura), cerdik, buruk, penipu, ada alamat kafirnya pada kening nya, dan amat mahir dan amat maju ilmu pengetahuannya tentang alam, orang banyak akan tertipu oleh kemajuan ilmu pengetahuannya itu sehingga menyangka dia lah tuhan, dia mempunyai neraka sendiri dan syurga sendiri, siapa yang mengikut perintahnya dimasukkannya ke dalam syurga dan siapa yang tidak turut akan dimasukkannya kedalam neraka nya, segala nilai-nilai rohani budi dan akhlak dan moral, segala nilai-nilai kepercayaan kepada Ilahi akan dipertanggong balikkannya, dia akan mengembara diserata dunia ini memaksakan kekuasaannya dan kepercayaannya.

Kesudahan hidup dajjal itu ialah mati terbunuh juga.

Bermacam macam pula tafsir orang tentang dajjal ini, ada yang mengatakan dia telah datang dan telah lama matinya, ada pula suatu hadis :Ahad” mengatakan bahwa sahabat Nabi  Tamim Ladari pernah bertemu dengan dia disatu pulau, ada yang mengatakan bahwa dajjal itu ialah kapitalis – imperialis da nada yang mengatakan itulah komunis.

Dan ada yang mentafsirkan bahwasanya hadis dajjal ini adalah semata-mata peringatan bagi umat tauhid supaya mereka selalu waspada dan berhati-hati kerana penipuan dan kebohongan itu kian dekat kiamat kian nyata dan besar.

Dan yang sebaik-baik kepercayaan ialah tiada mentafsir dan tunggu saja, apa pun yang akan terjadi, selama nama Allah masih bersemai dalam hati, bagaimanapun besar cubaan dan kebohongan (dajjal) kita tidak akan kena, “dajjal” ertinya ialah “Kebohongan”.

Matahari Terbit Dari Barat

Dengan cepat dapatlah kita menerima pertanda ini memang kalau matahari telah terbit dari barat, ertinya peraturan perjalanan alam yang selama ini teratur sebagaimana yang kita lihat, telah disengaja Tuhan, mengajukan bintang-bintang pun runtuhlah daripada falaknya, dan langit digolong dan bukit-bukit dan gunung-gunung berganjak, binatang-binatang berlari-larian dan berkumpul-kumpul kerana takut mendengarkan dahsyatnya gunung-gunung yang meletus bumi ini pun penuh dengan sekerup-sekerup yang penuh api, sewaktu waktu bisa meletus dan melandak, alat-alat pelandak cukup didalamnya belerang yang belum disentuh ubat beding gas dan minyak, Allahu Akbar!.

Keluar Binatang

Dan tersebut dalam hadis Nabi bahwa seekor binatang dahsyat dan ngeri akan keluar dari perut bumi.

Apakah binatang itu sebagaimana dahsyatnya binatang-binatang sebelum sejarah yang hidup dizaman purba,?  yang didapati dalam penyelidikan ahli-ahli ilmu bumi dan alam yang terdapat 200,000 tahun yang telah lalu? atau lebih? apakah lebih daripada itu?

Alhi-ahli filem amerika mencuba menghayalkan akan datangnya binatang-binatang dahsyat itu ke dunia, kota-kota seperti new York akan diinjaknya dengan kakinya, empayer state building yang 103 tingkat itu akan patah disepaknya, ada pula yang menghayalkan bahwa cumi-cumi besar membalut jambatan “Golden Gate” di San Fransico, sehingga roboh! Tidak ada manusia yang dapat bertahan, seluruh tenaga angkatan perang amerika dikerahkan untuk menghancurkannya, tidak hancur!

Ajaib sekali kita melihat bagaimana kecemasan manusia setelah terdapat kemajuan ilmu pengetahuan tentang atom ini, mereka menghayalkan bahwasanya setelah bom-bom atom kerapkali diletuskan demikian juga bom hydrogen maka radioaktif menganggu ketenteraman binatang-binatang besar dan dahsyat yang masih tersembunyi didalam bumi lalu dia keluar.

Dalam Quran Tuhan Berfirman:

“Apabila telah jatuh perintah itu atas mereka, maka Kami keluarkan binatang dari bumi, akan bercakap kepada mereka, bahwasanya manusia dengan ayat Kami tidak cukup yakin” Surah An Nahl ayat 82.

Kadang-kadang tersalah oleh kita bahwa memang sudah tiba masanya ahli-ahli siasat dunia ini, yang menyerukan damai dengan meriam dan berkata bahwa kepintaran yang lebih tinggi ialah kesanggupan membunuh sesame manusia sebanyak-banyaknya, kadang-kadang tersalah oleh kita bahwa ajaran manusia kepada sesame manusia tidaklah mampan lagi memang telah perlu datang keldai atau kuda atau cumi-cumi dari dasar laut penuh akal busuk dengan belalainya, sambil berkata: “Hai insan! Mengapa engkau setamak seloba ini? Taubatlah! Asal jasmanimu dari tanah dan kamu akan akan kembali ketanah, asal rohani mu dari Tuhan, bersiaplah akan kembali kepada Tuhan, janganlah engkau mencuba memaklumkan perang kepada Tuhan, kerana engkau juga yang akan kalah”.

Alhasil segala pertanda hari kiamat tidaklah menyebabkan rasa muram dan persisment bagi seorang yang beriman.

Berbangkit Dan Menerima Ganjaran

Perjalanan kita didalam dunia ini mesti ada perhentiannya, dan sesudah kita pergi nanti, dunia ini sepeninggalan kita satu waktu akan sampai pula pada perhentiannya.

Kehidupan kita sepanjang umur kita didunia ini, hanyalah semata-mata suatu anugerah saja daripada Ilahi, anugerah buat hidup didalam bumi satu diantara bermillion bintang, umur teramat sempit dan daerah tempat beredar pun sempit, kita pandai menpergunakannya dengan sebaik-baiknya, maka meskipun sempit namun disanalah terletak nilainya, dalam masa yang sempit itulah kita menentukan dan mengambil kesempatan kalau kita mahu, supaya setelah kita berpindah kedaerah alam baqa’ yang lebih lapang itu, kita dapat naik ketempat yang layak, menjadi “jiran Allah” menjadi tetangga Tuhan.

Tuhan Bersih, maka tidaklah pantas masuk kedalam majlisNya orang yang kotor, Tuhan Baik, maka tidaklah akan diterima duduk dalam majlisNya orang yang buruk, Tuhan Maha Tahu, maka tidaklah layak duduk dalam majlisNya orang yang bodoh, keinsanan kita adalah gabungan daripada tanah dan nyawa maka orang yang selama hidupnya hanya berat kepada tanah, tertutuplah baginya pintu buat naik kelangit tinggi:

“Orang yang mendustakan ayat Kami dan menyombongkan diri, tidaklah akan dibukakan bagi mereka pintu langit” ( Al ‘Araf ayat 40).

Maka soal sesudah hari berbangkit itu kelak kitalah yang menentukannya sekarang, janganlah diukur pendeknya umur, tetapi ukurlah nilainya, usaha mencapai kehidupan yang lebih sempurna didalam linkungan garis kita sebagai manusia itulah yang memudahkan terbukanya pintu langit atau pintu syurga.

Bahkan kalau daki-daki kekotoran yang belum selesai masih ada, walaupun persediaan tempat didalam syurga telah disediakan belum jugalah diizinkan sekali gus masuk ke dalamnya, hal ini dapatlah kita ukur dalam hati kita sendiri diwaktu sekarang. Lendir-lendir dosa kalau masih terdapat dalam hati, maka hati itu masih ragu ragu menempuh perjalanan hidup, kadang-kadang lendir-lendir itu menekan kita, sehingga tidak berani menentang wajah orang lain, kalau usaha membersihkan bahtin dan mempertinggi martabat kemanusian sehingga layak duduk dalam syurga Allah tidak ada sama sekali, melainkan kian hari kian dikotorkan, seakan-akan hati sanubari telah kasar dan kesat, maka cubalah timbang dengan perasaan murni dimanakah tempatnya yang layak kalau bukan di neraka?

Dahulu kala orang yang bersih dan taat mengotori hidupnya didalam syurga sendiri, iaitu iblis, tidak ada lagi setumpuk alam Tuhan yang disana iblis belum pernah bersujud, tetapi kemudian timbul angkuh dan sombongnya ketika disuruh bersujud kepada Adam, maka dia pun dikeluarkan dari dalam syurga itu.

Bahkan Adam dan Hawa sendiri, sedang enak-enak duduk didalamnya, disuruh pergi kerana hidupnya pun dikotorinya lalu datang kedunia ini, dan kita adalah keturunannya, kita pun insaf, lebih baik datang kerana sesudah pembersihan daripada dari sana disuruh keluar kerana kotor.

Kita insaf kekotoran kita, daripada apa kita ini terjadi, dari gumpulan tanah, dari saringan darah yang bernama mani, jika lekat mani dikain – demikian menurut hadis Nabi, hendaklah dikukutikan ertinya dibersihkan, kejadian ini jangan dilupakan meskipun berbagai-bagai kemegahan dunia diperbuat orang, hendak melebihkan dirinya daripada yang lain, ada kerana kotoran, ada kerana pangkat, namun susunan itu tidaklah dapat merubah keadaan, bukanlah kemegahan yang palsu itu yang harus kita cari didunia ini, dihadapan kita terbentanglah dunia daal terbentang hidup kesempatan amat banyak, kalau kita mahu, untuk membersihkan diri yang sejati tadi, menahan nafsu, membentuk jiwa supaya menjadi orang baik, sebab dasar kebaikan itu sememangnya ada dalam jiwa kita, didalam hal kita senantiasa berjuang membersihkan jiwa itu, datanglah utusan Tuhan, malaikat maut menjemput kita dan apabila dia datang, tidaklah dapat didahulukan satu saat ataupun dikemudiankan, mesti tepat pada waktu yang telah ditentukan, tidak mengapa sebab kita telah bersedia, kita menerima kedatangannya dengan hati terbuka, dengan muka tersenyum simpul Ahlan Wa Shalan! Selamat Datang!.

“Orang yang bila ditemui oleh malaikat dalam keadaan baik-baik, maka berkatalah malaikat itu: “Selamatlah atas mu! masuklah kedalam syurga dengan apa yang telah kamu amalkan” (An Nahl ayat 32).

Dan orang yang masih belum berubah jiwanya dan tidak ada usahanya melatih, sehingga kotoran dan debu tanah serta pekatnya kejadian mani itu masih melumurinya apakah yang layak yang akan dapat diterimanya selain daripada sengsara? alangkah berat hati mereka itu seketika panggilan datang? Kerana dia sendiri pun telah merasa lebih dahulu ketempat mana dia akan dibawa!

Dalam ajaran Islam dijelaskan benar hubungan amal sholeh didunia dengan pahala diakherat, atau kerja darjan didunia dengan azab siksa diakherat, dengan secara “filosofi” ada juga orang yang mencuba-cuba hendak memutuskan hubungan amal dengan ganjaran itu, pada hal kalau hubungan itu tidak ada, kuranglah satu diantara sifat yang mesti ada pada Maha Penguasa Alam, iaitu Adil.

Golongan yang mencoba memutuskan hubungan itu lebih banyak menegakkan perhatian kepada apa yang dinamai “Masyiyah” iaitu kehendak Tuhan, ganjaran bagi yang berbuat amal sholeh dengan pahala, atau yang berbuat jahat dengan siksa, kata mereka hanyalah semata-mata kalau dikehendaki oleh Tuhan dan kehendak Tuhan itu tidak dapat dibantah oleh siapa pun saja, dan Tuhan berkuasa atas tiap-tiap sesuatu!.

Tidak mustahil pada akal – kata mereka- kalau seorang yang beramal sholeh dimasukkan Tuhan kedalam neraka, dan tidak mustahil pada akal kalau orang yang berbuat jahat hidup senang dalam syurga, sebab:

“Tidaklah Tuhan ditanya atas perbuatanNya, melainkan merekalah yang akan ditanya atas perbuatan mereka”, Surah Al Anbiyah ayat 23.

Ini adalah falsafah! Agama kalau sudah dicampuri oleh falsafah, mestilah hati-hati kerana kekacauan yang akan timbul, kesannya kepada keislaman adalah kelayuan jiwa, kehilangan semangat bekerja dan berusaha, dan ayat-ayat yang berisi janji tegas dari Tuhan, bahwa barangsiapa yang berbuat baik akan dimasukkan kedalam syurga, yang berbuat jahat neraka tentangannya, semuanya menjadi kendur kuasanya, kesungguhan-kesungguhan Rasulullah saw memperjuangkan ajaran agama ini sampai 23 tahun, menjadi runtuh ertinya, sahabat-sahabat Nabi yang mati dimedan perang kerana menegakkan “kalimah al haq” diringankan oleh falsafah yang demikian, umat yang tadinya bersemangat besar dan percaya kepada dirinya sendiri kerana kepercayaan kepada Allah bertukar menjadi umat yang apatis, kehilangan daya dan warna hidup.

Tuhan Berfirman:

“Apakah menyangka orang yang bersalah jahat bahwa akan Kami jadikan keadaan mereka serupa orang yang beriman dan beramal sholeh, sama kehidupan mereka dan kematiannya?, amat jahatlah apa yang mereka hukumkan itu” Surah Al Jasiyah ayat 21.

“Apakah akan Kami jadikan orang yang beriman dan beramal sholeh serupa dengan orang yang berbuat durjana di bumi?, atau Kami jadikan orang yang taqwa sama dengan orang yang  nista” Surah Shaad ayat 28.

Kita mengakui dan kita tidak membantah bulatnya masyiyah, bulatnya kehendak pada Allah, tidak siapa akan membantah, adapun falsafah yang meracuni semangat Islam seperti demikian, bukanlah berasal dari ajaran Islam, dia timbul adalah setelah “Ahli-ahli fikir” Islam terlalu banyak menganggur sehingga fikirannya kadang-kadang keluar dari garis, kerana tidak ada yang akan dikerjakan dan mengetahui sifat Tuhan hendaklah dalam keseluruhannya, kesempurnaan sifat-sifat Tuhan adalah gabungan daripada keseluruhannya.

Tuhan kita adalah bersifat “Jabbar” Keras, Gagah, Perkasa!

Dan Dia pun bersifat “Hakiim” Maha Bijaksana.

Tuhan kita adalah bersifat “Ghafur dan Rahiim”, Pengampun dan Penyayang.

Memang!- dan Dia pun bersifat “Syadidul ‘Iqabb” Amat Sangat Hebat SiksaanNya.

KehendakNya berlaku dan tidak dapat dibantah, masyiyahNya adalah langsung 100%, tetapi kalau manusia yang berakal tinggi saja pun dapat membezakan siapa yang pengkhianat dan siapa yang jujur, dan bagaimana pula perlainan martabatnya, nescaya Tuhan yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana lebih mengetahui dalam hal ini.

Adapun kalau Tuhan Allah sekali-kali memberi maaf orang yang bersalah, itu adalah perkara lain, Tuhan Berhak memberi ampun, tetapi bila Tuhan menganugerahkan ampun, bukan bererti bahwa undang-undang Tuhan tidak berlaku.

Adapun kalau misalnyadikhayalkan didalam akal yang kadang-kadang suka menerawang keluar garis yang bukan tugasnya ini, mahu membicarakan juga, kalau-kalau ada Tuhan memasukkan orang yang beramal sholeh kedalam neraka, maka salah seorang ahli tasauf yang besar, iaitu Rabiatul ‘Adawiyah pernah menjawab pertanyaan orang: “Bagaimana kalau engkau dimasukkan Tuhan kedalam neraka?”

Rabiatul ‘Adawiyah menjawab “yang penting menjadi tujuan hidupku adalah keredaan Tuhan, asal Tuhan reda kepadaku, dimana saja aku akan ditempatkanNya dengan segala senang hati aku terima, maka reda Tuhan itu adalah lebih tinggi bagiku dalam apa yang dinamai syurga”

Ini sudah alam lain, alam tasauf, bukan lagi berfalsafah.

Tetapi kalau dipandang dari segi aliran falsafah ibnu rusd, seorang yang beramal sholeh menurut beliau mustahil dimasukkan keneraka, dan seorang yang berbuat jahat mustahil dimasukkan ke syurga bahkan tidak ada neraka bagi orang sholeh, dan sekali-kali takada syurga bagi jiwa yang durjana didunia ini saja pun sudah dapat dirasai, bila seseorang berbuat baik dia sudah mulai merasai syurga, walaupun dia dikurung didalam sebuah penjara dengan tujuh lapisan pagar dan seorang yang durjana selalu dineraka, walaupun dia tinggal didalam istana yang indah, falsafah beliau yang demikian itu didasarkan kepada bahwasanya nilmat Ilahi diakherat itu bukanlah nikmat jasmani tetapi rohani semata-mata.

Syafaat Rasullah

Disamping itu terkenallah pula hadis syafaat, didalam suatu hadis shahih ada tersebut: bahwasanya bila datang waktu berbangkit diakherat esok, bukan mainlah debar jiwa seluruh insan, masing-masing memikirkan perkaranya sendiri-sendiri yang kelak akan dihadapkan kehadrat Allah, dosa dan pahala, kejahatan dan kebaikan semuanya akan dibuka dan dipaparkan dihadapan Tuhan, tidak ada insan yang seratus persen terlepas dari suatu kesalahan, besar atau kecil sekalipun, bagaimanakah banyak rintangan dan halangan dan duri dan onak yang ditempuh manusia didalam perjuangan hidup ini, namun maksud dan cita-cita tetap baik, hati sanubari tetap menuju kebaikan tetapi suasana dan keadaan berkeliling perdayaan daripada hawa nafsu dunia dan syaithan bukan pula sedikit, manusia ingat kembali kesalahannya dimasa hidup sama sekali tergambar dan terbayang.

Maka tersebutlah dalam hadis, bagaimana manusia itu berjalan berbondong berduyun-duyun laksana pasang turun dan pasang naik, mencari perlindungan masing-masing sebelum perkara dibuka semoga adalah sesama manusia yang dapat mempergunakan kedekatan jiwanya kepada Tuhan untuk menolong melaksanakan mereka daripada beratnya persoalan, manusia-manusia utama itu ialah Nabi-nabi, maka datanglah mereka kepada nenek manusia, Nabi Adam, memohon kepada beliau supaya kiranya dapatlah pengaruh beliau yang besar disisi Tuhan, beliau pergunakan buat menolong memohon ampun Ilahi atas dosa mereka, Nabi adam menyatakan bahwa dia tidak berupaya hendak menolong sebab beliau sendiri pun ada soal dan perkara yang harus diselesaikan diantara dia dengan Tuhan, bukankah soal besar diantara Adam dengan Tuhan, ialah keterlanjuran memakan buah yang terlarang, bersama isterinya Hawa? Beliau menyuruh mereka pergi kepada Nabi Nuh alaihi salam.

Maka berbondong pulalah makhluk insan itu mendatangi nabi Nuh, memohon pertolongan beliau, sebagaimana yang dipinta kepada Adam, Nuh pun menyatakan tiada kesanggupannya, dia pun mempunyai perkara pula dengan Tuhan, beliau menyuruh mereka mendatangi Nabi Ibrahim, nenek sebahgian besar daripada Nabi-nabi, mereka pun datang kepada Ibrahim, dan Ibrahim tidak dapat mengabulkan permintaan itu kerana beliau pun merasa pula ada soalannya sendiri yang harus diselesaikan dengan Tuhan, beliau menganjurkan mendatangi Nabi Musa.

Manusia pun pergilah kepada Nabi Musa, Nabi Musa pun menolak pula sebab beliau merasa ada pula persoalannya yang akan diselesaikan dengan Tuhan, beliau merasa malu, lalu beliau memberi nasihat supaya mereka datang kepada Nabi Esa Al Masih, ruh Allah dan kalimahNya, mereka pun datang kepada Nabi Esa menyampaikan permohonan pertolongan itu, dengan serta merta nabi Esa pun menolak pula, beliau malu membawa mereka menghadapi Tuhan, kerana perkaranya pun besar pula dengan Ilahi, iaitu keadaan umat yang mempercayainya sampai mengatakan dia anak Tuhan atau yang ketiga dari satu tuhan, lalu beliau suruh mereka menghadap Muhammad, penutup segala Nabi dan Rasul, yang telah diampuni kalau dia bersalah, baik yang terdahulu atau yang terkemudian, maka datanglah mereka kepada Muhammad saw permohonan mereka itu beliau qabulkan, lalu datanglah Muhammad menghadap Tuhan sambil bersujud , maka Tuhan pun – Ma Syaa Allah- memanggil namaku – kata Nabi – dan bersabda: “Angkatlah kepada mu ya Muhammad! Katakanlah apa yang terasa, Aku dengarkan! Mohonkanlah apa yang engkau ingini, nescaya Aku beri! Memberikan syafaatlah kepada orang yang hendak Engkau beri syafaat nescaya Aku syafaati” Nabi berkata selanjutnya: “Maka aku angkatlah kepala ku dan Ku mohonkanlah syafaat dan diberilah aku batas-batas hadnya maka dikeluarkanlah mereka dari dalam neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, kemudia aku ulang sekali lagi, aku bersujud dan memohon, lalu Tuhan menyuruh aku mengangkat kepada dan menyebut apa yang terasa supaya Tuhan dengarkan, meminta apa yang diingini supaya diqabulkan, memohonkan syafaat supaya disyafaati. Sekali lagi permintaan ku diqabulkan dikeluarkanlah mereka dari dalam neraka dan dimasukkan kedalam syurga, bersabda Nabi: “tidaklah aku ingat entah sampai tiga kali entah sampai empat kali, akhirnya aku berkata, Ya Tuhan ku, tidak ada lagi yang tinggal didalam neraka itu, kecuali orang yang telah dipenjarakan oleh Al Quran, iaitu orang yang telah ditempatkan khulud didalamnya”

Sekianlah kesimpulan daripada apa yang dinamai hadis syafaat, hadis ini salah satu dari sabda Nabi Muhammad saw yang harus kita terima sebagai umat yang percaya, tetapi sungguhpun demikian kalau memahamkan agama tidak teguh dan tidak dari sumber tauhid yang hidup, dapat pula melemahkan semangat kita beragama, sehingga kita pegang ekor dari satu hadis dan kita lenggahkan ruh dari berpuluh amr (suruhan) dan nahi (larangan) dan hasungan.

Hadis itu dikuatkan lagi oleh suatu hadis shahih, riwayat bukhari dan muslim, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya bagi setiap Nabi adalah doa yang mustajab, dan saya menyimpan doa ku untuk menjadi syafaat bagi umatku, doa ku itu akan meliputi kamu insyallah, iaitu siapa yang meninggal dunia, tidak mempersyirikkan Allah dengan yang lain”

Hadis-hadis syafaat itu serupa juga dengan keadaan pengaruh Al Quran, iaitu:

“Tersesat dengan dia barangsiapa yang dikehendakiNya, dan diberi pertunjuk dengan dia barangsiapa yang dikendakiNya, dan tidaklah disesatkanNya, kecuali orang yang fasik jua”

Hadis-hadis syafaat ini menambah iman orang yang beriman dan menambah cintanya kepada Rasulullah, lalu dia berusaha membersihkan dirinya, menambah amal ibadatnya agar dia bertambah dekat kepada Rasulullah dan menjadi umatnya yang sejati, tetapi menyesatkan pula bagi setengah orang, iaitu semacam pasasiet (bandalu) dalam masyarakat, yang hanya mengharapkan syafaat saja tapi amalannya berkurang-kurang maksiatnya bertambah banyak dan jika ditanya bagaimana jadi begini, dia menjawab  berkat syafaat Rasulullah, sebab dia masih tetap percaya kepada Muhammad, akan dibebaskan Tuhan lah dia daripada azab siksaan akherat.

Apakah mereka menyangka bahwa hadis-hadis itu menbatalkan jalan hokum yang telah tertulis? Dan berkat syafaat Rasulullah, maka api neraka jahanam yang amat panas itu akan menjadi dingin dan tawar untuk orang yang derhaka?.

Kalau seperti itu agama, kacaulah kita memikirkannya, berapa banyak ayat dan hadis yang dengan tegas menyatakan bahwa yang bersalah akan mendapat hukumannya dan yang berbuat baik akan mendapat pahalanya, berat dan ringannya suatu kesalahan atau suatu kebajikan akan ditimbang dengan mizan (timbangan) yang sangat halus walaupun sebesar zarah:

“Adapun orang-orang yang berat timbangannya maka dia akan beroleh hidup yang diredai, dan adapun orang yang ringan timbangannya maka “ibunya” ialah Haawiyah, tahukah engkau apakah Haawiyah itu? Itulah api neraka yang sangat panas” Surah Al Qaari’ah ayat 6-11

Ditegaskan lagi:

“Dan barangsiapa yang beramal seberat zarah pun (atom) daripada kebajikan, nescaya akan dilihatnya jua, dan barangsiapa yang beramal pun daripada kejahatan nescaya akan dilihatnya juga” Surah Al Zalzalah ayat 7-8

Orang-orang yang jujur akan datang dimuka timbangan keadilan, dia akan merasa puas atas hasil yang dikerjakannya semasa hidupnya, mendapat perhitungan tidak ada keaniayaan itulah yang masuk di akal, sehingga walaupun ada suatu kesalahan yang terbuka dimuka timbangan hati pun terubat juga, melihat bahwa disamping itu terdapat pula kebajikan tidak ada yang hilang sedikit juga, sekurang-kurangnya angka-angka kejahatan itu kelak dapat diatasi oleh angka kebajikan maka ada orang-orang yang tidak bekerja sama sekali atau kejahatannya lebih banyak dan kebajikannya amat sedikit, dia datang hanya mengharapkan syafaat apakah ertinya ayat-ayat yang lain yang menyatakan bahwa bila hari kiamat telah datang kelak segala orang akan menyesali nasibnya:

“Dan beri ingatlah mereka olehmu hai Muhammad, akan hari penyesalan itu” Surah Mariam ayat 39.

Bahkah orang yang berbuat baik sekalipun akan menyesal mengapa hanya sekian kebajikan yang diperbuatnya, padahal begini besar ganjarannya alangkah baiknya jika selama hidupnya dahulu hanya kebajikan saja yang dikerjakannya.

Dan ada pula ayat yang terang-terang berkata:

“Dan takutilah oleh mu akan hari itu, yang seorang tidak dapat memberi ganjaran pada yang lain, dan tidak diterima padanya pembelaan dan tidak pula bermanfaat syafaat, dan tidak pula mereka akan ditolong” Surah Al Baqarah ayat 123

“Dan tidaklah memikul seorang akan dosa orang lain, dan jika diletakkan suatu beban berat buat dipikul, tidaklah dapat dipikulkan kepada orang lain sekalipun, meskipun kawan yang sekarib-karibnya” Surah Al Fathir ayat 18.

Hebat dan dahsyat hari itu, sekalipun diri bukanlah kerana pertolongan orang lain sesaat itu, bahkah orang melepaskan dirinya sendiri, sehingga lari seseorang daripada saudaranya, daripada anak dan daripada isterinya, dan daripada teman sejawatnya, tidak dapat menolong orang lain dan tidak dapat ditolong oleh orang lain, maka tersebutlah didalam suatu hadis pula, riwayat Bukhari, bagaiman hebat dan dahsyatnya hari Mahsyar itu dan ngeri nya keadaan neraka.

Nabi Muhammad saw bersabda: “Direntangkanlah syirat (titian) diatas neraka jahanam, maka yang dahulu sekali menitinya dari antara Rasul-rasul dengan umaynya, tidak seorang pun yang bercakap diwaktu itu, kecuali Rasul-rasul dan perkataan Rasul-rasul diwaktu itu ialah: “Oh Tuhan! selamatkan, selamatkan! Dan dari jahanam menjulurlah belalai api, laksana duri kayu sa’din Cuma tidaklah ada yang tahu berapa besarnya duri-duri itu kecuali Tuhan Allah, disangkutnya kaki manusia yang sedang menlangkah itu menurut amalnya, dan ada pula yang tersungkur terjembat jatuh kerana amalnya, dan ada pula yang terpelisik kemudian terlepas, kemudian itu bila Allah bermaksud hendak melimpahkan rahmatNya kepada barangsiapa yang dikehendakiNya daripada ahli neraka itu, diperintahkanNyalah malaikat supaya mengeluarkan orang-orang yang dahulunya beribadat kepada Allah, mereka pun dikeluarkan dan mereka dapat dikenal daripada bekas sujud, dan diharamkan Allah Ta’ala kepada api neraka memakan orang-orang yang ada bekas sujud itu, maka keluarlah mereka dari dalam neraka, seluruh anak adam akan dimakan api neraka, kecuali yang ada berbekas sujud dikeningnya” maka dikeluarkanlah mereka dari dalam api neraka itu sudah kurus kering lalu disiramkanlah kepada mereka air kehidupan maka tumbuhlah dia sebagaimana tumbuhnya biji-biji yang terpendam sesudah terlepas banjir”.

Hadis ini menguatkan bahwasanya bagaimana jua pun nanum segenap kita akan merasai neraka, hanya bekas sujud kepada Tuhan juga yang akan memberi tanda kepada insan sehingga dia terlepas kemudiannya daripada bahaya itu, dibasuhlah kita disana terlebih dahulu, bukan dengan air tetapi dengan api ibarat besi waja atau ibarat emas ditinting ditempat digembeling sampai masak, sehingga layaklah kemudiannya buat menerima bentuk yang baru, yang penuh dengan nikmat dan reda Allah swt.

Dimana Letak Syafaat?

Kalau demikian bagaimana duduknya syafaat itu?

Misal yang dekat tentu ada, berapa banyaknya insan yang sentiasa berusaha menempuh hidup dengan penuh kesungguhan tidaklah dia pernah jahat sangka kepada Allah dia terus bekerja terus berusaha terus beramal tetapi insaflah kita bagaimana sulitnya menempuh “Shirathal Mustaqiim” diakherat, dititi dengan hati-hati tetapi sekali-kali jatuh juga, namun asa tidak pernah putus, tegak lagi dan melangkah lagi, sinar Chaya harapan kepada Ilahi sentiasa terbentang juga dihadapan matanya.

Atau ibarat orang yang belayar, hebatlah pelayaran ini, perahu kecil, ombak besar, angin badai, air bertimpa-timpa masuk kedalam, tidak karam saja sudah syukur! maka orang-orang seperti ini ada catitannya ditangan malaikat dan diketahui oleh Tuhan, dan kelak akan dibuka kembali.

Orang-orang yang seperti ini tentu berhak mendapat syafaat laksana seorang anak sekolah setiap hari dia bersungguh-sungguh belajar, bersungguh menghafal, tidak pernah dia pemalas, tetapi setelah dilakukan ujian dia hanya mendapat angka yang kecil, berulang-ulang demikian keadaannya setiap tahun, guru tahu anak ini baik, maka adalah suatu rahsia pimpinan guru memberikan angka “hadiah” kepadanya untuk menghargai kesungguhan hatinya.

Tetapi anak yang memang pemalas, bagaimana akan memberinya syafaat? Bagaimana akan memberinya angka tinggi?

Dalam pada itu tidaklah kita kesampingkan saja penghargaan yang diberikan Tuhan kepada Nabi Muhammad saw ikutan kita, yang doa nya maqbul dan doa itu disimpannya untuk syafaat bagi umatnya, memang dia penutup segala Rasul dalam hadis pertama tentang kisah syafaat tadi Nampak bahwa bukan umat Muhammad saja yang dimohonkannya terlepas daripada azab siksaan itu bahkan seluruh insan adanya, bacalah kembali hadis itu.

Tetapi ingatlah bahwasanya syafaat adalah hak luarbiasa, dan hak luarbiasa itu tidaklah merubah hokum seorang yang bersalah dan dihukum masuk penjara sekian tahun oleh satu kehakiman duniawi, kadang-kadang dikurangi dan dia diberi ampun, ampunan bukanlah merubah hukum!.

Dudukkanlah dengan sebaik-baiknya kepercayaan kepada syafaat itu, mengakui adanya syafaat Rasul, lalu berusaha mendekati Rasul, dinyatakannya hanya orang yang mempersyirikkan Tuhaan dengan yang lain yang tidak ada harapan sama sekali akan beroleh syafaat, berapa banyaknya orang sembahyang, puasa, berzakat dan naik haji, paadahal dia mempersyirikkan Tuhan dengan yang lain, meskipun bukan berhala yang disembahnya, sesamanya manusia pun disembahnya, bahkan didalam satu hadis ada tersebut, bahwasanya seseorang yang beramal baik kerana mengharapkan semata-mata pujian manusia, yang bernama riak, adalah syirik yang khafi, mempersyirikkan Tuhan dengan halus.

Maka janganlah pernah Tuhan menjadi ringan dihati kita kerana mengharapkan syafaat, janganlah memakai persangkaan salah, yang dahulu telah menjerumuskan umat-umat yahudi atau nasrani yang mengatakan bahwa merekalah umat pilihan dan syurga jannatun naim hanya disediakan buat mereka.

“Dan mereka berkata, tidaklah sekali-kali akan masuk kedalam syurga hanyalah orang yahudi atau nasrani” itulah angan-angan mereka” Surah Al Baqarah ayat 111.

Itulah Amani, angan-angan meneraung langit, maka jika yang demikian disalahkan pada umat yahudi atau nasrani oleh Al Quran, bukanlah kerana Al Quran hendak mengatakan bahwasanya yang berhak masuk syurga hanyalah umat Muhammad saja, syurga adalah buat orang yang beriman dan beramal sholeh!

Hari akherat pasti kita temui dan balasan yang adil pasti kita terima, sebahgian besar daripada ayat-ayat Al Quran memberi ingat akan kehebatan hari itu, peringatan itu berulang-ulang dan berkali-kali kerana kita manusia ini kerap kali lupa dan terlalai, dilenggankan oleh kemegahan dan rayuan dunia, yang kadang-kadang tidak berubah sifatnya dengan gejala panas ditengah padang, yang disangka oleh musafir yang tengah kehausan bahwa itu adalah air, demi bila datang kesana, kedapatanlah hanya pasir belaka.

Tidaklah ada jalan lain buat mengelak daripada akherat, hanyalah ditempuh dengan menghilangkan sebab-sebab yang menimbulkan takut dan ragu, takut dan ragu hanyalah dapat hilang dengan amal sholeh.

Hasil pekerjaan yang kita bina didunia ini adalah penting sekali, berapa tahun pun kita tinggal didunia fana ini, namun segala yang kita kerjakan tidaklah lepas dari catitan, kemudia itu pun kita pergi, meninggalkan dunia ini tetap dalam keadaan semula, seketika kita mulai datang, hidup yang kita lalui sekejap mata itu tetaplah kosong jika dinisbahkan kepada diri kita, kalau tidak kita isi, janganlah sampai kedatangan kita dahulu tidak menambah yang ada, dan pergi kita pun tidak mengurangi.

Hidup didunia ini adalah tempat beramal, dan perhitungan belum ada, hidup akherat ialah buat menerima perhitungan, dan amal tak ada lagi.

Tak Percaya hari Kiamat?

Sejak dahulu ada orang yang tidak percaya akan adanya hari kiamat, mereka berkata bahwasanya hidup itu sehingga inilah, dengan datangnya mati, tertutuplah buku buat selama-lamanya, tubuh pun pulang kembali sari badan manusia itu didalam bumi, dibawa oleh urat kayu yang tumbuh menjadi kayu-kayuan atau kembang, menjadi rumput atau menjadi piala yang ditempah menjadi tempat minum, habis!.

“Mana bisa” – kata mereka – “Orang yang telah mati bermillion tahun akan hidup kembali, mana bisa tulang-tulang yang telah berserekahkan akan berkumpul kembali dan bernyawa pula” ini – kata mereka – adalah khayalan manusia saja, berlawan dengan ilmu pengetahuan, wetenschap dan sain.

Pada hal ehwal yang seperti ini bagaimana pun kemajuan ilmu pengetahuan, tidaklah akan dapat memberikan keputusan tentang ada atau tidak mungkinnya, mengapadikatakan tidak mungkin terjadi barang yang telah mati akan hidup kembali, pada hal hidup yang ada sekarang ini pun lebih ajaib daripada kehidupan kembali? Hal yang kita dapati sekarang ini pun jauhlah lebih ganjil dan menakjubkan daripada hanya semata-mata menghidupkan yang telah mati kita tidak merasa lagi ganjilnya hanyalah kerana telah selalu dilihat.

Tanah tandus yang telah beribu-ribu tahun mati, tanah padang pasir yang dahulu kala pernah ditumbuhi tumbuh-tumbuhan yang subur, kemudian menjadi kering, sehingga tidak ada lagi yang hidup yang tumbuh diatasnya, kemudian didapat orang sumber telaga air, lalu disiram bumi itu, maka tumbuhlah disana kehidupan baru, pada hal pasirnya itu juga, dan tanahnya itu juga, apakah dan dari manakah datangnya rahsia kehidupan yang tumbuh diatas tanah dan bunga tanah itu? Adakah disana itu selama ini memang telah ada juga persedian menerima hidup, cuma terhalang kerana waktunya belum datang? dari manakah dan dimanakan terletaknya rahsia hidup pada biji sawi, pada rumput teruna dan pada buah kariyah yang kering lalu terlempar ketanah subur dan timbullah hidupnya? Bukankah ini lebih ajaib daripada hanya semata-mata menghidupkan yang telah mati?.

Satu bangkai anjing terdampar ditepi jalan, tidak diangkat dan dibuangkan orang, kian sehari kian busuk, lalu hinggaplah langgau diatasnya, lalu timbullah ulat-ulat beribu-ribu, beribu-ribu banyaknya, dan semuanya itu hidup dari aman datangnya? Bukankah ini lebih sulit lagi memikirkannya daripada hanya semata-mata memikirkan hidup kembali kepada barang yang telah lama mati?

Pada bulan oktober 1955 ada satu berita, bahwasanya setumpuk tanah di amerika yang telah kering tandus ratusan ribuan tahun telah hidup kembali,  rumputnya tumbuh kembali kerana telah mendapat air, maka kelihatanlah suatu hal yang ganjil iaitu timbullah binatang-binatang kecil yang selama ini belum pernah dilihat dan dikenal dan hanya ada bertemu pada rangka-rangka binatang purbakala, maka berlumba-lumbalah ahli-ahli biologi dan ilmu alam menyelidikinya seorang diantara mereka mengeluarkan pendapat bahwasanya binatang itu adalah binatang dari lima juta tahun yang telah lalu.

Penyelidikan itu belum selesai dan kita belum lah langsung percaya saja, tetapi kemungkinan itu memang ada. Maka untuk mempercayai adanya hari kebangkitan kembali, dari kita manusia beberapa melliun tahun lagi dalam keadaan yang lain daripada yang kita ketahui dengan pikiran sekarang bukanlah perkara yang boleh ditolak demikian saja, sebagaimana kata Emmanuel Kant lebih baik kita menyediakan sesuatu tempat yang kosong dalam jiwa, yang disediakan buat kepercayaan disamping kita mempergunakan pancaran akal dan pikiran walau bagaimana jauhnya.

Apatah lagi soal hidup ini adalah soal besar dan rumit, lebih besar dan rumit hidup yang sekarang daripada pengembalian hidup, setitik daripada mani kita sendiri, ditambah dengan setitik mani perempuan, mengandung bermilliun-milliun tampang hidup, bermilliun, bukan berates, satu pertemuan daripada “telur” mani perempuan dan “Cacing” mani laki-laki yang timbul daripada nafsu kelamin, membina apa yang dinamakan manusia dan kemanusiaan, bukankah ini lebih hebat keagaibannya daripada pembangkitan daripada mati?

Kemudian itu, bagaimana pula pandangan kita terhadap diri kita sendiri? Segala-galanya ini pada hakikatnya adalah kecil belaka, bumi yang kita sangkakan besar ini hanyalah laksana pasir sebuah saja jika dibandingkan kepada bermilliun bintang-bintang diangkasa, matahari yang kita sangka besar itu pun hanyalah satu saja dari antara beribu-ribu matahari yang lain yang belum diketahui oleh manusia, luas dan besar sekali ala mini, dan semuanya hanyalah berlindung dibawah satu bendera kekuasaan iaitu kekuasaan Allah.

Dimana letak kita manusia diantara cakrawala besar itu?

“Sesungguhnya kejadian seluruh langit dan bumi adalah lebih besar daripada kejadian manusia, tetapi terlebih banyak manusia tidak mengetahui” Surah Al Mukmin ayat 57.

“Sudahkah datang kepada manusia suatu waktu, yang mereka itu adalah laksana sesuatu yang tidak masuk sebutan?” Ad Dahr ayat 1.

Kalau sudah kita pikirkan sampai kesana, dapatlah kita membawa pertanyaan kedalam diri sendiri, sedangkan membina alam yang demikian besar Dia Berkuasa! Apatahlagi kalau hanya mengembalikan hidup bagi manusia yang kecil ini? Sedangkan membina kerajaan cakrawala hebat ini Dia sangguh dan tidak sulit, apatahlagi kalau hanya membangunkan kembali daripada keruntuhan?

Oleh sebab itu maka hari berbangkit kembali, hari kiamat adalah satu kepercayaan yang tidak dapat diragukan, maka tidaklah ada lain jalan melainkan bersedia menerimanya, dari masa hidup kita itu melatih diri menghadapi kesulitan, sehingga kelak kita pun sanggup menyediakan diri menghadapi kesulitan hari kebangkitan itu, dan itu adalah mudah saja bagi jiwa yang bersedia mencari dan mendapat pertunjuk (huda) dan bersedia mencari dan mendapat system untuk mengendalikan diri (iffah) dan bersedia mencari dan mendapat tali taqwa! Iaitu memelihara hubungan dengan Tuhan dari sekarang!.

Maka apabila fajar telah menyensing dan kita bangun pagi-pagi daripada tidur nyenyak di hari-hari dunia ini, ingatlah bahwa kelak akan datang masanya kita bangun daripada tidur yang sekarang, kita pindah daripada hidup yang khayal kepada hidup yang sebenarnya, daripada alam fana’ kepada alam baqa’, hidup yang kemudian itu kekal adanya, untuk berpindah daripada hidup khayal ini, kepada hidup hakikat itu, hanya satu gerbang saja yang akan kita lampaui, tidak dua! Iaitu maut!, dan maut itu tidak lama, dan sesudah maut yang sekejap itu, tidak ada mati lagi, hidup kekal: diantara dua tempat, neraka atau syurga.

No comments: