Pokok
Kepercayaan Islam Tentang Hari Kemudian Dunia
Hidup kita
yang sekarang ini dinamai hidup “Dunia” dunia bahasa arab ertinya dekat, jadi
hidup kita yang dekat, disinilah kita setelah sampai umur dan berakal
(mukallaf) mulai dipikuli tugas buat berbuat baik dan menjauhi yang buruk,
berusahalah kita dan berjihad bersungguh sungguh melawan segala hawa nafsu dan
perdaya syaithan yang selalu menganggu langkah kita didalam menuju pengisian
hidup itu dengan yang lebih baik.
Berapakah
panjang umur kita? Itu bukanlah menjadi ukuran, dan berapakah kekayaan kita?
Itu pun tidak menjadi nilai didalam menegakkan kebaikan itu, biarpun umur tidak
panjang yang penting ialah isinya, isi umur ialah amal yang baik terhadap
kepada Allah dan terhadap manusia, sebagai Sabda Nabi:
“Yang sebaik
baik manusia ialah yang bermanfaat sesama manusia”
Ajal Dan Maut
Setelah cukup
janji hidup kita (ajal) maka kita pun matilah, apa yang dikatakan mati menurut
pandangan Islam? Mati ialah perpisahan diantara rohani kita dengan jasmani
kita, sebab nyawa meninggalkan badan kita, tubuh kita yang kasar kembali kepada
anasirnya bermula iaitu tanah, dan rohani kita kembali kepada yang menyeru nya
datang iaitu Tuhan, oleh sebab itulah maka jika ada kita mendengar berita
kematian seseorang, dianjurkan kita menyebut :
“Kita ini
semuanya bagi Tuhan, dan kita semuanya kembali kepada Allah”
Oleh kerana
yang demikian maka mati bukanlah pupus bukanlah hilang dan habis, mati hanyalah
pergantian sifat hidup, daripada fana kepada baqa’ daripada dunia kepada
akherat.
Selama kita
hidup didunia, haruslah tidak lepaskan pendirian yang demikian itu bahwa kita
tidak lam tinggal disini, dan kita mesti mati, dan segala fana bernyawa mesti
merasai mati, dan mati itu hanya sekali saja, sudah mati tidak aka nada mati
yang lain lagi, maka apabila kita telah menginsafi keadaan ini, lalu kita
mengisi kehidupan dengan amal soleh tidaklah kita merasa takut akan mati lagi,
orang yang enggan menghadapi mati, pada hal dia mesti mati adalah kerana
hatinya amat terpaut kepada dunia ini sehingga apabila dia telah mesti mati,
dia pun takut mati, dia merasa sakit mati, kerana sakit akan bercerai dengan
yang dikasihi, apabila dia takut bukanlah takut kepada mati itu sendiri tetapi
takut akan kesalahannya sendiri.
Mati itu
tidaklah lama, hanyalah beberapa detik saja iaitu ketika putusnya nyawa
manusia, setelah selesai nyawa meninggalkan badan, dia pun tidak mati lagi, dia
telah mulai menginjak alam lain, yang
lebih kekal bahkah kadang-kadang mati itu disebut dengan nama lainnya iaitu :
“Liqa’”, ertinya pertemuan iaitu permulaan pertemuan dengan Tuhan, dan orang
yang beriman apabila diingatnya bahwa mati adalah satu kemestian akan berjumpa
dengan Tuhan, timbullah wajah dari orang yang mati ada yang kelihatan bersih da
nada yang kelihatan dalam kegembiraan dan senyum simpul.
Alam Kubur
Setelah
seseorang meninggal dunia, masuklah dia kedalam wilayah alam permulaan daripada
kehidupan kekal itu, bernama Alam Kubur, walaupun dia mati terbakar atau hancur
didalam perut ikan, atau berkubur ditanam seperti biasa, nama semuanya ialah
alam kubur, baru saja dia masuk kedalam wilayah alam kubur itu datanglah dua
orang malaikat, seorang bernama Mungkar dan seorang bernama Nakir, lalu
dimulailah pertanyaan kepada keduanya tentang amal usahanya selama dalam dunia,
baiknya atau jahatnya, ditanya lebih dahulu pendiriannya tentang Tuhan, adakah
ia mempercayai Tuhan? Adakah ia mempercayai Rasul? Adakah ia mengikut yang
diperintahkan dan menghenti yang dilarang? Dan lain-lain.
Ketika itu
orang terpaksa jujur, tidak dapat memeterikan jawapan dengan sesuatu kedustaan
pun.
Kalau kita
fikirkan ini dengan tenang, lekaslah kita dapat percaya bagaimana seseorang
ketika itu akan sanggup berdusta? Padahal dia pada waktu itu telah ruh
semata-mata, bukanlah dusta yang kita lakukan setiap hari didalam hidup kita
yang sekarang ini dibantah oleh hati nurani kita sendiri? Sedangkan dihadapan
orang yang ahli tentang jiwa, atau orang yang berjiwa lebih besar, lagi gugup
kita mengucapkan sesuatu perkataan dusta konunlah ruh kita semata dihadapan
malaikat, yang ruh semata pula?
Pendengaran
kita ditanya, penglihatan kita ditanya dan hati nurani kita ditanya, semuanya
tidak dapat menjawap lain daripada kejujuran.
Maka
teringatlah kita akan alat penangkap suara iaitu tape-recorder dengan alat itu
tidaklah ada perkataan kita yang dapat lepas begitu saja, semuanya tercatit
kita tersenyum simpul mendengarkan suara kita sendiri apabila tape recorder
mengetahui segi kelemahan pembicaraan kita dan mana yang menarik, bukankah
pendapatan tentang tape recorder itu adalah mengetahui rahsia yang ada dalam
alam yang nyata ada, tetapi baru sekarang kita jetahui? Tidakkah kita percaya
sekarang bahwasanya segala perbuatan kita baik sedang bersama orang banyak atau
seketika duduk sendirian didalam kamar bahwa semuanya itu tercatit?
Itulah yang
diputar kembali dihadapan kita dialam kubur.
Alangkah
senangnya hati kita melihat kebajikan yang telah kita kerjakan, cukup tercatit,
dan alangkah malunya, bahkah takutnya kita bila melihat kesalahan yang telah
kita perbuat, mana lagi yang tersembunyi?
Sebab itu
maka Imam Al Ghazali ahli falsafah dan ahli tasauf Islam yang besar itu dengan
secara yang masuk akal telah dapat memberikan keterangan kepada kita didalam
kitab-kitabnya tentang kemungkinan bahwa orang didalam alam kubur itu melihat
ular besar hendak mengigitnya, api datang membakarnya, kala dan lipan yang amat
bisa dan lain-lain sebagainya. Masuk lah diakal kita, bila kita bandingkan hal
itu dengan hidup kita yang sekarang ini, berapa banyaknya pelanggaran hokum
budi, hokum Tuhan dan hokum masyarakat yang terlanjur kita melakukannya. Lama-lama
menjadi ular lipan dan kala terhadap diri kita sendiri “Dosa Mengejar ngejar
kita” perasaan hati sanubari yang halus menbantah dan memberontak atas
perbuatan kita yang salah itu.
Berapa
Lamanya?
Bila orang
yang berdosa lama lah alam kubur itu tetapi bagi orang yang merasa bahwa
hidupnya yang terdahulu itu lebih banyak timbangan kepada kebajikan masa itu
tidak lama, apatah ertinya ukuran hari dan ukuran tahun? Bukakah didalam hidup
kita yang sekarang ini pun, orang yang matanya tidak mahu tertidur, satu malam
ialah 12 jam? Dan bagi yang tidur enak satu malam hanya sesaat seketika pendek
saja?
Kiamat Syugra
Kiamat Kubra
Dengan
kematian terjadilah kiamat pada diri sendiri, menurut sabda Nabi:
“Orang yang
mati telah datanglah kiamatnya sendiri”
Sebab itu
mati adalah kiamat syugra, ertinya kiamat kecil, seluruh yang bernyawa pasti
merasai kiamat kecil itu, sebab dia pasti merasai akan mati, adapun kiamat
kubra, ialah hari yang kelak akan datang seluruh alam ini akan dihancur
luluhkan, gempa besar gunung gunung
menjadi abu, langit digulung, bumi lebur dan segala sesuatunya gegak gempita,
ibu mengedung anak terlepas anak dari kandungan ibu menyusukan bayi terhempas
bayi dari pangkuan segala muka jadi berubah dan orang laksana mabuk pitam
bukanlah mabuk pitam kerana minum anggur tetapi siksaan kiamat mulai datang.
Semua yang
bernyawa mati, semua yang ada hancur lebur dan tidak ada yang bangun lagi
kecuali Allah yang Maha Esa, yang tetap ada.
Nafiri
Israfil
Setelah
semuanya demikian adanya maka akhirnya datanglah perintah Tuhan kepada seorang
malaikatNya bernama Israfil, dialah yang bangun terlebih dahulu disuruhlah dia
menghembuskan nafirinya yang didalam Al Quran disebut namanya “Shur” setelah
dihembusnya nafiri itu, satu persatu bangunlah kembali nyawa itu daripada tidur
nyenyaknya, entah berapa puloh ratus ribu juta tahun? Tuhan yang Maha Tahu!.
Maka mulai
lah dipanggil mahkluk tadi satu persatu, diperhitungkan dihadapan Tuhan, sebab
itu dinamai hari itu “Yaumul Hasr” Hari berkumpul “Yaumul Hisab” Hari
Perhitungan.
Didalam Quran
diberikan beberapa nama kepada hari kiamat itu ialah sebagai dibawah ini:
- Yaumul Kiamat – Hari Kiamat
- Yaumul Hasra – Hari Penyesalan
- Yaumul Nadamah – Hari Penyesalan
- Yaumul Muhasabah – Hari Perhitungan
- Yaumul Zalzalah – Hari Kegempaan
- Yaumul Sha’aqah – Hari Kegoncangan
- Yaumul Waaqiah – Hari Kejatuhan
- Yaumul Qariah – Hari Keributan
- Yaumul Ghasiyah – Hari Pengsen
- Yaumul Raajifah – Hari Gempa Besar
- Yaumul Haaqah – Hari Kepastian
- Yaumul Thamah – Hari Kesulitan
- Yaumul Talaaq – Hari Pertemuan
- Yaumul Tanaad – Hari Panggilan
- Yaumul Jazaa – Hari Pembalasan
- Yaumul Waeed – Hari Ancaman
- Yaumul Gardhu – Hari Pertentuan
- Yaumul Wazni – Hari Pertimbangan
- Yaumul Fasli – Hari Keputusan
- Yaumul Jam’ei – Hari Pengumpulan
- Yaumukl Batsi – Hari Kebangkitan
- Yaumul Khazi – Hari Kehinaan
- Yaumul ‘Asiir – Hari Sulit
- Yaumul Diin – Hari Perhitungan
- Yaumul Nusyuri – Hari Kebangkitan
- Yaumul Khuluud – Hari Yang Kekal
- Yaumul La Raibafi – Hari Yang Tidak Ragu Lagi Padanya
- Yaumul La Tajzii ‘An Nafsi Sai’a- Hari Yang Tidak Dapat Seseorang Diberi Ganjaran Dari Diri Yang Lain Sedikit Jua Pun.
- Yaumul Thaskhsul Fiihil Absyar – Hari Yang Ditunjukkan Padanya Seluruh Penglihatan.
- Yaumal Yafirul Mar’e Min Akhihi Wa Ummihi Wa Abiihi Wa Shahibatihi Wa Baniihi – Hari Yang Lari Padanya Seseorang Daripada Saudaranya, dan Ibunya dan Ayahnya dan Teman Hidupnya dan anak-anak nya.
- Yaumal La Yanfa’u Maalun Wa Laa Banuun Ilaa Man Atal Allah BiQalbin Saliim – Hari Yang Tidak Memberi Menafaat Padanya Harta Benda Dan Anak Keturunan, Melainkan Orang Yang Datang Kepada Allah Dengan Hati Yang Bersih.
Pandangan
Imam Ghazali
Sufi, Ulama’
dan Falsafah Islam, Al Imam Ghazali telah menulis didalam kitab “ Ihyal
Ulumuddin” dengan susunan bahasa yang indah, dan perasaan yang penuh iman,
bagaimana keadaan hari itu, diringkaskan oleh Imam Jamaluddin Ad Damsyik
didalam kita “Mauizhatul Mukmiin” kita selitkan disini untuk mencukupkan:
“Kemudian
itu, fikirkanlah hai malang, sesudah semuanya itu engkau lalui, kepada mu akan
dihadapkan soal berhadapan dengan tidak memakai juru bahasa: ditanya seluruh
amal mu, kecil dan besar yang halus sehalus halusnya dan yang kasar sekasar
kasarnya seketika engkau dalam menghadapi kesulitan kiamat itu dan kesangatan
besarnya,turunlah malaikat dari lawing langit kehadapan perhatian besar itu,
dihadapan Tuhan Yang Jabbar, berdirilah mereka berbaris baris melihat mahkluk
dari segala sudut dan memanggil kepada mereka satu demi satu, ketika itu
bergoncanglah segala persendi, mengigillah segala anggota dan binggunglah akal
budi, sesungguh inilah beberapa kaum, bawa sajalah mereka ke neraka langsung,
jangan sampai dibuka dimuka umum keburukan amal mereka dihadapan Tuhan yang
Jabbar, dan jangan tersiar rahasia mereka dimuka umum, maka sebelum dimulai
pertanyaan kelihatanlah chaya Aras:
“Dan
Bersinarlah Bumi Daripada Nur Tuhannya”
Maka yakinlah
si hamba bahwa Tuhan yang Jabbar akan menghadapi perkara-perkara mereka, dan
yakinlah setiap orang bahwa dirinya sendirilah yang dituju, dialah yang akan
lebih dahulu ditanya sebelum menanyai yang lain, maka dimulai Tuhan lah
menghadapkan pertanyaan kepada Nabi-nabi:
“Pada hari
itu mengumpulkan Allah akan Rasul-rasul lalu bersabda Tuhan: “Dengan apakah
kamu disambut?” mereka menjawab: “Tidak ada pengetahuan kami, sesungguhnya
Engkaulah, Engkau! Yang Lebih Mengetahui akan yang ghaib-ghaib”
Alangkah
hebatnya hari itu, sehingga Nabi-nabi sendiri pun kebingungan daripada sangat
hebatnya, kemudian dipanggillah manusia satu demi satu, ditanyai sendiri oleh
Allah Taala akan seluruh amalnya, sedikit atau banyaknya, yang rahasia atau
nyata, dan ditanya pula seluruh tubuh dan anggotanya, bagaimanakah agaknya malu
mu dan cemas mu, padahal waktu itu Dia membandingkan diantara nikmatNya dengan
maksiat mu, diantara pembelaan tanganNya dengan kesalahan mu, kalau engkau
mungkir maka seluruh anggota mu akan berdiri menjadi saksi, ketika itu hati mu
bergoncang dan tepi mata mu tak terangkat.
Maka
diserahkanlah ketangan mu, tidak ada yang tinggal besar dan kecil semuanya
ditulis didalamnya, berapa banyaknya kerja keji yang pernah kau perbuat dan
engkau telah lupa, hari itu baru engkau ingat kembali, dan berapa pula ketaatan
yang telah engkau kerjakan tetapi engkau lalaikan larang pantangnya, wahilah
seluruh rambut dibadanku, dengan kaki yang mana agaknya kita akan dapat berdiri
dihadapanNya, dan dengan lidah yang mana agaknya kita akan menjawab
pertanyaanNya, dengan hati yang mana kita mencari akal buat mengatakan dan
didalam hadis ada tersebut:
“Sentiasalah
kedua kaki anak adam berdiri dihari kiamat dihadapan Tuhannya, sehingga dia
ditanya dari hal empat perkara: Dari hal umurnya, kemana dihabiskannya, darihal
muda nya, kemana dipergunakannya, dan darihal hartanya kemana dibelanjakannya
dan dinafkahkan nya dan apakah yang diamalkannya, sebagai hasil daripada
pengetahuannya”
Oleh sebab
itu maka pandang besarlah hai malang akan hidupmu waktu itu dan bahaya yang
akan engkau hadapi janganlah lalai daripada memikirkan mizan dan akan
berterbangan lah kitab-kitab itu dari kiri dan kanan.
“Maka barang
siapa yang berat timbangannya maka dia didalam kehidupan yang diredai dan
barang siapa yang ringan timbangannya maka ibunya adalah haawiyah, dan adakah
engkau tahu apakah dia? Itulah neraka yang bernyala-nyala” (Al Qaariah 6-11)
Sifat
Permusuhan Dan Pengembalian Harta Aniaya
Kemudian itu
Imam Ghazali meneruskan pula:
“Ketahuilah
oleh mu, bahwasanya tidaklah akan terlepas dari kesulitan mizan (timbangan)
melainkan orang yang telah menghitung terlebih dahulu di dunia akan dirinya,
dan ditimbangnya dengan timbangan syara’ akan amalannya, kata-kata nya, khathir
hatinya dan gerak gerinya, menghitung dan menghisab diri sendiri ialah dengan
taubat dari segala maksiat, sebelum mati iaitu taubatan nasuhah, dan segera
ditukarnya kelalaiannya dengan mengerjakan perintah Allah dan dikembalikanharta
orang lain yang diambil dengan jalan aniaya baik sebesar biji bayam sekali pun
sehingga bila dia meninggal tidak ada lagi tinggal hutangnya baik hutang harta
kepada manusia, atau hutang yang perlu kepada Tuhan. Orang yang seperti ini
akan langsunglah masuk syurga dengan tidak usah melalui hisab, tetapi bila dia
mati sebelum mengembalikan harta orang yang diambil dengan aniaya, maka pada
hari itu akan datanglah lawan-lawannya yang dianiaya itu.yang ini merampas yang
ditangannya, yang itu menarik umbun-umbunnya yang seorang lagi berkata: Engkau
telah menganiayai aku dan yang seorang pula berkata: Engkau telah pernah
memaki-maki ku, dan yang seorang lagi berkata: Engkau telah pernah
mempermain-mainkan aku, yang satu berkata: Engkau pernah bertetangga dengan
daku, lalu engkau rosakkan pertanggaan kita, yang satu lagi berkata: Engkau
pernah berjual beli dengan daku lalu engkau sembunyikan cacat barang mu kepada
ku, yang seorang lagi berkata: Engkau telah menbohongi dalam harga barang mu,
yang satu lagi berkata: Engkau lihat aku dalam kesusahan pada hal engkau kaya,
tidaklah engkau menolong daku, yang lain berkata: Engkau lihat aku teraniaya
pada hal engkau sanggup membela tetapi engkau acuhkan daku.
Ketika itu
segala kuku musuh mu telah menerkam engkau dan engkau terbingung-bingung kerana
banyaknya mereka, tiba-tiba terkacuplah engkau mendengar seruan Tuhan Yang
Jabbar:
اليوم تجزى كل نفس بما كسبت لا ظلم اليوم
“Pada hari
ini akan diganjari setiap diri atas usahanya dan tidak ada seorang pun yang
akan teraniaya”
Seketika itu
runtuhlah hati mu, dan ingatlah engkau akan pesan Tuhan dengan perantaraan
lidah RasulNya:
Dan janganlah
engkau sangka bahwa Tuhan lalai daripada perbuatan orang yang teraniaya mereka cuma
ditakhirkan sampai kepada hari yang akan ditujukan kepadanya seluruh
penglihatan, tertekun dan tertekur kepala mereka, tidak terkeripis tepi mata
mereka dan hati mereka oleh perasaan (Surah Ibrahim 42-43)
Maka alangkah
gembiranya pula hati mu, maka segala perkara dapat selesai dengan baik dan
engkau tidak menyentuh harta orang lain dahulunya, tetapi alangkah besarnya
penyesalan mu pada hari itu, seketika engkau disuruh berdiri dihadapan hamparan
keadilan dibukakan segala rahasia mu dan salah mu.
Maka jikala
dirimu jangan sampai melanggar ketentuan Tuhan dan ditimpa oleh murkaNya dan
siksaNya yang amat pedih, melangkah terus didalam jalanNya yang lurus. Maka
barangsiapa yang berjalan lurus didalam alam ini, diatas shiratal mustaqiim
nescaya ringanlah langkahnya dijalan shiratal mustaqiim di akherat dan
barangsiapa yang keluar daripada jalan lurus dan istiqamah itu di dunia
sehingga beratlah punggongnya dengan dosa dan kederhakaan maka dalam permulaan
melangkah sahaja di akherat dia akan tergelincir.
Neraka
Jahanam Dan Siksaan Nya
Kata Ghazali
selanjutnya:
“Hai Ghafil’
yang lalai akan didirinya dan dilalaikan oleh tipu daya dunia yang pangkalnya
mesti berhujung, dan timbulnya menanti habis! Tinggalkanlah memikirkan barang
yang akan engkau tinggalkan ini, dan hadapkanlah fikiran kepada yang akan
engkau tempuh kepada mu sudah dinyatakan bahwasanya semua akan lalu diatas
jahanam itu, firman Tuhan:
“Dan tidak
seorang pun diantara kamu, melainkan akan lalu diatasnya, itu adalah ketentuan
pasti daripada Tuhan, kemudian itu akan Kami bebaskan orang yang taqwa dan kami
biarkan orang yang aniaya terjerumus” (Al Maryam 71-72)
Maka yakinlah
engkau bahwa semua pasti akan melalui jahanam adapun kebebasan dan kelepasan
belumlah tentu maka rasakanlah dalam hati mu akan ngerinya waktu melalui itu,
sudahkah engkau bepersiapan untuk meyelamatkan diri? Dan perhatikanlah hal
makhluk waktu itu, bagaimana mereka menderita kehebatan hari kiamat sedang
mereka didalam kesulitan berdiri menunggu keputusan khabar berita dan nasibnya,
dan memohon syafaat seketika itu kegelapan meliputi orang yang bersalah dari
segala penjuru menyala lah api neraka, kedengaran gejalanya yang ngeri dan
penuh murka, ketika itu yakinlah si durjana akan nasibnya. Meniaraplah
umat-umat kepersilaan sehingga orang yang tidak bersalah pun merasa kasihan
daripada buruknya kesudahan nasib, ketika itu datanglah zabaaniyah menghalaukan
orang-orang durhaka kedalam siksaan yang sangat, dilemparkan kedalam lubang
jahanam dan dikatakan kepada: Sekarang rasailah balasannya hai engkau yang
selama ini merasa diri mulia, tinggallah di dalam negeri yang kekal itu sebagai
tawanan selama-lama nya dan dinyalakan dengan saiir, minuman didalam nya ialah
hamiim tempat tetap ialah jahiim kaki terikat kepada umbun umbun dan gelap muka
kerana gelapnya maksiat, mereka menghimpun himpun dan merintih didalam
gerup-gerup nya: Hai malaikat Malik! Jangan kami telah hangus, hai Malik!
Keluarkanlah kami! Kami tidak akan berbuat jahat lagi!
Maka
menjawaplah zabaaniyah: tidak! Keamanan tidak akan engkau rasai lagi selamanya,
engkau tidak akan keluar lagi dari negeri kehinaan ini, tutup mulut mu, dan
janganlah bicara lagi, kalau engkau dikeluarkan pun dari dalam nya, engkau
nescaya akan kembali juga kepada perbuatan mu yang dahulu, waktu itu terdiamlah
mereka, menyesal mengingat kembali mereka selama ini melalaikan apa yang ada
dihadrat Allah maka kemeyesalan tidaklah lagi menolong, keluhan tidak lagi
dapat menebus, kesangsaraan dan kehinaan dan api neraka sentiasa bernyala
sebagai penyalaan periuk belangga besar cimti besi menghancurkan kening,
sehingga meluaplah kehangusan dari mulut mereka, dalam pada itu mereka ingin,
biar mati sahaja tetapi mati tak dapat lagi, bagaimanakah perasaan mu jika engkau
melihat mereka waktu itu, muka mereka sudah sangat hitam kerana hangusan
hamiim, mata telah buta lidah sudah kelu dan tulang-tulang sudah lentuh dan
kulit sudah pecah, dan nyala neraka sampai kepada seluruh bathin batang tubuh
mereka dan ular dan kala dalam haawiyah senantiasa mejalar mengejar dan
meliliti tubuh itu.
Pandanglah
oleh mu bagaimana besar perbezaannya hidup akherat itu dengan dunia ini,
sebagaimana didunia ini juga, manusia bertingkat derajat penghidupannya, maka
akherat pun demikian pula bertingkat dan derajat juga, maka hangusan api neraka
pun demikian pula bertingkat dan berderajat pula menurut tingkat besar dan
kurang besarnya kesalahan yang diperbuat kerana Tuhan tidaklah berlaku aniaya
walaupun sebesar atom, maka tidaklah sama tingkat azab siksaan itu dan tidak
sama lama nya, mana yang telah selesai jangka ketika nya, dikeluarkanlah dari
dalamnya, menurut ukuran dosa dan maksiatnya juga, tetapi azab yang paling
kecil sekalipun kalau dapatlah ditebus dengan dunia dan isi nya, mahulah rasanya
menebus, alangkah sangsaranya orang itu, sudah demikian besar bencana menimpa
diri pada hal dunia yang dikejar selama ini taka da ditangan lagi.
Maka
pandanglah hai malang akan hal yang ngeri, agaiblah jika engkau masih tertawa
dan berlalai, dan bimbang dengan daki daki kedunian pada hal engkau tak tahu
apakah kadar yang telah terdahulu pada hak ku?
Kalau itu
yang engkau tanyakan, maka adalah alamat yang agaknya dapat membersihkan hati
mu, dan engkau banyakkan pengharapan mu dengan sebab nya, iaitu bahwa engkau
pandang keadaan mu sehari hari dan amal usaha mu, kerana semuanya telah
dimudahkan menurut kejadianNya, kalau dimudahkan bagi mu jalan kebajikan,
senangkanlah hati mu dan gembiralah, kerana engkau jauhlah daripada neraka,
tetapi kalau tujuan mu didalam hidup mu tidak pernah kebajikan, ada-ada saja
halangannya sehingga terhindar dan bila engkau menuju kejahatan, mudah saja
maka ketahuilah bahwa engkau terancam bahaya, tanda dalam perkara ini ialah
laksana mendengar alamat hujan dan asap alamat api, Firman Tuhan:
“Orang yang
berbuat baik adalah pada syurga, dan orang durjana adalah pada neraka” ( Al
Infithar 13-14)
Maka
ukurkanlah ehwal mu dengan kedua patah ayat ini tahulah engkau dimana tempat mu
diakherat.
Sifat SYurga
Dan Nikmat Nya
Sebagaimana di dalam Quran sendiri, kalau ada
ayat azab selalu di iringi dengan ayat nikmat syurga, dan kalau ada ayat nikmat
syurga selalu di iringi dengan ayat neraka, maka Ghazali pun mengatur susunan
pandangan nya itu demikian pula seterusnya beliau tulis:
“Ketahuilah
oleh mu bahwasanya negeri yang telah engkau ketahui hebat dan ngerinya itu ada
timbalan nya negeri yang lain, maka perhatikan pula lah akan nikmatnya dan
bahgianya, orang yang jauh dari yang sebuah, tentulah yang sebuah lagi tempat
tinggalnya, maka elokkanlah diri mu dengan cembutan taqwa supaya engkau sampai
cepat ke hadrat Tuhan yang Maha Besar, lepas daripada azab siksa yang pedih,
cuba lah renungkan ahli syurga itu: wajah mereka berseri seri nikmat Ilahi,
minum daripada air mawar narustu yang ditutup rapat sumbatannya, masih asli dan
belum disentuh tangan lain, duduk diatas singgah sana daripada yaaquut
bersandar kepada balai balai dipinggir sungai air mengalir, minum khamar dan
air madu, dilayani oleh muda remaja dilayani oleh bidadari chantek pilihan
laksana yaaquut dan marjan, belum pernah disentuh jin dan manusia, menatang
Wajah Tuhan yang Maha Mulia, kekal di dalam menerima apa yang diingini tidak
pernah merasa takut dan duka cita tidak takut akan mati lagi.
Khairan lah
aku memikirkan orang yang tidak percaya akan negeri yang begini sifatnya, dan
dia yakin bahwa penduduk negeri itu tidak akan mati lagi, tidak ditimpa bala’
bencana siapa yang tinggal di dalam nya, betapakah orang masih suka akan hidup
diluarnya? Demia Allah, jika di dalam nya, hanya semata selamat badan aman dari
maut, dari lapar dan haus dan segala macam kejadian sudah cukup buat pindah
dari dunia ini, yang susah payah siang malam mencari keperluannya padahal dalam
syurga penduduknya laksana raja-raja belaka, dengan serba serbi kesenangan dan
kegembiraan dapat apa yang diingini, dan memandang akan Wajah Tuhan Yang
Kariim, dengan melihat Wajah Tuhan saja, terliputilah segala nikmat yang lain,
pendeknya kalau ingin hendak mengetahui nikmat syurga lebih jauh baca sahaja
dalam Quran dan baca pula sabda Tuhan!
“Dan lagi
barang siapa yang takut akan berdiri dan diperiksa dihadapan Tuhannya, dia memperoleh dua syurga” Ar Rahman 46
Sampai kepada
akhir surah “Ar Rahman” dan baca surah “Al Waqiah” surah “Al Insan” dan surah
yang lain. Di dalam nya kelak akan dapatlah engkau ketahui betapa besar nikmat
itu, “nikmat yang mata belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar dan
bukan lah apa yang pernah terhadir dihati manusia” demikian tersebut dalam
hadis, cukuplah melihat jumlahnya dalam apa yang telah kita tuliskan itu, dan
telah ada pula tafsil sifatnya, tertulis di dalam kitab yang besar besar.
Dan
ketahuilah bahwasanya darjat akherat itu bertingkat tingkat juga, sebagaimana
di dalam kehidupan ini manusia mempunyai darjat amal dan taat dan budi
bertingkat berdarjat, demikian pulalah ganjaran pahala yang akan dirasai di
akherat, oleh sebab itu, berusahalah dan janganlah engkau didahului orang lain
di dalam beramal kebajikan kalau engkau ingin mendapat nikmat syurga tingkat
yang diatas sekali, Tuhan telah menganjurkan kamu berlumba dan berpacu di dalam
mencapainya, Firman Tuhan:
“Dan
berlumbalah kamu menuju maghfirah (ampunan) daripada Tuhan mu, dan menuju
syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, disediakan bagi orang yang taqwa”
Al Imran 133
Dan FirmanNya
pula:
“Sesungguhnya
orang-orang yang berbuat kebajikan adalah dalam nikmat, pada mahligai mereka
memandang, dikenal pada wajah mereka keindahan nikmat, diberi minum kasturi
tertutup rapat, tutupnya ialah kasturi dan kepada itulah berlumba hendaknya
orang yang berlumba, campuran nya ialah narustu sejuk, telaga tempat minum
orang yang dekat dengan Tuhan” Al Mutaffifiin 22-28
Ya Tuhan ku!
Kami memohon masukkan kamu ke syurga, dengan apa pendekati nya, baik kata atau
perbuatan, dan berselindunglah kami daripada neraka dari apa yang mendekati
nya, baik kata atau perbuatan dan memohon ampunlah kami daripada setiap apa
yang mengelincirkan kami dan dilukiskan oleh kalam, ya Tuhan ku Yang Maha Luas
AmpunanNya, Ya Tuhan ku Yang Rahmaan dan Yang Rahiim.
Sekian Al
Ghazali menulis dan diringkaskan oleh Sheik Jamaluddin Al Qaasami Ad Damsyik.
Sam’iyyat
Segala cerita
tentang hari kiamat, tentang hal pertanyaan dalam kubur tentang mahsyar tentang
siksaan neraka dan keindahan hidup dalam syurga banyaklah tersebut di dalam
Quran sendiri atau di dalam hadis Nabi Muhammad saw, dan sudahlah nyata
bahwasanya hal-hal yang demikian tidaklah dapat dibantah demikian saja, dengan
akal sebab daerah akal tidak pula sampai kesana akal yang menghasilkan ilmu
pengetahuan dan falsafah, hanya dapat mempelajari perkara yang terlinkung dalam
ruang dan waktu, berbenda dan berbentuk, pada hal segalanya itu adalah hal
ghaib yang akan kejadian bukan dalam kehidupan yang kita sekarang ini, tetapi
di dalam hidup sesudah yang sekarang.
Dalam agama
Islam, segala perkhabaran ini dinamai sam’iyyat, ertinya ialah perkara-perkara
yang kita dengar ceritanya, lalu kita imani menolak kita tidak dapat kalau kita
telah mengakui beragama, sebab semuanya tertera di dalam wahyu, dikuatkan oleh
hadis-hadis menolak semuanya ini atau sebahgian daripadanya ertinya ialah
menolak wahyu dan menolak hadis padahal jalan buat menolaknya pun tidaklah kena
sebab itu kita jangan lupa, dimana kita sekarang ini? Kita masih hidup di dalam
kehidupan yang sekarang apa yang dinamai sebab akibat dalam hidup sekarang ini,
belum tentu sama pasti dengan sebab dan akibat dalam hidup yang lain.
Kadang-kadang
berwas-was lah hati kita, tentang erti hidup yang kekal itu, akan terus sajakah
hidup yang demikian itu sampai tidak ada batas ribuan dan jutaan tahun lagi?
Pada hal kita hidup berbuat baik atau berbuat jahat dalam dunia ini hanya
sebentar saja iaitu selama hidup kita? Akan berapa lah lama hidup ini jika
dibandingkan dengan kehidupan hari kemudian itu yang dikatakan kekal selama
lama nya?
Dalam
memikirkan ini saja pun kita sudah lupa dilingkungan mana kita sekarang, hari
ini kita menghitung ukuran masa dengan perjalanan matahari dan bumi yang edaran
nya 24 jam sehari semalam, 365 hari atau 12 bulan setahun, kita tidak mempunyai
ukuran masa yang lain daripada itu, dengan itu lah kita senantiasa mengukur
cepat lambatnya edaran waktu, kita tidak mengenal edaran waktu yang lain
daripada itu, padahal di dalam Quran Tuhan Yang Maha Kuasa pernah memberikan
ukuran waktu dalam alam yang lain yang bukan alam kita iaitu satu hari sama
dengan hitungan 1000 tahun sekarang, dalam ayat yang lain dikatakan satu hari
sama dengan ukuran 50,000 tahun sekarang.
Melihat Allah
Nikmat yang
paling utama, dan puncaknya segala nikmat akherat itu ialah kesempatan bagi makhluk
melihat Wajah Tuhan nya, disini pun terjadilah pertingkaian pendapat yang amat
besar diantara ulama-ulama terutama diantara ulama ahlu hadis dengan ulama
muktazilah, apabila kita baca inti sari pertinkaian pendapat itu dapat juga
kita mengambil kesimpulan sebagai yang kita katakana tadi, dalam Quran Tuhan
telah mengucapkan janjiNya bahwa Dia akan memberi kesempatan bagi hambaNya
melihat Wajah TuhanNya, maka kalau kita ukur pula zaman itu dengan keadaan yang
sekarang ini, payah jugalah memikirkan bagaimanakah kita akan melihat Tuhan?
Padahal Tuhan itu tidak dikandung tempat dan tidak dikandung masa? Tidak
bertubuh dan tidak berbentuk, kerana alat pemikirannya ini di waktu ini
tidaklah cukup.
Sebagai orang
beragama, dengan sendirinya kita percaya akan kemungkinan melihat Tuhan itu,
dan itulah yang kita rindui tetapi seorang sufi besar iaitu Al Ansari
mengatakan “Orang lain ingin melihat Wajah Mu ya Tuhan! Tetapi aku sendiri
ingin supaya Engkau melihat wajah ku!”
Di dalam
keinginan kita yang demikian itu tidaklah pada tempatnya kita bertanya,
bagaimanakah cara melihatNya itu bukan dilarang bertanya tetapi keadaan hidup
kita yang sekarang hanya dapat menghasilkan jawab dalam ukuran yang sekarang
pula sedangkan perkara yang jauh dari mata kita saja misalnya orang yang belum
pernah pergi ke mekah menceritakan keadaan Mekah, lagi berbeza dengan orang
yang telah kembali dari sana, gunalah akherat zaman depan yang kita semuanya
tidak ada yang terkecuali akan kesana dan belum ada yang pulang dari sana.
Bayangan Syurga
Untuk Orang Arab?
Ada orang
yang mengatakan bahwasanya bayangan keadaan hidup dalam syurga yang dinyatakan
oleh Muhammad di dalam apa yang dinamai nya Quran, adalah bujukan kepada orang
Arab saja, yang tidak ada ertinya bagi bangsa lain yang tidak tinggal digurun
pasir, syurga dibayangkan oleh Muhammad sebagai kebun yang indah, yang
dibawahnya mengalir sungai-sungai yang amat jernih air nya, oleh setengah
bangsa kita yang masih dengkal dan merasa belum
“sarjana” sebelum pandai memindahkan kata kata sarjana orientalis barat,
hal itu dikatakannya pula kepada orang yang masih awam (dengkal).
Mereka
berkata “Tidak ada ertinya surga yang dibayangkan Muhammad itu bagi kita bangsa
Indonesia, kita mempunyai bumi yang indah seluruh tanah air kita adalah kebun
dan taman yang indah, dibawah nya mengalir lah batang air, Begawan solo ,
bertas, kapwas, musi dan lain-lain tanah kita subur sekali makanan dan buah
buahan ada di sini”.
Kalau
sekiranya orang itu berfikir dengan tenang mahu meyelidiki sejarah bangsa Arab
yang mula menerima Islam itu dengan saksama, tentu dia akan maklum bahwa tidak
berapa lama setelah selesai Nabi Muhammad saw melakukan tugasnya, bangsa Arab
itu telah menduduki negeri-negeri dekat sungai besar: Nil di jalah (Tigris) dan
Furat, Indus, Gangga dan Jaff dan banyak lagi mereka membikin negeri tempat
lain dan belumlah syurga-syurga tempat-tempat yang dikatakan itu.
Mungkin juga
kita terima sahaja sebahgian daripada kata yang demikian bahwasanya syurga
digambarkan sebagai “Barang Kebendaan” atau keindahan yang dapat cepat diterima
oleh perasaan seni manusia, tetapi janganlah dilupakan Sabda Nabi Muhammad saw
yang menjadi inti daripada gambaran keadaan syurga itu, iaitu:
“Syurga itu
ialah: yang tidak mata melihat dan tidak telinga mendengar dan tidaklah hadir
yang terasa dalam hati seorang jua pun”
Jelaslah
sudah soal syurga atau neraka sekalipun dalam simpulan sabda beliau itu, kalau
kita akan melihat taman yang indah kelak bukanlah mata semacam ini yang
melihatnya kalau kita mendengar music yang merdu bukanlah telinga semacam ini
yang akan mendengarnya gambarkanlah segala yang akan tergambar di dalam ingatan
hati tentang nikmat syurga namun dia bukan itu bahkah lebih dari itu.
Apalah
ertinya mata kita yang sekarang yang tidak bercahya kalau tidak lebih dahulu
ada chaya jiwa apalah ertinya telinga kita yang sekarang yang tidak mengerti
keindahan bunyi kalau getaran jiwa tidak nyaring.
Inilah pula
yang menjadi perselisihan fikiran diantara ulama-ulama zaman dahulu, apakah
kita akan merasa nikmat syurga, atau siksa neraka itu hanya dengan rohani kita
yang khulud atau dengan tubuh kita sekali? Setengah orang muktazilah dan
sebagian dari ahli falsafah Islam, sebagai Ibnu Rusyd terang-terang menyatakan
bahwa itu adalah nikmat ruhaniyah belaka, sedang sebagian ulama hadis menyatakan pendapat
bahwa nikmat syurga atau siksaan neraka itu akan kita rasai serta merta ruhani
dan jasmani.
Dalam zaman
kita sekarang ini tidak ada perlunya kita menpertengkarkan itu, apatah lagi di
zaman yang belum lama berlalu ketika faham keislaman mulai mundur bila mana
timbul pertengkaran dalam suatu soal kadang kadang timbullah kafir mengafirkan
sesat menyesatkan apabila berbeza fikirannya dengan kita kita keluarkan dia
dari golongan kita, padahal perkara yang kita pertengkarkan sekali kali bukan
masuk daerah atau competensi kita.
Tuhan telah
menjanjikan barang siapa yang taat akan perintahNya mengikut seruanNya dan
menghentikan laranganNya akan diberi nikmat syurga.
Kita percaya
itu sebab kita percaya kepadaNya dan percaya kepada rasulNya dan percaya akan
kitab yang dibawa oleh rasulNya.
Tuhan telah
menjanjikan barang siapa yang hanya menurutkan hawa nafsunya lalu melanggar
ketentuan Tuhan, akan disiksa dalam neraka.
Kita percaya
itu sebab kita percaya kepadaNya dan percaya kepada rasulNya dan percaya akan
kitab yang dibawa oleh rasulNya.
Bagaimana
rupaNya, bentukNya, panjangNya luasNya Dial ah yang lebih tahu, apa yang
dikatakanNya dengan perantaraan lidah rasulNya kita percaya semua, dalam
keadaan dan bentuk yang dikatakan itu, kita tidak dapat walaupun kita cuba ,
buat mengambarkan keadaan itu dalam hidup kita yang sebagai sekarang ini.
Kewajipan
kita bukanlah meyelidiki apakah itu? Kewajipan kita hanyalah melatih diri kita
dalam lingkungan sifat-sifat kita sebagai manusia buat meniru sifat-sifat
kemulian Ilahi sehingga layaklah kita menerima anugerahNya.
Qaafalah
Kehidupan
Sebelum kita
lahir, sudah berapa lamakah usia dunia ini? Dan sudahkah kita meninggalkannya,
berapa angkatan lagikah agaknya keturunan kita yang akan datang berapa lagikan
usia dunia ini?
Apakah
ertinya kehidupan kita yang pendek sekilis zaman ini, jika dibandingkan dengan
usia dunia sebelum kita lahir, yang telah million tahunan, dan usia dunia
setelah kita pergi entah berapa million tahun lagi.
Cuma sedikit
sekali, sukar buat menbandingkan nya tetapi walaupun dia sedikit itulah dan
disitulah terletak hidup lahir kedunia diantara dua zaman yang lama, dahulu
yang tidak dapat didaki kerana sangat jauhnya dan kemudian yang berlarut larut
dalam saat yang sedikit tidak berbanding
itulah terletak kesempatan memberi nilai kedatangan kita.
Jalan raya
kehidupan itu terbentang terus tiada tentu hujungnya, satu angkatan datang dan
pergi, satu angkatan lain datang lagi dan pergi lagi, yang baru datang ketengah
labuh lurus itu berjalan terus dengan giatnya, sampai payah dan penat, bila
telah sampai waktunya dia pun mati, datang pula yang lain dengan tenaga baru
demi setelah tenaga itu habis dia pun mati pula, berbondong orang yang tinggal
mengantarkan mayit yang telah mati kepusara perkuburannya tetapi dalam saat itu
juga kedengaran tanggisan anak yang baru lahir, anak menyambung hidup untuk
mati, demikianlah keadaannya terus menerus..
Itulah dia
Qaafalah dari kehidupan iaitu usaha yang tidak berkeputusan daripada hidup yang
terputus putus orang nya datang dan pergi lahir dan mati tetapi usaha dan amal
dan perbuatan senantiasa diteruskan oleh yang datang dibelakang tidak pernah
terjadi perhentian tugas dan tidak pernah terbengkalai.
Qaafalah
hidup berjalan demikian rupa, dan semua kita mengalami nya dan melihat nya,
yang memikul jenazah hari ini besok akan dipikul pula.
Demikian
jelasnya, tetapi dikabur juga bagi sebagian besar manusia, banyak kita yang
lupa bahwa kita ini adalah orang singgah di sini, kita lahir dengan tiba-tiba
dan akan hilang pula dengan tiba –tiba, banyak manusia yang lupa daratan lalu
menyangka bahwa dia akan tinggal selama lama nya disini, meskipun hatinya tak
menyangka namun perbuatannya membuktikan perasangkaannya yang salah, demi
apabila maut itu datang , dia terkacuh seakan-akan mati adalah hal yang ganjil
pada hal bagaimana pun dia tekacuh namun keadaan akan tetap sedemikian itu
kerana begitulah adanya.
Alangkah
baiknya jika badan sedang sehat dan otak sedang sedar, kita ingat benar-benar
kampong apakah namanya yang kita diami sekarang ini, kalau ini kita ingat
nescaya kita tidak akan menegakkan gedung angan angan yang menjulang langit
diatas tanah kenyataan yang penuh rawan.
Lalu
timbullah pertanyaan: Kalau sekiranya hidup itu hanya semata-mata pergantian
orang yang baru datang dengan orang yang baru pergi, apakah ertinya dan kalau
hanya seperti itu, apalah guna hidup. Liang kubur, atau membunuh diri adalah
lebih baik untuk mencari penyelesian kalau sekiranya yang dikatakan hidup itu
hanya semacam ini, kita menjadi pusing dan bising menerimanya hanya rentitan dari
umpah puji, perlumbaan untuk kemegahan diri sendiri membunuh teman supaya
diatas kematiannya aku bisa hidup penindasan yang kuat atau yang lemah kemudian
itu mati! Mati kerana sangat lapar atau mati kerana sangat kenyang.
Akal yang
murni tidak dapat menerima kalau hidup itu hanya demikian, mencari sendiri
penjelasan daripada hidup itu tidaklah akan sanggup manusia ini, tidak ada
bukti kenyataan yang didapati dengan ilmu pengetahuan pasti bahwa ada lagi
hidup lain dibelakang hidup ini, tetapi manusia pun merasa ragu, dan tidak pula
dapat memastikan bahwasanya hidup kita yang seperti ini hanya sehingga ini saja
kalau hidup hanya sehingga ini saja dapatlah kita pastikan bahwa hidup ini
zalim adanya! aniaya adanya.
Maka untuk
menghilangkan keraguan hidup itulah agama, mulanya kita telah percaya ada
Tuhan, kemudia itu kita telah percaya adanya hidup, kita pun telah percaya
adanya Nabi kita pun telah percaya adanya wahyu maka Tuhan yang telah kita
percaya itu menyampaikan wahyuNya dengan perantaraan rasulNya, memberi ingat
bahwa hidup mu bukanlah semata-mata ini saja, hidup ini hanyalah semata-mata
permulaan daripada hidup yang kekal dan abadi hidup yang sekarang adalah
persiapan untuk menempuh hidup yang kekal abadi itu.
Benar kita
datang hanya sekejap zaman kemari ini benar usia dunia sebelum kita telah
bermillion tahun dan sepeninggalan kita entah berapa lama lagi, tetapi di dalam
masa yang pendek itu kita memberi nilai akan hidup kita, untuk dijadikan bekal
menempuh perjalanan yang jauh kenegeri kekal abadi: AKherat.
Hidup yang
bijaksana ialah berbuat amal dan usaha milik kepentingan bagi kedua macam hidup
itu, jangan hanya memikirkan satu macam hidup saja amal dan usaha itu dibuat
bertali disini kita menanam buat nanti mengetam disini kita berusaha buat nanti
mengambil hasil.
Dibalik Hidup
Yang Sekarang
Kita mesti
mati, dan mati tidak dapat kita tolak, satu alamat yang tidak berubah dilangit,
iaitu Tuhan, satu alamat yang tidak pula berubah-ubah dibumi iaitu kubur,
kemana pun kita melangkah kemana pun kita pergi menyembuyikan diri, kebenua
mana pun namun tiba waktunya maka tepat pada saat itu pintu kubur menggegah
menunggu kedatangan kita, baik kubur bumi atau perut ikan atau mana saja sama
saja.
Mati adalah
laksana suatu gerbang perbatasan diantara hidup yang fana ini, akan menuju
kehidupan yang maha luas dan baqa’, iaitu hidup akherat, sesudah mati yang
sekali itu kita tidak akan mati-mati lagi, kalau kita fikirkan hal ini dengan
tenang tidak ada alasannya buat kita akan takut menghadapi mati, kita takut menghadapi
mati hanyalah kerana melihat bangkai terlantar mukanya telah pucat kuning
kerana darah dalam badannya tak berjalan lagi kita takut mengenang mati kerana
memikirkan bahwa bangkai yang mati itu akan dimasukkan keliang lahat dan akan
tinggal sepi sendiri, tiada berteman, itulah sebabnya agaknya maka ada seorang
maha raja di benua Tiongkok seribu tahun yang telah lalu menitahkan menterinya
mencari suatu tempat yang disana tidak akan didatangi oleh kematian, dia ingin
kekal tetapi dia tidak mahu menyuluduki gerbang yang memisahkan dari hidup yang
tidak kekal ini kepada hidup yang sebenar kekal.
Ada pula yang
menyangka bahwa hidup itu hanya inilah! Dibelangkang ini tidak ada hidup lagi,
bila mati telah datang tamatlah hidup masuk ke dalam suatu masa yang disana
tidak ada perasaan lagi tidak ada
syu’uru, bila manusia telah mati samalah dengan seekor kucing yang mati
atau dengan sapi yang dipotong dan dimakan setelah itu habis!.
Soal mati
bukanlah soal habis! Mati boleh dikatakan penutup daripada hidup yang khayali
dan pembukaan daripada hidup yang hakiki, pasti tiba waktunya ruh kita bercerai
dengan badan kita tetapi insan tidaklah berubah kerana itu, tubuh kita hanyalah
laksana pakaian saja yang boleh tanggal darai hakikat ruh tubuh berubah
sifatnya, hari ini menjadi tubuh insan lain hari sebagai pernah dikatakan Umat
Khiyaam dalam rabaitnya: menjadi tembikar atau piala tempat minum yang ditempah
oleh tukang periuk belangga, mati hanyalah pindah dari satu tempat ketempat
lain tidak mengurangi akan kesedaran seseorang atau hakikat wujud dan tidak
pula mengurangi akan perasaannya bahkan bertambah jelas dan nyata baginya sebab
dia telah terlepas daripada ikatan belenggu.
Barzakh
Langkah yang
penghabisan sekali kita meninggalkan dunia ini ialah langkah permulaan bagi
kita menuju alam khulud, dipermulaan langkah tiba disana dimulailah perhitungan
nyatalah nilai kebajikan yang kita kerjakan selama ini dan nyata pula kejahatan
semuanya dibayar kontan tidak ada yang tersembunyi.
Sampai
ditegaskan bahwasanya orang yang mati kerana mempertahankan kebenaran dalam
dunia ini adalah hidup:
“Janganlah
kamu sangka bahwasanya orang yang terbunuh pada jalan Allah bahwa dia mati,
bahkan dia adalah hidup disisi Tuhan mereka diberi rezki, mereka bersuka cita
dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dengan kurniaNya dan mereka
menyatakan kegembiraan untuk orang yang belum menuruti mereka dari belakang
bahwa tak usah takut dan tak usah berduka cita” Al Imram 169-170.
Bahkan kadang
kadang alamat-alamat baik atau alamat tidak baik sudah dapat dilihat pada akhir
umur manusia, sekali seorang telah memilih pendirian di dalam hidupnya bahwa
Tuhan nya ialah Allah, dan dia teguh pada pendirian itu, tidak berganjak
sedikit juga, maka bilamana tiba saat dan waktunya akan mati, tibalah malaikat
memberitahu kepadanya supaya tak usah takut tak usah duka cita bahkan
bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan.
Sebaliknya
orang yang fasik dan aniaya, yang hidup fana nya ini tidak diberinya isi dan
nilai, hanya dibuang-buang dengan tidak berketentuan kelihatan lah bagaimana
sulitnya dia menempuh gelombang sakara itu. Malaikat pun datang pula
menghulurkan dan menghampirkan tangannya, keluarkan lah nyawa mu! hari ini
engkau terimalah ganjaran azab yang hina, kerana kamu pernah berkata terhadap
Allah tidak atas kebenaran, dan kamu menyumbongkan diri atas ayat Allah.
Meskipun
orang yang mengaku beriman, namun perhitungan dosa dan kesalahan yang
diperbuatnya sementara hidupnya pun akan mendapat perhitungan juga, kelepasan
dan keringanan hanya akan berlaku sesudah berlaku pertimbangan dan imbangan
diantara berat ringannya kebaikan dan kesalahan itu.
Adapun dalil
atas adanya siksa kubur itu amat banyak, rupanya sebelum menempuh syurga atau
neraka haruslah dilalui zaman kubur sebab dia adalah sebagai bayangan dari yang
akan ditempuh nanti, pada suatu hari Rasulullah saw bersama sahabat nya
berjalan didekat perkuburan, maka kedengaranlah oleh telinga bathin beliau dua
orang dari penghuni kubur itu menerima siksaannya, lalu beliau suruh ambilkan
daun tamar yang masih muda dan beliau suruh letakkan diatas kubur itu, kata
beliau: “yang berkubur dua orang ini sedang menanggung siksa, bukan dalam
perkara besar, hanyalah kecil saja, seorang kerana tidak berselindung seketika
pergi kencing dan seorang lagi tukang membawa khabar berita fitnah diantara
sesame manusia”
Maka pada hakikatnya
maut itu adalah menempuh masa-masa juga
seumpama orang yang hidup di dunia ini juga, menempuh masa kecil dewasa dan tua
Cuma masa-masa yang ditempuh oleh ruh setelah cerai dari badan lebih halus
lebih kuat dan lebih sedar.
Dengan jelas
Rasulullah saw menerangkan masa masa yang akan kita tempuh sesudah mati itu,
beliau berkata: “Seseorang hamba Allah yang beriman, bila telah mulai terputus
dengan dunia dan akan menghadapi ke akherat datang lah malaikat dari langit,
jernih muka nya, laksana mentari membawa akan kain kapan dari kapan syurga dan
harum haruman dari harum haruman syurga maka duduklah malaikat malaikat itu
merenungnya dikelilingnya, kemudian itu datang lah malaaikat maut dan duduk
disisi kepalanya, maka dia pun berkata:”Wahai nafsu taiyibah (diri yang baik)
keluarlah engkau dengan maghfirah Allah dan redaNya, maka keluarlah nafsu itu
dari tubuhnya laksana mengalirnya titisan air dari piala, lalu diambilnya tidak
dibiarkannya walaupun sekelip mata, lalu diambil pula oleh malaikat tadi dan
dimasukkannya kedalam kapan yang dibawanya itu dan diberinya haruman dibawanya
pergi laksana menatang sejemput kasturi yang harum didapat dari permukaan bumi.
Kemudian itu
mereka pun membawanya naik kelangit demi setiap berjumpa dengan segolongan
malaikat, bertanyalah malaikat-malaikat yang bertemu itu : Apakah bau yang
harum ini? Malaikat yang membawa itu menjawab: Si fulan anak si fulan
disebutnya nama nya itu sebagus bagusnya yang dipakainya selama dia di dunia,
maka sampailah kenaikan itu kelangit dunia mereka minta bukakan pintu langit
lalu dibukakan maka pegawai langit pertama menghantarnya pula sampai kelangit
yang diatasnya, sehingga sampai kelangit yang ketujuh, maka datanglah sabda
Tuhan Allah : “Tuliskan tulisan hambaKu ini ditempat orang-orang yang mulia,
dan bawalah dia kembali kebumi kepada Tuhannya” maka datanglah dua malaikat
duduk kedekatnya, maka berkatalah kedua malaikat itu: Siapakah Tuhan mu? Dia
menjawab: Tuhanku Allah, apakah agama mu? – Agama ku Islam!
Siapakah
orang yang diutuskan kepada mu itu?
Dia adalah
Rasulullah!
Bagaimana engkau
tahu?
Dia menjawab:
Aku baca kitab Allah dan aku percaya akan dia, dan aku benarkan!
Maka
kedengaran lah seruan penyeru dari langit “telah menbenarkan hambaKu, maka
sediakan lah hamparan untuknya dalam syurga” maka dibukakanlah baginya sebuah
pintu ke syurga maka datanglah keduanya segala haruman haruman nya dan narustu
nya dan dilapangkan baginya di dalam kuburnya sejauh matanya memandang, maka
tiba pula lah keduanya seorang yang mukanya bagus pakaiannya bagus dan baunya
harum, berkata orang itu: “Senangkan lah hati mu dengan barang yang
mengembirakan engkau, inilah hari yang telah dijanjikan buat engkau” lalu
bertanyalah dia: “Engkau ini siapa? Muka mu sangat elok membawa kabar baik”
orang itu menjawab: “Saya ini adalah amal mu yang sholeh” mendengar itu maka
berkata lah dia: “Ya Tuhan ku! Lekaslah dirikan kiamat, lekaslah dirikan
kiamat, supaya aku kembali kepada ahli ku dan hartaku”
Seterusnya
Nabi bersabda pula:
“Dan hamba
Allah yang kafir apabila telah terputus dengan dunia dan menghadap ke akherat,
turun pulalah malaikat yang mukanya sangat hitam membawa bungkusan, mereka pun
duduk menentang penglihatan kemudian itu datanglah malaikat maut dan duduk
disisi kepalanya lalu dia berkata! “Hai nafsu yang keji! Keluarlah engkau
dengan kebencian Allah dan kemurkaanNya, maka dia pun memisahkan nafsu itu dari
badannya, dan mencabutnya laksana mencabut duri dari bulu yang kotor lalu
diambilnya setelah diambilnya kedalam bungkusan buruk itu dibawanya sebagai membawa
bangkai yang paling busuk di bumi, dibawanya terbang setiap bertemu dengan
kelumpuk malaikat, malaikat yang brtemu itu bertanya: Apakah bau busuk ini?
Malaikat yang membawa itu menjawab: Si fulan anak si fulan, disebutnya dengan
seburuk namanya yang dikenal tetangganya di dunia, sehingga sampai kelangit
dunia maka malaikat itu meminta dibukakan pintu langit maka tidaklah ada yang
mahu membuka nya lalu Rasulullah membaca ayat:
“Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan memandang rendah kepadanya,
tidaklah dibukakan bagi mereka pintu langit dan tidaklah mereka masuk kedalam
syurga sebelum unta dapat dimasukkan ke dalam lubang jarum” Al ‘Araaf 40
Maka
berfirman lah Tuhan Allah: “Tuliskanlah kitabNya dalam penjara dibawah bumi
yang paling bawah, maka dilemparkanlah ruh nya itu – kemudian Nabi pun membaca
pula ayat-ayat:
“Dan barang
siapa mempersyirikkan Allah adalah dia seakan-akan tersungkur jatuh dari langit
lalu diperebutkan oleh burung atau diterbangkan angin kepenjuru yang jauh” Al Hajj
31.
Maka
dikembalikanlah ruh nya kedalam tubuhnya datanglah dua orang malaikat dan duduk
keduanya kedekatnya, lalu bertanya: Siapa Tuhan mu? dia menjawab: ah’ ah….saya
tidak tahu.
“Apa agama
mu?-ah’ ah’…..saya tidak tahu”
“Siapakah
orang yang diutus pada mu itu? – ah’ ah saya tidak tahu”
Maka
datanglah seruan dari langit bahwa orang ini adalah seorang yang telah
mendustakan, sebab itu sediakanlah hamparannya dalam neraka, maka dibukakanlah
sebuah diantara pintu neraka melambailah kepadanya panasnya dan angina
saamumnya, kuburnya pun kian lama kian sempit sehingga adu beradulah tulang
rusuknya ssatu dengan yang lainnya.
Maka
datanglah seseorang yang mukanya sangat buruk dan pakaiannya pun buruk dan
baunya sangat busuk, lalu dia berkata “Sekarang terimalah hal yang sangat
menyakitkan mu inilah hari yang telah dijanjikan buat engkau” lalu dia
bertanya: “Engkau ini siapa? Engkau datang dengan rupa sangat buruk membawa
khabar sangat buruk pula?” dia menjawab: “Saya ini adalah amalan mu yang buruk”
lalu dia berseru “Ya Tuhan! Janganlah datang kiamat”.
Dalam hadis
lain demikian bunyinya: “Siapa engkau ini? Dia menjawab “ Saya ini adalah amalan mu yang jahat, engkau
sangat lalai mentaati Allah, dan lekas benar derhaka kepadaNya, inilah balasan
jahat atau engkau! Kemudian itu diikatkan kepadanya seorang buta, pekak dan
bisu, ditangannya sebuah cemeti yang kalau dipukulkan kepada bukit, bukit itu
menjadi tanah maka dipukulnya lah satu pukulan, maka jadilah dia tanah,
kemudian dikembalikan Allah dianya sebagaimana adanya, lalu dipukul pula sekali
lagi, maka memekiklah dia pekik yang sangat dasyat terdengar oleh segalasesuatu
kecuali oleh manusia dan jin.
Berkata
Baraa’ yang mendengar hadis ini dari Rasulullah: “Kemudian itu dibukalah satu
pintu dari neraka dan dihamparkan hamparan buatnya daripada api”.
Itulah salah
satu gambaran daripada hidup didalam alam kubur itu, yang digambarkan oleh Nabi
Muhammad saw, kita tidak dapat menolak pengkhabaran ini, kerana selain daripada
kita tidak mempunyai alasan buat menolak, maka menolak satu diantara sabda Nabi
tentang hidup akherat itu, bererti menolak kenabiannya, dan menolak juga akan
wahyu yang dibawanya, ertinya kita tolak sama sekali kepercayaan yang telah
kita bina sejak semula sehingga kita pun tidak percaya lagi kepada Tuhan!.
Bagaimanakah
keadaan selanjutnya daripada hal yang dihikayatkan Rasulullah itu? Tidak lah
dapat kita ketahui lebih daripada apa yang diceritakan beliau itu, kita
percaya! Bagaimana caranya? Tidaklah dapat dijawab oleh hokum sebab – akibat
dan logic yang ada pada kita sekarang ini, sebab hokum sebab – akibat dan logic
kita ini masihlah terkait oleh undang-undang yang duniawi, bagaimana tubuh yang
telah berpisah dengan nyawa, akan dapat berjumpa kembali di alam itu, padahal
kita melihat mummy firaun masih terlentang sejak beribu tahun sekarang tergolek
dalam museum di Khahirah dan mummy lenin dan satalin masih serupa orang tidur
dilapangan merah?
Maka
memberikan jawab atas soal ini tidaklah dapat dengan begitu, kemajuan
pengetahuan manusia mutakhir menunjukkan adanya rahasia-rahasia benda yang
ghaib, yang tidak dapat diputuskan begitu saja, kerana teropong hidup sekarang
yang masih danggal ini, sedangkan soal benda kian lama lagi kian ghaib, apatah
lagi soal nyawa.
Tetapi
pengalaman pengalaman yang telah disusun orang menjadi ilmu pengetahuan pada
zaman akhir dan perjumpaan-perjumpaan yang telah dicubakan orang, telah banyak
membuktikan akan adanya alam ruh, atau alam kubur atau alam barzakh itu.
Kepandaian
manusia telah dapat memanggil ruh yang telah mati, dan ahli ilmu demikian
mengakui bahwa ada ruh yang masih dekat dari kehidupan kita dan mudah
dipanggil, da nada ruh yang telah jauh dari kalangan kita sehingga tidak kuat
ruh pemanggil itu buat memanggilnya, kata mereka, ruh-ruh besar , ruh Nabi-nabi
tidaklah dapat dipanggil, ruh-ruh yang rupa nya tidak dibukakan baginya pintu
langit, berkeliaran keliling kita dan keinginannya hendak kembali ke dalam
kehidupan yang sekarang tetapi tidak dapat lagi, menyebabkan dia menjadi
penganggu menjadi hantu yang menakutkan.
Itulah
sebabnya maka ajaran segala agama menyuruh kita berlatih agar jiwa kita jangan
terpaut kepada barang yang akan kita tinggalkan ini, janganlah sampai harta
benda, anak dan isteri atau keduniaan semuanya mengikat hati kita, sehingga berat
meninggalkan dunia ini sebab kalau kita mati dan amalan kurang kita tidak lekas
diterima atau diincarkan dari qafaalah ghaib hadrat rububiyah, maka
terlemparlah arwah ke bumi, melihat isteri yang chantek telah dikahwini orang
lain, rumah yang bagus telah dipunyai orang lain, anak yang ditinggalkan telah
berbuat perkerjaan yang menyakitkan hati, maka cinta kepada Allah, yang
dituruti dengan amal yang sholeh, membukakan hijab bagi kita untuk menempuh
alam yang kekal dan khulud yang lebih luas Maha Luas dari hidup terbatas ini.
Umur
Seseorang Dan Umur Dunia
Setelah habis
janji dengan dunia ini, kita pun berangkat keakherat, dibelakang kita masih
tinggallah manusia menunaikan janjinya pula menyambung hidup, bekerja dan
berusaha, sampai bila, sampai kepada habisnya tugas hidup insani ini, dan
keluar dari dalamnya dengan penuh pengalaman pahit, lalu berangkat ketempat
yang telah tersedia entah neraka entah syurga? Bilakah akan berhentinya alam
kita ini? Tempat menerima dan mewariskan duka dan suka dan perjuangan diantara
kebenaran dan kedustaan? Sampai bila?
Agama
menyatakan bahwa dunia ini mesti berakhir, ilmu pengetahuan alam pun dalam
segala seginya menunjukkan bahwa segala sesuatu berpangkal dan segala sesuatu
berakhir, langit akan runtuh, bumi akan tenggelam, tenggelam kemana? Entah!
Bukit-bukit musnah jadi abu, dan bintang jatuh dari felaknya, ombak lautan
mengayah naik, pendeknya sifat seluruh kehidupan ini akan datang masihnya
digulong!.
Bilakah itu
akan terjadi?
Tidak ada
orang yang tahu, bahkah Nabi-nabi sendiri pun tidak tahu.
Pada satu
hari datanglah Jibril kepada Nabi Muhammad saw di Madinah, merupakan dirinya
sebagaimana manusia biasa, dia bertanyanya kepada Nabi apa erti Iman, lalu
dijawab oleh Nabi, ditanyanya pula apa erti ihsan, lalu Nabi menjawab bahwa
ihsan itu ertinya ialah bahwa hamba Allah berbakti dan menyembah kepada Allah
seakan-akan Allah itu nampak olehnya Berdiri dihadapannya, walaupun tidak dapat
melihat Allah Berdiri dihadapannya namun Allah Ta’ala tetap Melihat dia, lalu
Gibril bertanya bilakah akan datang “saat” kiamat itu? Nabi pun menjawab:
Bahwasanya orang yang ditanyai tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya,
ertinya Nabi Muhammad tidaklah lebih tahu daripada Gibril dalam perkara bila
hari akan kiamat, itu adalah ilmu Allah semata-mata.
Tetapi “Saat”
itu pasti datang:
“Dan
bahwasanya saat kiamat itu pasti datang, dan akan Aku rahsiakan untuk memberi
pembalasan kepada setiap diri, menurut apa yang diusahakannya” Surah Toha ayat
15
Yang dapat
ditunjukkan bahwa dia telah dekat adalah bukti-buktinya saja, diantara bukti
itu dinyatakan juga oleh Nabi Muahmmad kepada Jibril ketika menjawab pertanyaan
itu, diantaranya ialah bila seorang hamba perempuan telah melahirkan “Tuan nya”
atau penghulunya, dan pula bilamana pengembala-pengembala kambing yang selama
ini belum kenal memakai sepatu (hufat) yang selama ini hidup dalam kemelaratan
tiba-tiba telah mendirikan gedung yang besar-besar.
Dalam hadis
lain dinyatakannya, setengah daripada tanda hari akan kiamat, adalah bertambah
pendeknya zaman, sehingga setahun serasa-rasa sebulan, sebulan rasa sejumaat,
sejumaat rasa-rasa sehari, sehari rasa-rasa sesaat, sesaat rasa-rasa hanya
segenjolak saja, dan tanda yang lain lagi dikatakan pula bahwa apabila orang
tak tahu lagi menperbezakan harta pencarian, entah halal entah haram, kerana
telah sangat berkacau.
Bilamana
dikaji tanda-tanda itu, bahkan selalu kita berjumpa nampaklah bahwasanya dunia
masih akan terus berputar dengan selamat, belum akan kiamat, selama masih ada
manusisa yang menjunjung perhubungan baik diantara makhluk denga Khaliknya,
selama suara penyeruan kepada Tuhan, selama inti sari kitab suci masih
dihargai, bahkan selama ruh manusia masih kuat hubungannya dengan Maha
Pencipta, belumlah hari akan kiamat.
Lama kita
berenung memikirkan alam dan manusia dan hidupnya, kita mengakui bahwa kian
lama kian majulah kehidupan manusia ini, kian tahulah manusia akan rahsia alam
itu, ilmu pengetahuan telah meluas, manusia telah sangguh terbang keudara
melebihi burung, menyelam kedalam lautan mengatasi ikan, manusia telah
mengetahu radio televisyen dan berbagai-bagai ilmu yang lain, penyakit penyakit
menular dan berbahaya sudah dapat ubatnya, tetapi apakah faedahnya dari
kemajuan hidup itu? Manusia telah berbangga mengatakan dirinya berkuasa, tidak
ada yang ghaib lagi, satu bangsa mengatasi bangsa lain timbul perebutan hidup
dan perebutan makan, lalu timbul perebutan menjajah dan menjarah negeri orang,
diantara satu bangsa dengan bangsa yang lain hiduplah cemburu mencemburui
padahal suatu bangsa tidaklah dapat hidup sendirinya di dalam alam ini, kalau
dia tidak berhubungan baik dengan bangsa yang lain, untuk hawa nafsu maka
hubungan penting itu mereka lupakan. Mereka pun berperang-perangan
berbunuh-bunuhan maju manusia dalam persenjataan tapi runtuh hancur luluh dalam
pertahanan budi seruan, Nabi-nabi laksana hilang dan parau dikalahkan oleh
seruan meriam.
Manusia
mendabik dadanya dan berkata : “ Saya sanggup membunuh, saya sanggup
mengalahkan dan saya sanggup jadi Ttuhan”
Itulah alamat
kiamat telah dekat:
“Sehingga
bila telah mengambil bumi akan perhiasannya dan diperindah dan menyangka pula
penghuninya bahwa mereka telah berkuasa diatasnya, pada waktu itu datanglah
perintah Kami, malam atau siang maka Kami jadikanlah dia menjadi padang
tekukur, seakan-akan tidak ada apa-apa kemarinnya, demikianlah Kami menjelaskan
ayat-ayat Kami bagi kaum yang berfikir”
Surah Yunus 24.
Jadi, salah
satu tanda yang penting dari dekatnya hari kiamat, ialah kesombongan manusia
diatas bumi, sehingga dihiasinya dengan macam-macam perhiasan waktu itu
datanglah perintah Allah dengan tiba-tiba entah malam entah siang hanjur lebur
semuanya.
Bila Tuhan
Allah menimpahkan kehancuran dengan tiba-tiba entah siang entah malam, bukanlah
tidak ada peringatan lebih dahulu, bukan laksana jepun menyerang pulau habour
didalam sunyi sedang sardadu sardadu amerika berdansa-dansa, peringatan telah
datang lama sekali dan yang membawa peringatan pun bukan seorang, bukan dua
orang , kedatangan Rasul-rasul itu adalah pembawa peringatan, kitab-kitab suci
pun penuh peringatan.
Beberapa umat
kecil-kecil dizaman dahulu diberi peringatan oleh Nabinya masing-masing supaya
kembali kepada Tuhan yang Esa dan percaya kepadaNya dan jujur dalam hidup,
sebab bila kederhakaan telah meningkat, hokum Tuhan mesti datang, maka umat
yang hanya terpikat dengan kecintaan dunia yang ada dihadapan matanya, yang
lebih mempercayai kebendaan daripada kekuasaan Tuhan selalu mengabaikan seruan
itu, bahkan mengejek, maka berlakulah kehendak Tuhan itu, hancur luluhlah kaum
Aad, Tsamud, kaum Nuh, negeri madain dan lain-lain, tidak suatu pun yang dapat
bertahan.
Didalam pesan
para Nabi itu dinyatakan bahwasanya “Saat” itu pasti datang bila mana
kerosakkan moral manusia sudah melampaui dari batas, bila mana manusia tidak
peduli lagi bahwa diatas kekuasaannya sendiri adalah kekuasaan yang Maha Besar,
bila mana telah sangat gelap kehidupan itu, sehingga fajarnya tidak diharap
datang lagi, bila mana hawa nafsu telah melangkahi akal budi ketika itulah
kiamat mesti datang.
Orang
memegang iman kepada Tuhan sudah seperti memegang bara panas, terasa hangat
dilepaskannya, orang tidak keberatan lagi menjual maruah, menjual kehormatan
diri dan keyakinan, untuk mencari kemegahan yang sekejap mata:
“Adalah
dihadapan hari kiamat itu banyak fitnah, laksana sepotong malam yang gelap
gelita, pagi orang beriman sorei-sorei orang menjadi kafir, sorei beriman pagi
menjadi kafir pula, suatu kaum menjual agamanya dengan laba dunia”
Lantaran itu
maka peperangan-peperangan pun timbullah, berperang sebentar, “Isterihat”
kerana hendak berperang lagi, berdamai sementara kerana sedang dalam bersedia
akan perang pula, sebab kepercayaan sudah habis, kebencian memenuhi segenap
hati.
“Tidaklah
berdiri hari kiamat melainkan setelah banyak huru hara” orang bertanya: “Apakah
huru hara itu?, Rasulullah menjawab: pembunuhan! Pembunuhan!
Banyak lagi
tanda-tanda lain beliau tunjukkan sebagai alamat hari akan kiamat, sampai
kepada kaum wanita yang tidak tahu malu lagi, dia lebih senang berkeliaran
keluar rumahnya, dengan pakaian “Kaasiyat ‘Aariyat” berbaju tetapi
bertelanjang, zina menjadi-jadi sehingga disatu waktu tidak yakin orang lagi,
benarkah seseorang itu ayah nya atau ibu nya.
Apakah Kita
Muram ( Pessimist)
Lantaran
tanda-tanda itu telah banyak bertemu, apakah kita akan memandang hidup dengan
warna yang muram? Apakah kita akan pessimist? Orang yang beriman tidaklah
mengenal pessimist! Orang yang beriman tidak mengenal kemuraman kita pun insaf
bahwasanya lama sebelum zaman kita ini kejahatan dan kederhakaan telah ada juga
didunia ini, bukankah menurut perlembang kata agama, nenek moyang manusia yang
pertama Adam dan Hawa, bersama disuruh datang kemari dengan iblis? Waktu mau
datang telah memang ada saat serang menyerang diantara tujuan baik dengan hawa
nafsu dan kesyaithanan, kebaikan dengan keburukkan, kebenaran dengan kedustaan,
keadilan dengan kezaliman senantiasa berperang, kalah mengalahkan, kalau sekali
kali kelihatan seakan-akan kebenaran dan kebijakkan kalah, bukan lah masyarakat
itu akan segera digulung Tuhan.
Kita tidak
boleh putus asa, lalu lari ke gunung sebab orang yang beriman tidaklah suka
melepaskan tanggung jawabnya dalam tanda-tanda hari akan kiamat yang banyak
itu, satu pintu pengharapan dibukakan oleh Tuhan:
“Tidaklah
berdiri hari kiamat atas sesorang yang masih mengatakan Allah, Allah”
Tegas sekali
hadis ini, selama masih ada lidah mengucapkan nama “Allah” walau dikiri kanan
sudah mengucapkan nama “syaithan” belaka, selama itu pula kiamat belum akan
datang atau lebih tegas lagi, kiamat itu tidak dikenal oleh lidah yang masih
menyebut nama Allah, biar pun orang lain telah tenggelam karam, telah hancur
lebur, orang yang lidahnya masih mengucapkan Allah, tidak akan karam malahan
kiamat menjadi tertahan, sebab masih ada alasan bagi Tuhan buat menghidupkan
bumi ini, maka kalau nama Allah sudah hilang dari lidah mahkluk Nya, apa guna
dibiarkan juga mereka dibumi.
Tentu saja
tuan dapat memikirkan apa maksud hadis ini, menyebut nama Allah dan menyebut
adalah dua perkara yang berbeza banyak kita mendengar orang duduk tegak
menyebut nama Allah tetapi sebutannya itu hanya sehingga leher keatas, ini
percuma!
Adakah tuan
ingat cerita duksur seorang kafir? Pada suatu hari Nabi Muhammad kerana sangat
lelah berteduh dibawah pohon kayu dan tertidur, pedangnya digantungkannya
didahan kayu itu, maka datanglah duksur musuh besar Nabi, diambilnya pedang
Nabi dan Nabi pun dibangunkannya, sambil mengacukan pedang itu, dia bertanya:
“Siapakah yang dapat melepaskan engkau jika saya bunuh ya Muhammad” ,
Rasulullah menjawab : “Allah”.
“Allah” –
bergema sejak diri hati sanubari, memenuhi seluruh rongga badan, mengalir
diseluruh pipa darah, terloncat dari mulut memenuhi segala angkasa: “Allah”
sehingga lemah segala sendi tulang duksur mendengarnya dan terlepas pedang itu
dari tangannya, lalu Rasulullah mengambil pedang itu pula dan mengacukannya
kemuka duksur dan beliau bertanya pula: “Sekarang siapakah yang dapat
melepaskan engkau daripada pedang ku ini? Duksur menjawab: “tidak ada” dan
duksur tidak dibunuh oleh Nabi, melainkan diajaknya memeluk Islam supaya
kalimah “Allah” pun memenuhi pula akan segenap hidupnya.
Ucapan nama
Allah yang semacam itulah yang dimaksud dengan panggal sehingga kiamat itu
belum berlaku, dan walaupun berlaku juga, kerana sudah terlalu banyak lupa,
namun orang yang ingat akan terlepas daripadanya, ertinya tidak merasa gentar
dan takut menghadapi bahaya bagaimana pun besarnya, sebab dia telah berlatih
mendekati Tuhan yang sememang kita akan datang kepadaNya.
Beberapa
Tanda Yang Terkenal
Turunnya
Kembali Nabi Esa as
Bilamana
telah amat dekat masanya, menurut hadis-hadis yang shahih daripada Nabi
Muhammad saw, akan nampaklah beberapa tanda, satu diantaranya yang paling
penting ialah turunnya kembali Nabi Esa alaihi salam keatas dunia ini.
Macam-macam
lah orang mentafsirkan tentang turunnya kembali Nabi Esa ini, ada orang
mengatakan bahwa bahwa memang tubuh nabi Esa yang dahulu itu sendiri yang akan
datang kembali kedunia, pokok kepercayaan daripada agama nasrani pun mengakui
itu, Esa akan datang kembali tetapi amat berbeza kepercayaan Islam dengan
kepercayaan nasrani tentang maksud kedatangan itu, tentu saja mereka percaya
bahwa kedatangannya itu akan menentu orang percaya kepadanya, menurut ajaran
kristian, supaya pulang kembali kedalam “Kerajaan bapa yang disyurga” dengan
selamat, tetapi Islam menunggu kedatangan beliau, untuk memberi ingat kepada
dunia ini, bahwasanya kepercayaan segolongan manusia selama ini, yang
mengatakan dia tuhan atau anak tuhan, atau satu dari pecahan tiga aknum, Esa
akan datang kembali memberi peringatan insan supaya kembali mentauhidkan Tuhan,
dia akan datang kembali mengakui benarnya apa yang diserukan Muhammad,
bahwasanya tiada tuhan melainkan Allah.
Teringatlah
kita akan suatu cerita roman karangan Destojewski dalam karangan itu dia
mengkhayalkan bahwasanya Nabi Esa atau Jesus kritus datang kembali ke dunia,
menegur golongan yang mengakui dirinya pengikutnya padahal telah melakukan
segala upacara agama berbeza sangat daripada apa yang beliau ajarkan, maka
kedatangan itu tidaklah disambut baik, bahkan beliau telah sangat dimurkai oleh
pendita-pendita agama itu sendiri, sebagaimana kebencian orang yahudi juga
seketika beliau datang yang pertama sehingga mereka meminta pihak kekuasaan
menyalibnya.
Setengahnya
lagi mentafsirkan lain pula, iaitu beberapa golongan mengakui bahwasanya Esa Al
Masih telah datang iaitu guru mereka yang sangat mereka cintai di zaman moden
ini, kaum ahmadiyah golongan qadiyani dan golongan lahor mengakui bahwa Esa Al
Masih telah datang, itulah dia guru mereka mizan gulam ahmad! Kaum bahai pun
mengakui pula bahwa Esa Al Masih telah datang iaitu guru mereka : “Bahallah”.
Dengan tegas
dan bebas kita menyatakan bahwa kita tidak percaya bahwasanya mizan gulam ahmad
atau bahallah adalah Esa Al Masih yang dijanjikan, sedang kita menunggu-nunggu
kedatangan Esa Al Masih yang dijanjikan, kita harap saja kedua golongan itu
bahai dan ahmadiya berdamai dahulu, sebab selain dari yang berdua itu , banyak
lagi orang yang mengakui Nabi pula, Nabi Muhammad mengatakan 30 orang.
Setengahnya
lagi mentafsirkan bahwa yang akan datang itu bukanlah tubuh Esa Al Masih yang
dahulu itu, tetapi mereka mentafsirkan bahwasanya ajaran Esa Al Masih yang
sejati akan datang menjelma kembali ke dunia ini, membawa kesatuan faham
seluruh manusia yang beragama, ke dalam satu kepercayaan iaitu bahwa Esa Al
Masih bukan tuhan dan bukan anak tuhan, sebagaimana kepercayaan kaum kristian
selama ini, dan bukan pula anak “yang tidak terang siapa bapanya” sebagaimana
kepercayaan kaum yahudi, seluruh umat yang percaya akan bersatu kembali
mengakui bahwasanya Esa Al Masih adalah makhluk Tuhan yang pilihan sebagai
Rasul yang lain juga.
Mereka
memegang pendapat ini sebab mereka telah melihat gejala perubahan kepercayaan
itu dalam kalangan orang kristian sendiri pun, sehingga telah ada satu secte
agama dalam kalangan mereka Unitarian yang menolak kepercayaan menuhankan Esa
itu.
Adapun dalam
golongan Islam sendiri, tidak pula kecil golongan yang berpendapat bahwasanya
menunggu kedatangan Esa Al Masih itu kembali kedunia tidaklah termasuk
kepercayaan yang principal (kepercayaan dasar) dalam islam, sebab hadis Nabi
yang menyatakan kedatangan Esa Al Masih kembali itu adalah hadis “Ahad” bukan
termasuk hadis yang mutawatir, dan dalam ajaran tentang rukun iman yang enam
perkara, tidak pula lah Rasulullah memasukkan kepercayaan Esa kembali itu
menjadi kepercayaan pokok, tidak termasuk rukun Iman yang enam perkara.
Tetapi
mungkinkah orang yang telah meninggalkan dunia 2000 tahun yang telah lalu hidup
kembali tidakkah hal itu mustahil?,
apabila kita telah mempelajari ilmu akal, tentu dapat kita jawab
bahwasanya hal itu hanyalah mustahil menurut yang teradat tetapi tidak mustahil
menurut akal, dan ahli ilmu biologi dan ilmu alam yang tidak bertuhan
menyelidiki rahsia alam ini pun telah mendapat bukti-bukti bahwasanya hal ini
tidaklah mustahil.
Dajjal
Dalam alamat
dekat kiamat itu, Nabi pun menerangkan bahwa dajjal akan datang dajjal ertinya
pembohong besar, seorang yang pecah matanya sebelah (A’ura), cerdik, buruk,
penipu, ada alamat kafirnya pada kening nya, dan amat mahir dan amat maju ilmu
pengetahuannya tentang alam, orang banyak akan tertipu oleh kemajuan ilmu pengetahuannya
itu sehingga menyangka dia lah tuhan, dia mempunyai neraka sendiri dan syurga
sendiri, siapa yang mengikut perintahnya dimasukkannya ke dalam syurga dan
siapa yang tidak turut akan dimasukkannya kedalam neraka nya, segala
nilai-nilai rohani budi dan akhlak dan moral, segala nilai-nilai kepercayaan
kepada Ilahi akan dipertanggong balikkannya, dia akan mengembara diserata dunia
ini memaksakan kekuasaannya dan kepercayaannya.
Kesudahan
hidup dajjal itu ialah mati terbunuh juga.
Bermacam
macam pula tafsir orang tentang dajjal ini, ada yang mengatakan dia telah
datang dan telah lama matinya, ada pula suatu hadis :Ahad” mengatakan bahwa
sahabat Nabi Tamim Ladari pernah bertemu
dengan dia disatu pulau, ada yang mengatakan bahwa dajjal itu ialah kapitalis –
imperialis da nada yang mengatakan itulah komunis.
Dan ada yang
mentafsirkan bahwasanya hadis dajjal ini adalah semata-mata peringatan bagi
umat tauhid supaya mereka selalu waspada dan berhati-hati kerana penipuan dan
kebohongan itu kian dekat kiamat kian nyata dan besar.
Dan yang
sebaik-baik kepercayaan ialah tiada mentafsir dan tunggu saja, apa pun yang
akan terjadi, selama nama Allah masih bersemai dalam hati, bagaimanapun besar
cubaan dan kebohongan (dajjal) kita tidak akan kena, “dajjal” ertinya ialah
“Kebohongan”.
Matahari
Terbit Dari Barat
Dengan cepat
dapatlah kita menerima pertanda ini memang kalau matahari telah terbit dari
barat, ertinya peraturan perjalanan alam yang selama ini teratur sebagaimana
yang kita lihat, telah disengaja Tuhan, mengajukan bintang-bintang pun
runtuhlah daripada falaknya, dan langit digolong dan bukit-bukit dan
gunung-gunung berganjak, binatang-binatang berlari-larian dan berkumpul-kumpul
kerana takut mendengarkan dahsyatnya gunung-gunung yang meletus bumi ini pun
penuh dengan sekerup-sekerup yang penuh api, sewaktu waktu bisa meletus dan
melandak, alat-alat pelandak cukup didalamnya belerang yang belum disentuh ubat
beding gas dan minyak, Allahu Akbar!.
Keluar
Binatang
Dan tersebut
dalam hadis Nabi bahwa seekor binatang dahsyat dan ngeri akan keluar dari perut
bumi.
Apakah
binatang itu sebagaimana dahsyatnya binatang-binatang sebelum sejarah yang
hidup dizaman purba,? yang didapati
dalam penyelidikan ahli-ahli ilmu bumi dan alam yang terdapat 200,000 tahun
yang telah lalu? atau lebih? apakah lebih daripada itu?
Alhi-ahli
filem amerika mencuba menghayalkan akan datangnya binatang-binatang dahsyat itu
ke dunia, kota-kota seperti new York akan diinjaknya dengan kakinya, empayer
state building yang 103 tingkat itu akan patah disepaknya, ada pula yang
menghayalkan bahwa cumi-cumi besar membalut jambatan “Golden Gate” di San
Fransico, sehingga roboh! Tidak ada manusia yang dapat bertahan, seluruh tenaga
angkatan perang amerika dikerahkan untuk menghancurkannya, tidak hancur!
Ajaib sekali
kita melihat bagaimana kecemasan manusia setelah terdapat kemajuan ilmu
pengetahuan tentang atom ini, mereka menghayalkan bahwasanya setelah bom-bom
atom kerapkali diletuskan demikian juga bom hydrogen maka radioaktif menganggu
ketenteraman binatang-binatang besar dan dahsyat yang masih tersembunyi didalam
bumi lalu dia keluar.
Dalam Quran
Tuhan Berfirman:
“Apabila
telah jatuh perintah itu atas mereka, maka Kami keluarkan binatang dari bumi,
akan bercakap kepada mereka, bahwasanya manusia dengan ayat Kami tidak cukup
yakin” Surah An Nahl ayat 82.
Kadang-kadang
tersalah oleh kita bahwa memang sudah tiba masanya ahli-ahli siasat dunia ini,
yang menyerukan damai dengan meriam dan berkata bahwa kepintaran yang lebih
tinggi ialah kesanggupan membunuh sesame manusia sebanyak-banyaknya,
kadang-kadang tersalah oleh kita bahwa ajaran manusia kepada sesame manusia
tidaklah mampan lagi memang telah perlu datang keldai atau kuda atau cumi-cumi
dari dasar laut penuh akal busuk dengan belalainya, sambil berkata: “Hai insan!
Mengapa engkau setamak seloba ini? Taubatlah! Asal jasmanimu dari tanah dan
kamu akan akan kembali ketanah, asal rohani mu dari Tuhan, bersiaplah akan
kembali kepada Tuhan, janganlah engkau mencuba memaklumkan perang kepada Tuhan,
kerana engkau juga yang akan kalah”.
Alhasil
segala pertanda hari kiamat tidaklah menyebabkan rasa muram dan persisment bagi
seorang yang beriman.
Berbangkit
Dan Menerima Ganjaran
Perjalanan
kita didalam dunia ini mesti ada perhentiannya, dan sesudah kita pergi nanti,
dunia ini sepeninggalan kita satu waktu akan sampai pula pada perhentiannya.
Kehidupan
kita sepanjang umur kita didunia ini, hanyalah semata-mata suatu anugerah saja
daripada Ilahi, anugerah buat hidup didalam bumi satu diantara bermillion
bintang, umur teramat sempit dan daerah tempat beredar pun sempit, kita pandai
menpergunakannya dengan sebaik-baiknya, maka meskipun sempit namun disanalah
terletak nilainya, dalam masa yang sempit itulah kita menentukan dan mengambil
kesempatan kalau kita mahu, supaya setelah kita berpindah kedaerah alam baqa’
yang lebih lapang itu, kita dapat naik ketempat yang layak, menjadi “jiran
Allah” menjadi tetangga Tuhan.
Tuhan Bersih,
maka tidaklah pantas masuk kedalam majlisNya orang yang kotor, Tuhan Baik, maka
tidaklah akan diterima duduk dalam majlisNya orang yang buruk, Tuhan Maha Tahu,
maka tidaklah layak duduk dalam majlisNya orang yang bodoh, keinsanan kita
adalah gabungan daripada tanah dan nyawa maka orang yang selama hidupnya hanya
berat kepada tanah, tertutuplah baginya pintu buat naik kelangit tinggi:
“Orang yang
mendustakan ayat Kami dan menyombongkan diri, tidaklah akan dibukakan bagi
mereka pintu langit” ( Al ‘Araf ayat 40).
Maka soal
sesudah hari berbangkit itu kelak kitalah yang menentukannya sekarang,
janganlah diukur pendeknya umur, tetapi ukurlah nilainya, usaha mencapai
kehidupan yang lebih sempurna didalam linkungan garis kita sebagai manusia
itulah yang memudahkan terbukanya pintu langit atau pintu syurga.
Bahkan kalau
daki-daki kekotoran yang belum selesai masih ada, walaupun persediaan tempat
didalam syurga telah disediakan belum jugalah diizinkan sekali gus masuk ke
dalamnya, hal ini dapatlah kita ukur dalam hati kita sendiri diwaktu sekarang.
Lendir-lendir dosa kalau masih terdapat dalam hati, maka hati itu masih ragu
ragu menempuh perjalanan hidup, kadang-kadang lendir-lendir itu menekan kita,
sehingga tidak berani menentang wajah orang lain, kalau usaha membersihkan
bahtin dan mempertinggi martabat kemanusian sehingga layak duduk dalam syurga
Allah tidak ada sama sekali, melainkan kian hari kian dikotorkan, seakan-akan
hati sanubari telah kasar dan kesat, maka cubalah timbang dengan perasaan murni
dimanakah tempatnya yang layak kalau bukan di neraka?
Dahulu kala
orang yang bersih dan taat mengotori hidupnya didalam syurga sendiri, iaitu
iblis, tidak ada lagi setumpuk alam Tuhan yang disana iblis belum pernah
bersujud, tetapi kemudian timbul angkuh dan sombongnya ketika disuruh bersujud
kepada Adam, maka dia pun dikeluarkan dari dalam syurga itu.
Bahkan Adam
dan Hawa sendiri, sedang enak-enak duduk didalamnya, disuruh pergi kerana
hidupnya pun dikotorinya lalu datang kedunia ini, dan kita adalah keturunannya,
kita pun insaf, lebih baik datang kerana sesudah pembersihan daripada dari sana
disuruh keluar kerana kotor.
Kita insaf
kekotoran kita, daripada apa kita ini terjadi, dari gumpulan tanah, dari
saringan darah yang bernama mani, jika lekat mani dikain – demikian menurut
hadis Nabi, hendaklah dikukutikan ertinya dibersihkan, kejadian ini jangan
dilupakan meskipun berbagai-bagai kemegahan dunia diperbuat orang, hendak
melebihkan dirinya daripada yang lain, ada kerana kotoran, ada kerana pangkat,
namun susunan itu tidaklah dapat merubah keadaan, bukanlah kemegahan yang palsu
itu yang harus kita cari didunia ini, dihadapan kita terbentanglah dunia daal
terbentang hidup kesempatan amat banyak, kalau kita mahu, untuk membersihkan
diri yang sejati tadi, menahan nafsu, membentuk jiwa supaya menjadi orang baik,
sebab dasar kebaikan itu sememangnya ada dalam jiwa kita, didalam hal kita
senantiasa berjuang membersihkan jiwa itu, datanglah utusan Tuhan, malaikat
maut menjemput kita dan apabila dia datang, tidaklah dapat didahulukan satu
saat ataupun dikemudiankan, mesti tepat pada waktu yang telah ditentukan, tidak
mengapa sebab kita telah bersedia, kita menerima kedatangannya dengan hati
terbuka, dengan muka tersenyum simpul Ahlan Wa Shalan! Selamat Datang!.
“Orang yang
bila ditemui oleh malaikat dalam keadaan baik-baik, maka berkatalah malaikat
itu: “Selamatlah atas mu! masuklah kedalam syurga dengan apa yang telah kamu
amalkan” (An Nahl ayat 32).
Dan orang
yang masih belum berubah jiwanya dan tidak ada usahanya melatih, sehingga
kotoran dan debu tanah serta pekatnya kejadian mani itu masih melumurinya
apakah yang layak yang akan dapat diterimanya selain daripada sengsara? alangkah
berat hati mereka itu seketika panggilan datang? Kerana dia sendiri pun telah
merasa lebih dahulu ketempat mana dia akan dibawa!
Dalam ajaran
Islam dijelaskan benar hubungan amal sholeh didunia dengan pahala diakherat,
atau kerja darjan didunia dengan azab siksa diakherat, dengan secara “filosofi”
ada juga orang yang mencuba-cuba hendak memutuskan hubungan amal dengan
ganjaran itu, pada hal kalau hubungan itu tidak ada, kuranglah satu diantara
sifat yang mesti ada pada Maha Penguasa Alam, iaitu Adil.
Golongan yang
mencoba memutuskan hubungan itu lebih banyak menegakkan perhatian kepada apa
yang dinamai “Masyiyah” iaitu kehendak Tuhan, ganjaran bagi yang berbuat amal
sholeh dengan pahala, atau yang berbuat jahat dengan siksa, kata mereka
hanyalah semata-mata kalau dikehendaki oleh Tuhan dan kehendak Tuhan itu tidak
dapat dibantah oleh siapa pun saja, dan Tuhan berkuasa atas tiap-tiap sesuatu!.
Tidak
mustahil pada akal – kata mereka- kalau seorang yang beramal sholeh dimasukkan
Tuhan kedalam neraka, dan tidak mustahil pada akal kalau orang yang berbuat
jahat hidup senang dalam syurga, sebab:
“Tidaklah
Tuhan ditanya atas perbuatanNya, melainkan merekalah yang akan ditanya atas
perbuatan mereka”, Surah Al Anbiyah ayat 23.
Ini adalah
falsafah! Agama kalau sudah dicampuri oleh falsafah, mestilah hati-hati kerana
kekacauan yang akan timbul, kesannya kepada keislaman adalah kelayuan jiwa, kehilangan
semangat bekerja dan berusaha, dan ayat-ayat yang berisi janji tegas dari
Tuhan, bahwa barangsiapa yang berbuat baik akan dimasukkan kedalam syurga, yang
berbuat jahat neraka tentangannya, semuanya menjadi kendur kuasanya,
kesungguhan-kesungguhan Rasulullah saw memperjuangkan ajaran agama ini sampai
23 tahun, menjadi runtuh ertinya, sahabat-sahabat Nabi yang mati dimedan perang
kerana menegakkan “kalimah al haq” diringankan oleh falsafah yang demikian,
umat yang tadinya bersemangat besar dan percaya kepada dirinya sendiri kerana
kepercayaan kepada Allah bertukar menjadi umat yang apatis, kehilangan daya dan
warna hidup.
Tuhan
Berfirman:
“Apakah
menyangka orang yang bersalah jahat bahwa akan Kami jadikan keadaan mereka
serupa orang yang beriman dan beramal sholeh, sama kehidupan mereka dan
kematiannya?, amat jahatlah apa yang mereka hukumkan itu” Surah Al Jasiyah ayat
21.
“Apakah akan
Kami jadikan orang yang beriman dan beramal sholeh serupa dengan orang yang
berbuat durjana di bumi?, atau Kami jadikan orang yang taqwa sama dengan orang
yang nista” Surah Shaad ayat 28.
Kita mengakui
dan kita tidak membantah bulatnya masyiyah, bulatnya kehendak pada Allah, tidak
siapa akan membantah, adapun falsafah yang meracuni semangat Islam seperti
demikian, bukanlah berasal dari ajaran Islam, dia timbul adalah setelah
“Ahli-ahli fikir” Islam terlalu banyak menganggur sehingga fikirannya
kadang-kadang keluar dari garis, kerana tidak ada yang akan dikerjakan dan
mengetahui sifat Tuhan hendaklah dalam keseluruhannya, kesempurnaan sifat-sifat
Tuhan adalah gabungan daripada keseluruhannya.
Tuhan kita
adalah bersifat “Jabbar” Keras, Gagah, Perkasa!
Dan Dia pun
bersifat “Hakiim” Maha Bijaksana.
Tuhan kita
adalah bersifat “Ghafur dan Rahiim”, Pengampun dan Penyayang.
Memang!- dan
Dia pun bersifat “Syadidul ‘Iqabb” Amat Sangat Hebat SiksaanNya.
KehendakNya
berlaku dan tidak dapat dibantah, masyiyahNya adalah langsung 100%, tetapi
kalau manusia yang berakal tinggi saja pun dapat membezakan siapa yang
pengkhianat dan siapa yang jujur, dan bagaimana pula perlainan martabatnya,
nescaya Tuhan yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana lebih mengetahui dalam hal ini.
Adapun kalau
Tuhan Allah sekali-kali memberi maaf orang yang bersalah, itu adalah perkara
lain, Tuhan Berhak memberi ampun, tetapi bila Tuhan menganugerahkan ampun,
bukan bererti bahwa undang-undang Tuhan tidak berlaku.
Adapun kalau
misalnyadikhayalkan didalam akal yang kadang-kadang suka menerawang keluar
garis yang bukan tugasnya ini, mahu membicarakan juga, kalau-kalau ada Tuhan
memasukkan orang yang beramal sholeh kedalam neraka, maka salah seorang ahli
tasauf yang besar, iaitu Rabiatul ‘Adawiyah pernah menjawab pertanyaan orang:
“Bagaimana kalau engkau dimasukkan Tuhan kedalam neraka?”
Rabiatul
‘Adawiyah menjawab “yang penting menjadi tujuan hidupku adalah keredaan Tuhan,
asal Tuhan reda kepadaku, dimana saja aku akan ditempatkanNya dengan segala
senang hati aku terima, maka reda Tuhan itu adalah lebih tinggi bagiku dalam
apa yang dinamai syurga”
Ini sudah
alam lain, alam tasauf, bukan lagi berfalsafah.
Tetapi kalau
dipandang dari segi aliran falsafah ibnu rusd, seorang yang beramal sholeh
menurut beliau mustahil dimasukkan keneraka, dan seorang yang berbuat jahat
mustahil dimasukkan ke syurga bahkan tidak ada neraka bagi orang sholeh, dan
sekali-kali takada syurga bagi jiwa yang durjana didunia ini saja pun sudah
dapat dirasai, bila seseorang berbuat baik dia sudah mulai merasai syurga,
walaupun dia dikurung didalam sebuah penjara dengan tujuh lapisan pagar dan
seorang yang durjana selalu dineraka, walaupun dia tinggal didalam istana yang
indah, falsafah beliau yang demikian itu didasarkan kepada bahwasanya nilmat
Ilahi diakherat itu bukanlah nikmat jasmani tetapi rohani semata-mata.
Syafaat
Rasullah
Disamping itu
terkenallah pula hadis syafaat, didalam suatu hadis shahih ada tersebut:
bahwasanya bila datang waktu berbangkit diakherat esok, bukan mainlah debar
jiwa seluruh insan, masing-masing memikirkan perkaranya sendiri-sendiri yang
kelak akan dihadapkan kehadrat Allah, dosa dan pahala, kejahatan dan kebaikan
semuanya akan dibuka dan dipaparkan dihadapan Tuhan, tidak ada insan yang
seratus persen terlepas dari suatu kesalahan, besar atau kecil sekalipun,
bagaimanakah banyak rintangan dan halangan dan duri dan onak yang ditempuh
manusia didalam perjuangan hidup ini, namun maksud dan cita-cita tetap baik,
hati sanubari tetap menuju kebaikan tetapi suasana dan keadaan berkeliling
perdayaan daripada hawa nafsu dunia dan syaithan bukan pula sedikit, manusia
ingat kembali kesalahannya dimasa hidup sama sekali tergambar dan terbayang.
Maka
tersebutlah dalam hadis, bagaimana manusia itu berjalan berbondong
berduyun-duyun laksana pasang turun dan pasang naik, mencari perlindungan
masing-masing sebelum perkara dibuka semoga adalah sesama manusia yang dapat
mempergunakan kedekatan jiwanya kepada Tuhan untuk menolong melaksanakan mereka
daripada beratnya persoalan, manusia-manusia utama itu ialah Nabi-nabi, maka
datanglah mereka kepada nenek manusia, Nabi Adam, memohon kepada beliau supaya
kiranya dapatlah pengaruh beliau yang besar disisi Tuhan, beliau pergunakan
buat menolong memohon ampun Ilahi atas dosa mereka, Nabi adam menyatakan bahwa
dia tidak berupaya hendak menolong sebab beliau sendiri pun ada soal dan
perkara yang harus diselesaikan diantara dia dengan Tuhan, bukankah soal besar
diantara Adam dengan Tuhan, ialah keterlanjuran memakan buah yang terlarang,
bersama isterinya Hawa? Beliau menyuruh mereka pergi kepada Nabi Nuh alaihi
salam.
Maka
berbondong pulalah makhluk insan itu mendatangi nabi Nuh, memohon pertolongan
beliau, sebagaimana yang dipinta kepada Adam, Nuh pun menyatakan tiada
kesanggupannya, dia pun mempunyai perkara pula dengan Tuhan, beliau menyuruh
mereka mendatangi Nabi Ibrahim, nenek sebahgian besar daripada Nabi-nabi,
mereka pun datang kepada Ibrahim, dan Ibrahim tidak dapat mengabulkan
permintaan itu kerana beliau pun merasa pula ada soalannya sendiri yang harus
diselesaikan dengan Tuhan, beliau menganjurkan mendatangi Nabi Musa.
Manusia pun
pergilah kepada Nabi Musa, Nabi Musa pun menolak pula sebab beliau merasa ada
pula persoalannya yang akan diselesaikan dengan Tuhan, beliau merasa malu, lalu
beliau memberi nasihat supaya mereka datang kepada Nabi Esa Al Masih, ruh Allah
dan kalimahNya, mereka pun datang kepada Nabi Esa menyampaikan permohonan
pertolongan itu, dengan serta merta nabi Esa pun menolak pula, beliau malu
membawa mereka menghadapi Tuhan, kerana perkaranya pun besar pula dengan Ilahi,
iaitu keadaan umat yang mempercayainya sampai mengatakan dia anak Tuhan atau
yang ketiga dari satu tuhan, lalu beliau suruh mereka menghadap Muhammad,
penutup segala Nabi dan Rasul, yang telah diampuni kalau dia bersalah, baik
yang terdahulu atau yang terkemudian, maka datanglah mereka kepada Muhammad saw
permohonan mereka itu beliau qabulkan, lalu datanglah Muhammad menghadap Tuhan
sambil bersujud , maka Tuhan pun – Ma Syaa Allah- memanggil namaku – kata Nabi
– dan bersabda: “Angkatlah kepada mu ya Muhammad! Katakanlah apa yang terasa,
Aku dengarkan! Mohonkanlah apa yang engkau ingini, nescaya Aku beri! Memberikan
syafaatlah kepada orang yang hendak Engkau beri syafaat nescaya Aku syafaati”
Nabi berkata selanjutnya: “Maka aku angkatlah kepala ku dan Ku mohonkanlah
syafaat dan diberilah aku batas-batas hadnya maka dikeluarkanlah mereka dari
dalam neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, kemudia aku ulang sekali lagi, aku
bersujud dan memohon, lalu Tuhan menyuruh aku mengangkat kepada dan menyebut
apa yang terasa supaya Tuhan dengarkan, meminta apa yang diingini supaya
diqabulkan, memohonkan syafaat supaya disyafaati. Sekali lagi permintaan ku
diqabulkan dikeluarkanlah mereka dari dalam neraka dan dimasukkan kedalam
syurga, bersabda Nabi: “tidaklah aku ingat entah sampai tiga kali entah sampai
empat kali, akhirnya aku berkata, Ya Tuhan ku, tidak ada lagi yang tinggal
didalam neraka itu, kecuali orang yang telah dipenjarakan oleh Al Quran, iaitu
orang yang telah ditempatkan khulud didalamnya”
Sekianlah
kesimpulan daripada apa yang dinamai hadis syafaat, hadis ini salah satu dari
sabda Nabi Muhammad saw yang harus kita terima sebagai umat yang percaya,
tetapi sungguhpun demikian kalau memahamkan agama tidak teguh dan tidak dari
sumber tauhid yang hidup, dapat pula melemahkan semangat kita beragama, sehingga
kita pegang ekor dari satu hadis dan kita lenggahkan ruh dari berpuluh amr
(suruhan) dan nahi (larangan) dan hasungan.
Hadis itu
dikuatkan lagi oleh suatu hadis shahih, riwayat bukhari dan muslim, bahwasanya Rasulullah
saw bersabda:
“Sesungguhnya
bagi setiap Nabi adalah doa yang mustajab, dan saya menyimpan doa ku untuk
menjadi syafaat bagi umatku, doa ku itu akan meliputi kamu insyallah, iaitu
siapa yang meninggal dunia, tidak mempersyirikkan Allah dengan yang lain”
Hadis-hadis
syafaat itu serupa juga dengan keadaan pengaruh Al Quran, iaitu:
“Tersesat
dengan dia barangsiapa yang dikehendakiNya, dan diberi pertunjuk dengan dia
barangsiapa yang dikendakiNya, dan tidaklah disesatkanNya, kecuali orang yang
fasik jua”
Hadis-hadis
syafaat ini menambah iman orang yang beriman dan menambah cintanya kepada
Rasulullah, lalu dia berusaha membersihkan dirinya, menambah amal ibadatnya
agar dia bertambah dekat kepada Rasulullah dan menjadi umatnya yang sejati,
tetapi menyesatkan pula bagi setengah orang, iaitu semacam pasasiet (bandalu)
dalam masyarakat, yang hanya mengharapkan syafaat saja tapi amalannya
berkurang-kurang maksiatnya bertambah banyak dan jika ditanya bagaimana jadi
begini, dia menjawab berkat syafaat
Rasulullah, sebab dia masih tetap percaya kepada Muhammad, akan dibebaskan
Tuhan lah dia daripada azab siksaan akherat.
Apakah mereka
menyangka bahwa hadis-hadis itu menbatalkan jalan hokum yang telah tertulis?
Dan berkat syafaat Rasulullah, maka api neraka jahanam yang amat panas itu akan
menjadi dingin dan tawar untuk orang yang derhaka?.
Kalau seperti
itu agama, kacaulah kita memikirkannya, berapa banyak ayat dan hadis yang
dengan tegas menyatakan bahwa yang bersalah akan mendapat hukumannya dan yang
berbuat baik akan mendapat pahalanya, berat dan ringannya suatu kesalahan atau
suatu kebajikan akan ditimbang dengan mizan (timbangan) yang sangat halus
walaupun sebesar zarah:
“Adapun
orang-orang yang berat timbangannya maka dia akan beroleh hidup yang diredai,
dan adapun orang yang ringan timbangannya maka “ibunya” ialah Haawiyah, tahukah
engkau apakah Haawiyah itu? Itulah api neraka yang sangat panas” Surah Al
Qaari’ah ayat 6-11
Ditegaskan
lagi:
“Dan
barangsiapa yang beramal seberat zarah pun (atom) daripada kebajikan, nescaya
akan dilihatnya jua, dan barangsiapa yang beramal pun daripada kejahatan
nescaya akan dilihatnya juga” Surah Al Zalzalah ayat 7-8
Orang-orang
yang jujur akan datang dimuka timbangan keadilan, dia akan merasa puas atas
hasil yang dikerjakannya semasa hidupnya, mendapat perhitungan tidak ada
keaniayaan itulah yang masuk di akal, sehingga walaupun ada suatu kesalahan
yang terbuka dimuka timbangan hati pun terubat juga, melihat bahwa disamping
itu terdapat pula kebajikan tidak ada yang hilang sedikit juga,
sekurang-kurangnya angka-angka kejahatan itu kelak dapat diatasi oleh angka
kebajikan maka ada orang-orang yang tidak bekerja sama sekali atau kejahatannya
lebih banyak dan kebajikannya amat sedikit, dia datang hanya mengharapkan
syafaat apakah ertinya ayat-ayat yang lain yang menyatakan bahwa bila hari
kiamat telah datang kelak segala orang akan menyesali nasibnya:
“Dan beri
ingatlah mereka olehmu hai Muhammad, akan hari penyesalan itu” Surah Mariam
ayat 39.
Bahkah orang
yang berbuat baik sekalipun akan menyesal mengapa hanya sekian kebajikan yang
diperbuatnya, padahal begini besar ganjarannya alangkah baiknya jika selama
hidupnya dahulu hanya kebajikan saja yang dikerjakannya.
Dan ada pula
ayat yang terang-terang berkata:
“Dan
takutilah oleh mu akan hari itu, yang seorang tidak dapat memberi ganjaran pada
yang lain, dan tidak diterima padanya pembelaan dan tidak pula bermanfaat
syafaat, dan tidak pula mereka akan ditolong” Surah Al Baqarah ayat 123
“Dan tidaklah
memikul seorang akan dosa orang lain, dan jika diletakkan suatu beban berat
buat dipikul, tidaklah dapat dipikulkan kepada orang lain sekalipun, meskipun
kawan yang sekarib-karibnya” Surah Al Fathir ayat 18.
Hebat dan
dahsyat hari itu, sekalipun diri bukanlah kerana pertolongan orang lain sesaat
itu, bahkah orang melepaskan dirinya sendiri, sehingga lari seseorang daripada
saudaranya, daripada anak dan daripada isterinya, dan daripada teman
sejawatnya, tidak dapat menolong orang lain dan tidak dapat ditolong oleh orang
lain, maka tersebutlah didalam suatu hadis pula, riwayat Bukhari, bagaiman
hebat dan dahsyatnya hari Mahsyar itu dan ngeri nya keadaan neraka.
Nabi Muhammad
saw bersabda: “Direntangkanlah syirat (titian) diatas neraka jahanam, maka yang
dahulu sekali menitinya dari antara Rasul-rasul dengan umaynya, tidak seorang pun
yang bercakap diwaktu itu, kecuali Rasul-rasul dan perkataan Rasul-rasul
diwaktu itu ialah: “Oh Tuhan! selamatkan, selamatkan! Dan dari jahanam
menjulurlah belalai api, laksana duri kayu sa’din Cuma tidaklah ada yang tahu
berapa besarnya duri-duri itu kecuali Tuhan Allah, disangkutnya kaki manusia
yang sedang menlangkah itu menurut amalnya, dan ada pula yang tersungkur
terjembat jatuh kerana amalnya, dan ada pula yang terpelisik kemudian terlepas,
kemudian itu bila Allah bermaksud hendak melimpahkan rahmatNya kepada
barangsiapa yang dikehendakiNya daripada ahli neraka itu, diperintahkanNyalah
malaikat supaya mengeluarkan orang-orang yang dahulunya beribadat kepada Allah,
mereka pun dikeluarkan dan mereka dapat dikenal daripada bekas sujud, dan
diharamkan Allah Ta’ala kepada api neraka memakan orang-orang yang ada bekas
sujud itu, maka keluarlah mereka dari dalam neraka, seluruh anak adam akan
dimakan api neraka, kecuali yang ada berbekas sujud dikeningnya” maka
dikeluarkanlah mereka dari dalam api neraka itu sudah kurus kering lalu
disiramkanlah kepada mereka air kehidupan maka tumbuhlah dia sebagaimana
tumbuhnya biji-biji yang terpendam sesudah terlepas banjir”.
Hadis ini
menguatkan bahwasanya bagaimana jua pun nanum segenap kita akan merasai neraka,
hanya bekas sujud kepada Tuhan juga yang akan memberi tanda kepada insan
sehingga dia terlepas kemudiannya daripada bahaya itu, dibasuhlah kita disana
terlebih dahulu, bukan dengan air tetapi dengan api ibarat besi waja atau
ibarat emas ditinting ditempat digembeling sampai masak, sehingga layaklah
kemudiannya buat menerima bentuk yang baru, yang penuh dengan nikmat dan reda
Allah swt.
Dimana Letak
Syafaat?
Kalau
demikian bagaimana duduknya syafaat itu?
Misal yang
dekat tentu ada, berapa banyaknya insan yang sentiasa berusaha menempuh hidup
dengan penuh kesungguhan tidaklah dia pernah jahat sangka kepada Allah dia
terus bekerja terus berusaha terus beramal tetapi insaflah kita bagaimana
sulitnya menempuh “Shirathal Mustaqiim” diakherat, dititi dengan hati-hati tetapi
sekali-kali jatuh juga, namun asa tidak pernah putus, tegak lagi dan melangkah
lagi, sinar Chaya harapan kepada Ilahi sentiasa terbentang juga dihadapan
matanya.
Atau ibarat
orang yang belayar, hebatlah pelayaran ini, perahu kecil, ombak besar, angin badai,
air bertimpa-timpa masuk kedalam, tidak karam saja sudah syukur! maka
orang-orang seperti ini ada catitannya ditangan malaikat dan diketahui oleh
Tuhan, dan kelak akan dibuka kembali.
Orang-orang
yang seperti ini tentu berhak mendapat syafaat laksana seorang anak sekolah
setiap hari dia bersungguh-sungguh belajar, bersungguh menghafal, tidak pernah
dia pemalas, tetapi setelah dilakukan ujian dia hanya mendapat angka yang
kecil, berulang-ulang demikian keadaannya setiap tahun, guru tahu anak ini
baik, maka adalah suatu rahsia pimpinan guru memberikan angka “hadiah”
kepadanya untuk menghargai kesungguhan hatinya.
Tetapi anak
yang memang pemalas, bagaimana akan memberinya syafaat? Bagaimana akan
memberinya angka tinggi?
Dalam pada
itu tidaklah kita kesampingkan saja penghargaan yang diberikan Tuhan kepada
Nabi Muhammad saw ikutan kita, yang doa nya maqbul dan doa itu disimpannya
untuk syafaat bagi umatnya, memang dia penutup segala Rasul dalam hadis pertama
tentang kisah syafaat tadi Nampak bahwa bukan umat Muhammad saja yang dimohonkannya
terlepas daripada azab siksaan itu bahkan seluruh insan adanya, bacalah kembali
hadis itu.
Tetapi
ingatlah bahwasanya syafaat adalah hak luarbiasa, dan hak luarbiasa itu
tidaklah merubah hokum seorang yang bersalah dan dihukum masuk penjara sekian
tahun oleh satu kehakiman duniawi, kadang-kadang dikurangi dan dia diberi
ampun, ampunan bukanlah merubah hukum!.
Dudukkanlah
dengan sebaik-baiknya kepercayaan kepada syafaat itu, mengakui adanya syafaat
Rasul, lalu berusaha mendekati Rasul, dinyatakannya hanya orang yang
mempersyirikkan Tuhaan dengan yang lain yang tidak ada harapan sama sekali akan
beroleh syafaat, berapa banyaknya orang sembahyang, puasa, berzakat dan naik
haji, paadahal dia mempersyirikkan Tuhan dengan yang lain, meskipun bukan
berhala yang disembahnya, sesamanya manusia pun disembahnya, bahkan didalam
satu hadis ada tersebut, bahwasanya seseorang yang beramal baik kerana
mengharapkan semata-mata pujian manusia, yang bernama riak, adalah syirik yang
khafi, mempersyirikkan Tuhan dengan halus.
Maka
janganlah pernah Tuhan menjadi ringan dihati kita kerana mengharapkan syafaat,
janganlah memakai persangkaan salah, yang dahulu telah menjerumuskan umat-umat
yahudi atau nasrani yang mengatakan bahwa merekalah umat pilihan dan syurga
jannatun naim hanya disediakan buat mereka.
“Dan mereka
berkata, tidaklah sekali-kali akan masuk kedalam syurga hanyalah orang yahudi
atau nasrani” itulah angan-angan mereka” Surah Al Baqarah ayat 111.
Itulah Amani,
angan-angan meneraung langit, maka jika yang demikian disalahkan pada umat
yahudi atau nasrani oleh Al Quran, bukanlah kerana Al Quran hendak mengatakan
bahwasanya yang berhak masuk syurga hanyalah umat Muhammad saja, syurga adalah
buat orang yang beriman dan beramal sholeh!
Hari akherat
pasti kita temui dan balasan yang adil pasti kita terima, sebahgian besar
daripada ayat-ayat Al Quran memberi ingat akan kehebatan hari itu, peringatan
itu berulang-ulang dan berkali-kali kerana kita manusia ini kerap kali lupa dan
terlalai, dilenggankan oleh kemegahan dan rayuan dunia, yang kadang-kadang
tidak berubah sifatnya dengan gejala panas ditengah padang, yang disangka oleh
musafir yang tengah kehausan bahwa itu adalah air, demi bila datang kesana,
kedapatanlah hanya pasir belaka.
Tidaklah ada
jalan lain buat mengelak daripada akherat, hanyalah ditempuh dengan
menghilangkan sebab-sebab yang menimbulkan takut dan ragu, takut dan ragu
hanyalah dapat hilang dengan amal sholeh.
Hasil
pekerjaan yang kita bina didunia ini adalah penting sekali, berapa tahun pun
kita tinggal didunia fana ini, namun segala yang kita kerjakan tidaklah lepas
dari catitan, kemudia itu pun kita pergi, meninggalkan dunia ini tetap dalam
keadaan semula, seketika kita mulai datang, hidup yang kita lalui sekejap mata
itu tetaplah kosong jika dinisbahkan kepada diri kita, kalau tidak kita isi,
janganlah sampai kedatangan kita dahulu tidak menambah yang ada, dan pergi kita
pun tidak mengurangi.
Hidup didunia
ini adalah tempat beramal, dan perhitungan belum ada, hidup akherat ialah buat
menerima perhitungan, dan amal tak ada lagi.
Tak Percaya
hari Kiamat?
Sejak dahulu
ada orang yang tidak percaya akan adanya hari kiamat, mereka berkata bahwasanya
hidup itu sehingga inilah, dengan datangnya mati, tertutuplah buku buat
selama-lamanya, tubuh pun pulang kembali sari badan manusia itu didalam bumi,
dibawa oleh urat kayu yang tumbuh menjadi kayu-kayuan atau kembang, menjadi
rumput atau menjadi piala yang ditempah menjadi tempat minum, habis!.
“Mana bisa” –
kata mereka – “Orang yang telah mati bermillion tahun akan hidup kembali, mana
bisa tulang-tulang yang telah berserekahkan akan berkumpul kembali dan bernyawa
pula” ini – kata mereka – adalah khayalan manusia saja, berlawan dengan ilmu
pengetahuan, wetenschap dan sain.
Pada hal
ehwal yang seperti ini bagaimana pun kemajuan ilmu pengetahuan, tidaklah akan
dapat memberikan keputusan tentang ada atau tidak mungkinnya, mengapadikatakan
tidak mungkin terjadi barang yang telah mati akan hidup kembali, pada hal hidup
yang ada sekarang ini pun lebih ajaib daripada kehidupan kembali? Hal yang kita
dapati sekarang ini pun jauhlah lebih ganjil dan menakjubkan daripada hanya
semata-mata menghidupkan yang telah mati kita tidak merasa lagi ganjilnya
hanyalah kerana telah selalu dilihat.
Tanah tandus
yang telah beribu-ribu tahun mati, tanah padang pasir yang dahulu kala pernah ditumbuhi
tumbuh-tumbuhan yang subur, kemudian menjadi kering, sehingga tidak ada lagi
yang hidup yang tumbuh diatasnya, kemudian didapat orang sumber telaga air,
lalu disiram bumi itu, maka tumbuhlah disana kehidupan baru, pada hal pasirnya
itu juga, dan tanahnya itu juga, apakah dan dari manakah datangnya rahsia
kehidupan yang tumbuh diatas tanah dan bunga tanah itu? Adakah disana itu
selama ini memang telah ada juga persedian menerima hidup, cuma terhalang
kerana waktunya belum datang? dari manakah dan dimanakan terletaknya rahsia
hidup pada biji sawi, pada rumput teruna dan pada buah kariyah yang kering lalu
terlempar ketanah subur dan timbullah hidupnya? Bukankah ini lebih ajaib
daripada hanya semata-mata menghidupkan yang telah mati?.
Satu bangkai
anjing terdampar ditepi jalan, tidak diangkat dan dibuangkan orang, kian sehari
kian busuk, lalu hinggaplah langgau diatasnya, lalu timbullah ulat-ulat
beribu-ribu, beribu-ribu banyaknya, dan semuanya itu hidup dari aman datangnya?
Bukankah ini lebih sulit lagi memikirkannya daripada hanya semata-mata
memikirkan hidup kembali kepada barang yang telah lama mati?
Pada bulan
oktober 1955 ada satu berita, bahwasanya setumpuk tanah di amerika yang telah
kering tandus ratusan ribuan tahun telah hidup kembali, rumputnya tumbuh kembali kerana telah
mendapat air, maka kelihatanlah suatu hal yang ganjil iaitu timbullah
binatang-binatang kecil yang selama ini belum pernah dilihat dan dikenal dan
hanya ada bertemu pada rangka-rangka binatang purbakala, maka berlumba-lumbalah
ahli-ahli biologi dan ilmu alam menyelidikinya seorang diantara mereka
mengeluarkan pendapat bahwasanya binatang itu adalah binatang dari lima juta
tahun yang telah lalu.
Penyelidikan
itu belum selesai dan kita belum lah langsung percaya saja, tetapi kemungkinan
itu memang ada. Maka untuk mempercayai adanya hari kebangkitan kembali, dari
kita manusia beberapa melliun tahun lagi dalam keadaan yang lain daripada yang
kita ketahui dengan pikiran sekarang bukanlah perkara yang boleh ditolak
demikian saja, sebagaimana kata Emmanuel Kant lebih baik kita menyediakan
sesuatu tempat yang kosong dalam jiwa, yang disediakan buat kepercayaan
disamping kita mempergunakan pancaran akal dan pikiran walau bagaimana jauhnya.
Apatah lagi
soal hidup ini adalah soal besar dan rumit, lebih besar dan rumit hidup yang
sekarang daripada pengembalian hidup, setitik daripada mani kita sendiri,
ditambah dengan setitik mani perempuan, mengandung bermilliun-milliun tampang
hidup, bermilliun, bukan berates, satu pertemuan daripada “telur” mani
perempuan dan “Cacing” mani laki-laki yang timbul daripada nafsu kelamin,
membina apa yang dinamakan manusia dan kemanusiaan, bukankah ini lebih hebat
keagaibannya daripada pembangkitan daripada mati?
Kemudian itu,
bagaimana pula pandangan kita terhadap diri kita sendiri? Segala-galanya ini
pada hakikatnya adalah kecil belaka, bumi yang kita sangkakan besar ini
hanyalah laksana pasir sebuah saja jika dibandingkan kepada bermilliun
bintang-bintang diangkasa, matahari yang kita sangka besar itu pun hanyalah
satu saja dari antara beribu-ribu matahari yang lain yang belum diketahui oleh
manusia, luas dan besar sekali ala mini, dan semuanya hanyalah berlindung
dibawah satu bendera kekuasaan iaitu kekuasaan Allah.
Dimana letak
kita manusia diantara cakrawala besar itu?
“Sesungguhnya
kejadian seluruh langit dan bumi adalah lebih besar daripada kejadian manusia,
tetapi terlebih banyak manusia tidak mengetahui” Surah Al Mukmin ayat 57.
“Sudahkah
datang kepada manusia suatu waktu, yang mereka itu adalah laksana sesuatu yang
tidak masuk sebutan?” Ad Dahr ayat 1.
Kalau sudah
kita pikirkan sampai kesana, dapatlah kita membawa pertanyaan kedalam diri
sendiri, sedangkan membina alam yang demikian besar Dia Berkuasa! Apatahlagi
kalau hanya mengembalikan hidup bagi manusia yang kecil ini? Sedangkan membina
kerajaan cakrawala hebat ini Dia sangguh dan tidak sulit, apatahlagi kalau
hanya membangunkan kembali daripada keruntuhan?
Oleh sebab
itu maka hari berbangkit kembali, hari kiamat adalah satu kepercayaan yang
tidak dapat diragukan, maka tidaklah ada lain jalan melainkan bersedia
menerimanya, dari masa hidup kita itu melatih diri menghadapi kesulitan,
sehingga kelak kita pun sanggup menyediakan diri menghadapi kesulitan hari kebangkitan
itu, dan itu adalah mudah saja bagi jiwa yang bersedia mencari dan mendapat
pertunjuk (huda) dan bersedia mencari dan mendapat system untuk mengendalikan
diri (iffah) dan bersedia mencari dan mendapat tali taqwa! Iaitu memelihara
hubungan dengan Tuhan dari sekarang!.
Maka apabila
fajar telah menyensing dan kita bangun pagi-pagi daripada tidur nyenyak di
hari-hari dunia ini, ingatlah bahwa kelak akan datang masanya kita bangun
daripada tidur yang sekarang, kita pindah daripada hidup yang khayal kepada
hidup yang sebenarnya, daripada alam fana’ kepada alam baqa’, hidup yang
kemudian itu kekal adanya, untuk berpindah daripada hidup khayal ini, kepada
hidup hakikat itu, hanya satu gerbang saja yang akan kita lampaui, tidak dua!
Iaitu maut!, dan maut itu tidak lama, dan sesudah maut yang sekejap itu, tidak
ada mati lagi, hidup kekal: diantara dua tempat, neraka atau syurga.